news  

Nurmalita Tak Menyangka Sekolah Sendirian di SMK Yasira Cijeungjing, Cita Jadi Desainer

Nurmalita Tak Menyangka Sekolah Sendirian di SMK Yasira Cijeungjing, Cita Jadi Desainer

Sekolah Swasta di Ciamis Hadapi Kesulitan dalam Penerimaan Siswa Baru

SMK Yasira, sebuah sekolah kejuruan swasta yang berada di Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, menghadapi tantangan berat dalam penerimaan siswa baru untuk tahun ajaran 2025/2026. Hanya satu orang siswa yang berhasil terdaftar dalam proses Sistem Penerimaan Siswa Baru (SPMB) yang dilakukan oleh sekolah tersebut.

Menurut Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Melia Pujianti, meskipun berbagai upaya promosi telah dilakukan, baik melalui media sosial maupun kerja sama dengan berbagai sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah tinggi (SLTP), baik di dalam maupun luar kecamatan, hasilnya tetap tidak memuaskan.

“Kami sudah melakukan promosi ke berbagai sekolah, bahkan menawarkan beasiswa, batik gratis, hingga program orang tua asuh. Namun, jumlah siswa yang mendaftar hanya satu,” ujarnya.

Melia menyebut bahwa salah satu faktor yang menyebabkan sedikitnya jumlah siswa baru adalah kebijakan penambahan rombongan belajar (rombel) di sekolah negeri. Dulu, satu rombel hanya bisa menampung maksimal 36 siswa, namun sekarang kapasitasnya meningkat menjadi hingga 50 siswa. Hal ini membuat daya tampung sekolah negeri semakin besar, sehingga SMK Yasira semakin kalah bersaing.

Meski hanya memiliki satu siswa baru, SMK Yasira tetap berkomitmen menjalankan proses pembelajaran sesuai standar operasional. Proses Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) digabungkan dengan kelas lain, namun pembelajaran tetap berjalan seperti biasa. Pihak sekolah juga terus memberikan motivasi kepada siswa agar tetap bertahan.

SMK Yasira hanya memiliki satu jurusan, yaitu Tata Busana. Jurusan ini dianggap langka di Kabupaten Ciamis, karena hanya ada dua sekolah lain yang menyediakan jurusan serupa, yaitu di Rajadesa dan SMK Hepweti.

Menurut Melia, peluang kerja bagi lulusan jurusan tata busana cukup besar. Banyak alumni SMK Yasira bekerja di bidang garmen, termasuk dua lulusan terbaru yang langsung direkrut perusahaan di Tasik.

Sekolah ini memiliki 11 guru tetap yayasan (GTY), tanpa adanya guru ASN karena mereka yang lolos seleksi PPPK telah dipindahkan ke sekolah negeri. Ruang kelas X terlihat kosong karena hanya diisi oleh satu siswa.

Melia berharap Pemerintah Provinsi Jawa Barat dapat melihat kondisi sekolah kecil seperti SMK Yasira. Ia memohon dukungan dan bantuan agar sekolah ini tetap bisa bertahan dan berkembang.

Saat ini, SMK Yasira masih membuka pendaftaran siswa baru dan berharap ada tambahan calon peserta didik sebelum tahun ajaran berjalan sepenuhnya.

Nurmalita, satu-satunya siswa baru, mengaku tidak menyangka akan menghadapi pembelajaran sendirian di kelas. Awalnya ia berharap bisa memiliki teman sekelas. Meski belum memiliki teman sekelas, hal itu tidak mengurangi semangatnya untuk belajar di jurusan tata busana.

Nurmalita ingin menjadi seorang desainer, sehingga ia memilih masuk ke SMK Yasira yang memiliki jurusan tata busana.

“Saya sudah merencanakan masuk ke sini sejak awal, ingin mengetahui lebih banyak tentang pembuatan busana atau baju. Itu cita-cita saya,” ujarnya.