Orang yang Malu Mengaku Kesalahan Seringkali Memiliki 7 Karakteristik Ini, Kata Para Ahli Psikologi

Orang yang Malu Mengaku Kesalahan Seringkali Memiliki 7 Karakteristik Ini, Kata Para Ahli Psikologi



Di setiap aspek interaksi sosial, seperti di antara anggota keluarga, teman-teman, dan juga tempat kerja, mampu mengakui kesalahan dengan cara minta maaf merupakan tanda dari kematangan emosi yang sejati.

Tetapi, tidak setiap individu dapat melakukan ini. Sebagian orang tampaknya terlalu malu atau angkuh untuk mengatakan “maaf”, meskipun kesalahan telah dilakukan dengan jelas.

Peristiwa ini mendapat perhatian besar dari para pakar psikologi lantaran kerap kali jadi penyebab perselisihan panjang di antara manusia.

Seperti dilaporkan oleh Geediting di hari Sabtu (26/4), ada tujuh tanda karakteristik seseorang yang terlalu angkuh untuk minta maaf berdasarkan ilmu psikologi, serta alasan mengapa perilaku tersebut dapat terjadi.


1. Mempunyai Rasa Diri yang Kuat

Orang yang memiliki harga diri tinggi cenderung percaya bahwa mengakuinya kesalahan sama saja dengan menunjukkan ketidakmampuan mereka.

Menurut psikolog klinis Dr. Guy Winch, individu semacam itu umumnya mempunyai “citra diri” yang berkeinginan untuk terlihat selalu sempurna.

Mereka enggan mencemarkan reputasi diri dengan mengaku telah melakukan kesalahan.

Ego yang berlebihan menyebabkan mereka cenderung untuk menyangkal atau memutar balikan situasi daripada berkata, “Maaf, aku salah.”

Akibatnya: Mereka kerap melukai orang lain tanpa rasa bersalah, sebab cenderung mengejar pemeliharaan martabat pribadi mereka daripada mengembalikan ikatan sosial.


2. Gagal Mengaku Kesalahan

Di bidang psikologi terdapat konsep yang disebut disonansi kognitif, yakni tekanan emosional yang timbul ketika individu dihadapkan dengan dua ide atau keyakinan yang saling berlawanan.

Orang yang angkuh saat meminta maaf sering merasakan ketidakseimbangan ini.

Mereka sadar kalau perbuatan mereka itu keliru, namun enggan untuk mengakuinya lantaran tak mau memahami bahwa mereka bukanlah orang yang selalu tepat dalam setiap hal.

Tindakan contohnya adalah membela diri secara berlebihan, mengatribusikan masalah pada kondisi luar, atau justru mencari kambing hitam dengan menyalahkan pihak lain sebagai cara untuk menyembunyikan kekeliruan yang telah dilakukan.


3. Rendahnya Empati

Kemampuan memahami perasaan oranglain disebut empati.

Jika seseorang sulit untuk mengucapkan permohonan maaf, sangat mungkin pula bahwa mereka memiliki keterbatasan dalam menanggapi efek emosi yang ditimbulkannya pada orang lain.

Seseorang seperti itu lebih mementingkan perasaan dirinya sendiri dan kurang memperdulikan dampak kerusakan yang dihasilkannya.

Berdasarkan ilmu psikologi, kurangnya rasa simpati dapat menandakan adanya sifat narcissistic personality disorder atau sikap serfish yang berlebihan.


4. Terus Menyakini Dirinya yang Tertinggi

Fitur ini sangat berkaitan dengan sikap self-righteousness di mana seseorang cenderung meyakini bahwa mereka memiliki moralitas tertinggi, selalu benar, serta lebih mengetahui hal-hal dibandingkan orang lain.

Jika seseorang yakin bahwa pandangan atau perbuatannya senantiasa tepat, maka pengakuan kesalahan dianggap tak penting.

Sehingga: Mereka kerap berselisih dengan pihak lain akibat kesulitan dalam mengenali dan memahami perspektif serta emosi orang lain sebagai hal yang sah.


5. Takut Kehilangan Kendali

Sebagian orang enggan meminta maaf karena khawatir hal tersebut mengurangi “pengaruh kuasanya” di dalam suatu hubungan.

Menurut psikolog Dr. Harriet Lerner, meminta maaf kerap dipandang sebagai pengalihan kekuatan.

Beberapa orang menautkan permintaan maaf kehilangan kendali serta ketakutan untuk tampak lemah atau mungkin dieksploitasi selanjutnya.

Umumnya ditemui pada: Pemimpin otoritarian, pasangan yang mendominasi, atau orangtua dengan sifat otoriter.


6. Gambaran Diri Tergantung Pada Pandangan Orang Lain

Seseorang yang amat mengkhawatirkan pandangan orang lain tentang dirinya cenderung ragu-ragu untuk minta maaf agar tidak tampak sebagai kegagalan.

Psikologi menggambarkannya sebagai ketergantungan pada validasi eksternal, yakni keinginan terus-menerus untuk selalu tampak sempurna guna memperoleh pengakuan dari lingkaran sosial sekitar.

Sebagai contohnya: Terbuka kepada publik, mereka akan berjuang habis-habisan untuk membela diri, termasuk merubah kebenaran hanya supaya tak perlu mengucapkan permintaan maaf, padahal di lubuk hatinya mereka sadar betul tentang kesalahannya.


7. Menerapkan Tatanan Pendidikan Anak yang Tak Baik

Berdasarkan studi para ahli psikologi perkembangan, bagaimana individu merespons kekeliruan serta permohonan pengampunan biasanya terkonsolidasi dari usia dini.

Anak-anak yang dididik di lingkungan tanpa menunjukkan cara berpermohonan dengan baik—misalnya, orangtua yang jarang mengucapkan kata maaf—cenderung berkembang menjadi individu yang merasa malu atau mengabaikan kepentingan permintaan maaf.

Efek jangka panjangnya adalah mereka terus-menerus mengulangi siklus tersebut saat sudah menjadi orang dewasa, merasakan kesulitan untuk menjaga hubungan akibat ketidakmampuan mereka dalam pengakuan kesalahan, serta sering kali ditinggalkan sebab dianggap tak dapat berkembang atau berubah.

Kesimpulan: Memohon Maaf Bukan Berarti Kurang Kuat, Melainkan Menandakan Kematangan

Memiliki kemampuan untuk mengaku kesalahan merupakan indikasi dari ketangguhan batin dan pemahaman sosial yang baik.

Psikologi mengungkapkan bahwa individu yang gagal untuk minta maaf tak cuma menciderai ikatan sosialnya dengan orang di sekitarnya, tetapi juga menyimpan beban berupa perasaan bersalah dalam hati mereka.

Apabila Anda mengenali karakteristik tersebut pada diri sendiri atau orang sekitar, jangan khawatir karena belum tentu situasinya sudah terlalu dini untuk ditangani.

Pengetahuan diri merupakan tahap awal dalam arah transformasi.

Mempelajari cara minta maaf tidak hanya mengembalikan keharmonisan dalam hubungan, tetapi juga membantu menciptakan kedamaian di dalam diri kita.

***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com