NTT Menuju Pemekaran: Waktunya Flores, Timor, dan Sumba Bersinar di Panggungnya Sendiri

NTT Menuju Pemekaran: Waktunya Flores, Timor, dan Sumba Bersinar di Panggungnya Sendiri


OKE FLORES.COM –

Isu pemekaran wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) kini telah bertransformasi dari sekadar bisikan politik menjadi gaung yang menggema hingga ke pusat kekuasaan.

Bukan lagi sekadar wacana lokal ini adalah aspirasi kolektif dari masyarakat, tokoh daerah, hingga para legislator yang melihat bahwa pembagian wilayah adalah keniscayaan, bukan pilihan.

22 Daerah, 3 Provinsi Baru: Inilah Peta Baru NTT yang Diimpikan

Bayangkan NTT tak lagi berdiri sendiri sebagai satu provinsi besar yang sulit dijangkau dari ujung ke ujung.

Sebaliknya, NTT bisa berubah menjadi tiga provinsi baru yang lebih ramping, fokus, dan dekat dengan rakyatnya.

Berikut rancangannya:

1. Provinsi Flores Raya

Meliputi: Ende, Ngada, Manggarai, Manggarai Barat, Manggarai Timur, dan Nagekeo

  • Wilayah pegunungan dan pariwisata yang selama ini jadi tulang punggung destinasi timur Indonesia.

2. Provinsi Timor Raya

Meliputi: TTU, TTS, Kota Kupang, Kabupaten Kupang, dan Malaka

  • Titik strategis ekonomi dan pertahanan nasional, berbatasan langsung dengan Timor Leste.

3. Provinsi Sumba Raya

Meliputi: Sumba Timur, Sumba Barat, Sumba Tengah, dan Sumba Barat Daya

  • Pulau kaya budaya dan potensi agraria yang lama tertinggal dari pusat pembangunan.

Mengapa Harus Dimekarkan?


  1. Pelayanan Publik Lebih Dekat

    Tidak semua warga bisa dengan mudah menjangkau pusat provinsi di Kupang. Waktu, biaya, dan jarak jadi penghalang utama.


  2. Pemerataan Pembangunan

    Provinsi yang lebih kecil bisa lebih fokus menangani masalah lokal dan membangun infrastruktur dari desa ke kota.


  3. Penguatan Identitas Lokal

    Setiap pulau di NTT memiliki budaya, bahasa, dan sejarah unik. Dengan provinsi baru, semua itu bisa lebih dihidupkan dan dilestarikan.

Malaka: Si Kecil yang Bersuara Lantang

Salah satu daerah yang paling keras menyuarakan pemekaran adalah Kabupaten Malaka, yang baru lahir dari hasil pemekaran Kabupaten Belu.

Dengan posisi strategis di perbatasan Timor Leste, Malaka punya harapan besar jika tergabung dalam Provinsi Timor Raya.

“Kami tak ingin terus jadi penonton dalam pembangunan. Sudah saatnya Malaka ikut jadi pemain utama,” kata salah satu tokoh muda Malaka.

Bagi masyarakat Malaka, pemekaran bukan sekadar status administratif. Ini adalah jalan untuk mempercepat pembangunan jalan, rumah sakit, sekolah, hingga peluang ekonomi lintas batas.

Tantangan di Depan: Siap atau Tidak?

Namun, jalan menuju pemekaran tentu tidak mudah. Ada banyak pertanyaan kritis:

  • Siapa yang akan jadi ibu kota provinsi baru?
  • Apakah APBN sanggup mendanai pembentukan tiga provinsi sekaligus?
  • Bagaimana mencegah konflik kepentingan antar-daerah?

Tapi masyarakat tahu, tantangan bukan alasan untuk mundur. Kalau menunggu semuanya sempurna, pemekaran tak akan pernah terjadi.

Harapan Terakhir: Keputusan dari Jakarta

Saat ini, bola panas ada di tangan pemerintah pusat. Apakah Presiden dan Kementerian Dalam Negeri akan melihat ini sebagai peluang mempercepat pembangunan kawasan timur Indonesia? Atau justru sebagai beban baru birokrasi?

Yang jelas, dukungannya sudah nyata. Dari akar rumput hingga DPRD, dari tokoh adat hingga tokoh nasional, suara untuk pemekaran NTT semakin lantang. Ini bukan lagi tentang politik lokal. Ini tentang keadilan wilayah.

Saatnya NTT Mendekat ke Pusat Kemajuan

Jika dikelola dengan serius, pemekaran ini bisa jadi momen emas yang mengubah wajah NTT. Dari provinsi yang selama ini dianggap pinggiran, menjadi poros baru pembangunan Indonesia Timur.

Dan mungkin, 10 tahun dari sekarang, anak-anak dari Malaka, Sumba, dan Flores tak lagi harus pergi jauh untuk mengurus dokumen, mencari sekolah, atau meraih mimpi. Karena semua sudah ada… di provinsi mereka sendiri.***