news  

MPLS SMPN 1 Sampit Berbeda, Tidak Ada Kekerasan

MPLS SMPN 1 Sampit Berbeda, Tidak Ada Kekerasan

Pendekatan Baru dalam Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah di SMPN 1 Sampit

Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SMP negeri di Kota Sampit tahun ini menunjukkan inovasi yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Selain menjalankan materi wajib sesuai dengan aturan pemerintah, sekolah juga menyisipkan materi pilihan yang dirancang lebih interaktif dan ramah terhadap siswa baru. Salah satu contohnya adalah program MPLS yang diterapkan oleh SMPN 1 Sampit.

Kepala SMPN 1 Sampit, Suyoso, menjelaskan bahwa MPLS 2025 mengusung pendekatan yang lebih fokus pada kenyamanan dan keamanan peserta didik. Tidak hanya terbatas pada ceramah, sekolah menggunakan metode unjuk kerja agar siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan.

“Alhamdulillah, kami berkomitmen untuk menjalankan program pemerintah. Di tempat lain mungkin hanya berupa ceramah, tetapi di SMPN 1 Sampit kami menerapkan metode unjuk kerja. Misalnya, siswa baru akan didampingi langsung oleh kakak kelas, mulai dari upacara hingga kegiatan lainnya,” jelasnya, Senin (14/7/2025).

Tema utama MPLS tahun ini tetap berfokus pada konsep ramah anak. Berbagai materi baru telah ditambahkan, seperti pencegahan judi online, pencegahan pernikahan dini, anti kekerasan, serta bahaya narkoba dan zat adiktif lainnya. Selain itu, siswa juga akan mendapatkan materi pilihan yang disesuaikan dengan budaya dan program pembiasaan di sekolah.

“Tujuan kami adalah agar para siswa baru dapat mengenal lingkungan sekolah secara menyeluruh, mulai dari gedung, ruang kelas, guru, hingga berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Selain itu, mereka juga akan dikenalkan dengan mitra sekolah sebagai sumber belajar,” tambah Suyoso.

Tahun ini, SMPN 1 Sampit menerima sebanyak 288 siswa baru, dengan total keseluruhan siswa mencapai 890 orang jika ditambah kelas VIII dan IX. Para siswa baru tidak hanya dibekali materi cetak, tetapi juga guru-guru telah diberikan penguatan. Siswa akan mengikuti berbagai bentuk sosialisasi, mulai dari pembuatan poster hingga kunjungan ke instansi terkait seperti kepolisian, puskesmas, dan dinas kesehatan.

Setelah kegiatan MPLS, siswa akan berbagi pengalaman serta hasil yang mereka peroleh. Hal ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman dan meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam proses belajar mengajar.

Terkait isu masih adanya siswa SMP yang belum bisa membaca, Suyoso menegaskan bahwa sekolah wajib menerima semua anak sesuai jalur pendaftaran tanpa seleksi berbasis kemampuan literasi.

“Jika ada siswa yang belum bisa membaca, kami tetap menerima sebagai bentuk pelayanan inklusif. Prinsip kami adalah menerima berdasarkan domisili, usia, afirmasi, prestasi, dan mutasi. Tidak masalah jika ada siswa belum lancar membaca, karena di sini mereka akan didampingi,” tutupnya.

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com