news  

Pacu Jalur Global, Ini Asal Usul & Cara Menonton Langsung

Pacu Jalur Global, Ini Asal Usul & Cara Menonton Langsung

Sejarah dan Tradisi Pacu Jalur yang Menginspirasi Dunia

Pacu Jalur adalah salah satu olahraga tradisional Indonesia yang kini tengah menjadi sorotan di media sosial. Olahraga ini berasal dari Riau dan telah lama menjadi bagian dari budaya masyarakat setempat. Kini, tarian anak-anak yang dilakukan saat perlombaan Pacu Jalur menarik perhatian netizen internasional, bahkan menginspirasi klub-klub besar seperti Paris Saint-Germain (PSG) dan AC Milan.

Asal Usul dan Sejarah Pacu Jalur

Pacu Jalur memiliki akar sejarah yang dalam dan merupakan kebanggaan masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Istilah “pacu” merujuk pada aktivitas berlomba atau mendayung, sedangkan “jalur” adalah nama lokal untuk perahu panjang tradisional yang digunakan dalam pertandingan ini. Awal mula Pacu Jalur dapat ditelusuri hingga abad ke-17 ketika jalur difungsikan sebagai alat transportasi utama masyarakat Rantau Kuantan.

Perahu tersebut mampu memuat hingga 60 orang dan dibuat dari satu batang pohon utuh dengan panjang mencapai 20 hingga 30 meter serta diameter sekitar satu meter. Seiring waktu, fungsi jalur mengalami transformasi. Dari alat transportasi, perahu mulai diberi sentuhan artistik berupa ukiran hewan-hewan mitologis seperti ular, buaya, dan harimau. Selain itu, dilengkapi juga dengan ornamen khas seperti payung, tali-temali, selendang, dan gulang-gulang (tiang tengah). Hiasan ini menjadi simbol status sosial karena hanya bangsawan, datuk, atau pemuka adat yang memiliki jalur berhias.

Seiring perkembangan zaman, pacu jalur tidak hanya menjadi alat transportasi tetapi juga menjadi ajang perlombaan. Pada awalnya, perlombaan ini digelar dalam rangka memperingati hari-hari besar Islam seperti 1 Muharram, Maulid Nabi, dan Idul Fitri. Namun, sejak masa kolonial Belanda, Pacu Jalur juga dijadikan perayaan kenegaraan, misalnya untuk memperingati hari lahir Ratu Wilhelmina pada 31 Agustus. Saat itu, perlombaan bisa berlangsung selama dua hingga tiga hari tergantung banyaknya peserta.

Pasca kemerdekaan, makna Pacu Jalur kembali bergeser. Kini, tradisi ini menjadi bagian dari perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia dan rutin digelar setiap bulan Agustus. Pemerintah daerah bahkan telah menetapkan Pacu Jalur sebagai agenda tahunan dan memasukkannya dalam kalender pariwisata nasional. Festival ini bukan hanya sekadar perlombaan, melainkan juga pesta rakyat yang selalu ditunggu-tunggu, bahkan oleh warga perantauan yang rela pulang kampung demi menyaksikan kemeriahannya.

Cara dan Waktu Menonton Festival Pacu Jalur

Bagi masyarakat Riau, khususnya di Kabupaten Kuantan Singingi, Festival Pacu Jalur merupakan momen yang paling dinanti setiap tahunnya. Dalam beberapa sumber, perlombaan mendayung ini biasanya diselenggarakan setiap tanggal 23–26 Agustus sebagai bagian dari rangkaian perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Lokasi utama festival berada di Kota Taluk Kuantan, tepat di sepanjang aliran Sungai Kuantan.

Bila ingin menyaksikan Festival Pacu Jalur, disarankan datang lebih awal karena kota akan sangat padat. Antusiasme warga lokal dan perantauan membuat Taluk Kuantan berubah menjadi pusat keramaian yang membludak. Perlombaan tersebut dimulai dengan bunyi dentuman meriam bukan peluit karena luasnya arena yang membuat suara peluit sulit terdengar. Sorak-sorai penonton, kibaran bendera, serta warna-warni kostum para pendayung pun menambah kemeriahan suasana festival.

Tarian Anak di Atas Perahu Pacu Jalur Viral

Tarian energik dari seorang anak di ujung perahu Pacu Jalur berhasil mencuri perhatian dunia. Gerakannya yang penuh semangat viral di media sosial, hingga menginspirasi klub sepak bola ternama seperti Paris Saint-Germain (PSG) dan AC Milan untuk ikut menirukannya.

Melalui akun TikTok resminya, PSG membagikan video kompilasi selebrasi gol pemain seperti Bradley Barcola dan mantan bintang mereka, Neymar. Momen tersebut dipadukan dengan cuplikan tarian khas anak Pacu Jalur asal Riau. “Auranya sampai ke Paris,” tulis PSG dalam unggahannya, lengkap dengan efek visual yang menghibur sekaligus membanggakan.

Gaya tarian anak tersebut kemudian ramai disebut sebagai bentuk aura farming, istilah yang sedang populer di kalangan Gen Z dan Generasi Alpha. Dalam konteks ini, aura merujuk pada kesan keren atau menarik yang terpancar dari seseorang, sedangkan farming adalah istilah dari dunia permainan online yang berarti mengumpulkan sesuatu secara berulang dalam jumlah banyak. Jadi, aura farming bisa dimaknai sebagai upaya menunjukkan daya tarik diri agar makin disorot banyak orang.

Tidak hanya PSG, AC Milan juga turut mengikuti tren ini. Akun TikTok mereka menampilkan maskot klub, Milanello, yang menirukan tarian Pacu Jalur dengan semangat dan gaya jenaka. Tentu saja, istilah aura juga disematkan sebagai bagian dari tren viral tersebut.

Tren ini bahkan menjangkau dunia olahraga Amerika. Travis Kelce, bintang National Football League (NFL) yang juga pasangan penyanyi Taylor Swift, turut membagikan video anak penari Pacu Jalur dari Riau. Ia menambahkan komentar singkat yang bikin senyum-senyum sendiri, “Auranya keren,” lengkap dengan tagar #Indonesia dan #AuraFarming.

Kesimpulan

Hal ini menunjukkan bahwa budaya lokal seperti Pacu Jalur benar-benar punya daya tarik yang luar biasa. Tarian sederhana yang dibawakan anak daerah bisa menginspirasi dunia dan ikut mengharumkan nama Indonesia. Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!