– Tradisi Pacu Jalur, warisan budaya masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, kembali mencuri perhatian dunia.
Kali ini, bukan hanya aksi mendayung yang jadi sorotan, melainkan aksi tiga bocah penari di atas perahu yang sukses viral di jagat maya, bahkan hingga ke negeri adikuasa, Amerika Serikat.
Khalayak dunia menyebutnya sebagai Aura Farming.
Aura farming menjadi istilah yang melekat dengan aksi penari cilik di lomba dayung tradisional khas Kuantan Singingi, Riau, tersebut.
Tren itu pun viral hingga mendunia dengan berbagai judul, mulai dari “Boat Kid Aura Farming” hingga “Aura Farming Kid on the Boat”.
Video-video warga negara asing yang memarodikan gaya unik dan ekspresif bocah-bocah di atas perahu saat Pacu Jalur ramai berseliweran di media sosial. Mereka menirukan gerakan lincah sang “penari jalur”, lengkap dengan iringan musik dan gaya energik khas Kuansing.
Kepala Dinas Pariwisata Riau Roni Rakhmat mengungkapkan bahwa Pacu Jalur awalnya merupakan tradisi masyarakat Kuansing untuk mengangkut hasil bumi seperti pisang dan tebu melalui sungai.
Seiring waktu, perahu yang dulu berfungsi sebagai alat transportasi itu kini berubah menjadi media seni dan budaya.
“Jalur itu dulunya alat transportasi utama. Tapi kini, ia menjadi simbol budaya dan kebanggaan masyarakat Kuansing,” kata Roni kepada Jumat (4/7).
Jalur dibuat dari batang pohon utuh dan bisa menampung hingga 40 orang. Proses pembuatannya sangat sakral, melalui berbagai ritual dari penebangan hingga pengukiran.
“Setiap jalur itu unik. Tidak ada yang sama. Satu jalur dari satu batang pohon,” jelas Roni.
Namun, yang paling mencuri perhatian netizen internasional justru keberadaan tiga bocah di atas jalur saat perlombaan. Mereka punya peran khusus, bukan sekadar pajangan.
Tukang Tari (paling depan) berfungsi sebagai penari untuk memberikan semangat.
Timbo Ruang (tengah) sebagai penyeimbang dan pemberi aba-aba.
Tukang Onjai (belakang) sebagai penggerak irama dan semangat bagi para pendayung atau “anak pacu.”
“Gerakan mereka bukan hanya estetika, tapi juga strategi. Jika bocah menghadap ke depan, itu tanda jalur sedang memimpin. Kalau ke belakang, berarti memberi semangat pada pendayung,” tambah Roni.
Sementara itu, para pendayung juga punya peran khusus, seperti Tukang Concang di depan dan Tukang Uwik di bagian belakang sebagai kemudi.
Antusiasme publik terhadap Pacu Jalur meningkat tajam sejak viralnya video ini, menjadikan budaya Kuansing makin mendunia.
Roni berharap momen ini bisa menjadi peluang besar untuk mempromosikan wisata budaya Riau ke tingkat internasional.
“Ini momen luar biasa. Dunia melihat kita. Saatnya kita angkat Pacu Jalur jadi festival internasional!” tuturnya.
(mcr36/jpnn)