news  

Miskin di Hadapan Tuhan

Miskin di Hadapan Tuhan

Oleh: Pdt. Samuel Adi Perdana

Pendeta GKI  Taman Cibunut

Support kami, ada hadiah spesial untuk anda.
Klik di sini: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/

 

Bahagialah orang yang miskin di hadapan

Allah, karena Dialah yang memiliki Kerajaan Surga

Support us — there's a special gift for you.
Click here: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/

(Matius 5:2)

UcapanKebahagiaan pertama dalam Firman Tuhan di Bukit ialah “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang memiliki Kerajaan Surga”. Diikuti kemudian oleh ucapan-ucapan bahagia lainnya. Apakah ucapan ini bermaksud agar kita berjuang untuk memasuki kehidupan yang penuh dengan keterbatasan, kemiskinan, dan jalan penderitaan? Tidak! Kitab Suci tidak menolak realitas dunia material.

Dalam kitab Kejadian 1:31a disebutkan bahwa Tuhan melihat segala sesuatu yang Ia ciptakan sangat baik. Sebagai Sang Pencipta, Tuhan menempatkan segala hal yang materiil dan bernilai, yang diciptakan khusus untuk manusia. Pada saat yang sama, Alkitab menyampaikan kebenaran penting lainnya: Tuhan berada di pihak mereka yang tidak memiliki tempat lain untuk berteduh. Kita dapat melihat hal ini dengan jelas dalam kisah keluarnya umat Allah dari Mesir. Di sana, Tuhan mendengar teriakan laki-laki dan perempuan yang menjadi budak di tanah Mesir. Tuhan membebaskan mereka lalu menjadikan mereka sebagai umat-Nya.

Dengan cara ini, Allah menunjukkan diri-Nya sebagai Juru Selamat bagi mereka. Allah menjawab apa yang mereka butuhkan karena mereka tidak memiliki harapan dari siapa pun kecuali Allah. Kepedulian Allah terhadap mereka yang tidak memiliki harapan apa pun dan tidak memiliki tempat untuk berharap adalah orang-orang yang menyadari bahwa sikap penting di hadapan Allah adalah datang kepada-Nya dengan penuh kepercayaan. Ketika Yesus berbicara tentang orang miskin di hadapan Allah, Yesus merujuk pada kondisi manusia yang tidak memiliki apa pun yang bisa diandalkan, yang ada hanyalah dirinya sendiri di hadapan Allah. Hal ini bertolak belakang dengan orang yang berada dalam sikap sombong karena ia menganggap dirinya memiliki segalanya.

Kemiskinan di hadapan Tuhan, sebagaimana disampaikan dalam Injil, bisa digambarkan seperti keberadaan anak-anak. Pada suatu kesempatan, Yesus menunjukkan kasih yang khusus kepada anak-anak, bahkan menjadikan mereka sebagai teladan yang harus ditiru. Jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga (Lukas 18:3). Hal ini bukan berarti anak-anak tidak mampu menjalani hidup tanpa bimbingan orang dewasa. Demikian pula, kemiskinan di hadapan Allah adalah kesadaran bahwa seseorang tidak memiliki apa-apa; mereka tidak bergantung pada saudara-saudaranya, melainkan harus mengandalkan Tuhan.

Yesus dalam kehidupannya menunjukkan kehidupan yang sederhana di hadapan Tuhan. Kondisi miskin, tempat kosong, dan tidak memiliki apa-apa akan menjadi tempat di mana Tuhan dapat tinggal; sebuah ruang terbuka yang memungkinkan hubungan antara Allah dengan umat-Nya terjalin. Pada saat itulah Tuhan mengisi kemiskinan umat-Nya dengan kehendak-Nya yang baik. Pada akhirnya pengalaman miskin di hadapan Allah yaitu kesadaran bahwa aku membutuhkan Allah akan menjadi pengalaman yang membahagiakan. Amin.***