PIKIRAN RAKYAT –
Telah satu minggu sejak tanggal 1 Mei 2025, ratusan pelajar menengah pertama berasal dari beberapa sekolah di wilayah Purwakarta, Jawa Barat mengikuti program unik di pangkalan tentara Resimen Artileri Medan 1 Sthira Yudha. Mereka akan melaksanakan aktivitas ini selama dua belas empat jam penuh dalam kurun waktu tujuh belas hari. Di sana, para murid tersebut mempergunakan area lantai aula yang telah disesuaikan sebagai fasilitas multi fungsi; termasuk didalamnya adalah ranjang fleksibel, kursi makan, serta lokasi perkuliahan bagi pembelajaran formal.
Mereka memulai hari dengan istirahat di waktu 22:00 WIB, kemudian bergeliat pada jam 04:00 WIB, lanjutan dari aktivitas tersebut adalah shalat bersama-sama serta makan pagi secara bersamaan.
Para siswa ini memakai pakaian bergambar loreng militer beserta potongan rambut pendek, sebelum dikenalkan tentang barisan dan olahraga fisik seperti lari jarak pendek dan gerakan push-up. Ketika dihadirkan pertanyaan, mereka merespons secara serentak dengan membuka jawaban menggunakan frasa: “Siap!” sambil tetap berdiri kaku layaknya prajurit. Di kesempatan tersebut pun, mereka turut mendapatkan pelajaran seni bela diri yakni karate, baru setelah itu makan bersama untuk jam istirahat.
Mereka menerima pengajaran mengenai nasionalisme dan disiplin dari seorang prajurit, diikuti dengan sesi pembelajaran bahasa Indonesia bersama seorang pendidik.
Peserta Pertama: 39 Anak
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta, Purwanto, menegaskan bahwa hak-hak anak akan tetap dipenuhi walaupun mereka tinggal di barak militer Resimen Armed 1 Sthira Yudha Purwakarta. Program pengembangan karakter bela negara ini mencakup sekitar 39 orang peserta dan termasuk dalam upaya membimbing anak-anak dengan masalah perilaku di Purwakarta. Beberapa lembaga yang terlibat antara lain adalah Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) serta Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A).
Purwanto menggarisbawahi bahwa penyediaan hak hidup serta pendidikan bagi anak-anak peserta program militer ini sejalan dengan aturan yang ada. Ia menjelaskan, “Anak-anak yang mendapatkan pendidikan di tempat ini tidak dikelola secara penuh oleh militer.”
Purwanto pun mengharapkan bimbingan dari berbagai pihak yang relevan, termasuk Piskalia, seorang konselor psikologi dari P2TP2A, serta Dandi dari KPAI. Piskalia menegaskan bahwa situasi mental peserta didik ini cukup stabil. Bukan hanya bagi anak-anak saja, tetapi juga para orangtua mereka menerima dukungan pemantapan psikologis dari regu P2TP2A Purwakarta.
Apa Saja yang Diajarkan?
“Pada tempat ini, para siswa dibina agar mempelajari disiplin diri, tanggung jawab, komitment, serta perilaku yang baik. Di bidang kepercayaan agama, mereka pun diberikan pengajaran tentang cara memiliki sikap yang benar,” jelas Piskalia. “Syukur Alhamdulillah, perkembangan positif dapat diamati melalui ekspresi di wajah para remaja tersebut; mereka kelihatan sangat senang,” lanjutnya.
Piskalia juga menjelaskan bahwa meskipun anak-anak awalnya merasa takut, kini mereka mulai menunjukkan semangat dan antusiasme mengikuti program latihan di barak militer. “Hak-hak anak sudah terpenuhi, yang dulunya merasa takut dan terbebani, kini mulai merasa lebih baik dengan semangat baru,” ujarnya.
Pada kesempatan serupa, Dandi dari KPAI menggarisbawahi bahwa program tersebut telah mencakup seluruh hak anak sebagaimana diatur dalam UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, khususnya berkaitan dengan bidang pendidikan.
Acara pelatihan khusus ini, yang bersamaan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional, dihadiri oleh belasan orangtua di Purwakarta yang secara rela mempercayakan anak-anaknya dalam program peningkatan karakter dan disiplin yang dirancang oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. ***
Disclaimer:
Artikel ini sempat dipublikasikan sebelumnya di
Pikiran Rakyat Subang
dengan judul:
Kepatuhan Hak Siswa dalam Asrama Militer Telah Dipastikan, Ini Penjelasan dari KPAI dan P2TP2A Purwakarta