Baru-baru ini, media sosial dihebohkan oleh seorang anak kecil yang diketahui menderita askariasis, yaitu infeksi cacing yang menyebar hampir ke seluruh tubuhnya. Apa jenis cacing itu?
Ascaris lumbricoidesmerupakan spesies cacing nematoda besar atau parasit yang paling umum menyerang manusia. Cacing ini dikenal juga sebagai cacing pita, yang menjadi penyebab penyakit askariasis, atau disebut juga cacingan. Meski tidak sering dibicarakan, spesies ini menjadi penyebab infeksi cacing yang paling umum di dunia, khususnya di negara-negara berkembang yang memiliki sanitasi yang kurang memadai.
Lantas, seperti apa Ascaris lumbricoidesapa? Bagaimana cara penyebarannya dan siklus hidupnya? Mari kita cari tahu!
Tolong support kita ya,
Cukup klik ini aja: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/
1. Memiliki tiga bibir
Dilansir Britannica, Ascaris lumbricoides berasal dari ordo Ascaridida, kelas Secernentea. Jenis ini merupakan cacing pita parasit yang menyerang usus hewan mamalia, khususnya manusia. Ukurannya cukup besar dan mampu berkembang hingga mencapai panjang 40 cm, dengan mulut yang dikelilingi tiga bibir.
Dilansir Alomedika, bibir Ascaris lumbricoidesterletak di bagian depan atau ujung kepala. Tiga bibir ini tersusun secara khas, yaitu satu di bagian tengah belakang (atas) dan dua di sisi bawah (bagian bawah, di sebelah kanan dan kiri). Setiap bibir ini memiliki sensor papila, yaitu tonjolan kecil yang berfungsi sebagai alat indra sentuh atau kemoreseptor bagi cacing.
2. Betina berukuran lebih besar dibandingkan jantan
Dilansir Alomedika, cacing pita dewasa dapat dibedakan dengan jelas berdasarkan jenis kelaminnya. Cacing jantan lebih ramping dengan panjang sekitar 10-30 cm, ujung ekornya melengkung ke arah bagian bawah (perut) dan memiliki sepasang spikula yang menonjol untuk proses perkawinan. Sementara itu, betina memiliki panjang sekitar 22-35 cm, lebih besar dengan diameter sekitar 3-6 mm, dan ekornya lurus. MenurutNational Library of Medicine, cacing pita biasanya memiliki warna merah muda, kuning, atau putih.
3. Menghasilkan hingga dua ratus ribu butir telur setiap hari
Telur Ascaris lumbricoides merupakan faktor utama dalam diagnosis penyakit askariasis. DilansirAlomedika, cacing betina dewasa mampu menghasilkan hingga 200.000 butir telur setiap harinya. Secara umum, telur dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
-
Telur fertil atau telur yang telah dibuahi, dapat berkembang menjadi larva infektif yang mampu menularkan penyakit. Bentuknya bulat lonjong, dengan ukuran sekitar 45-75 mm x 35-50 mm, dan memiliki tiga lapisan dinding yang tebal, yaitu lapisan luar(albuminoid), lapisan tengah (hialin), dan lapisan dalam (vitelin). Telur ini mengandung janin dan memiliki rongga udara.
-
Telur infertil atau telur yang tidak subur, tidak mampu berkembang menjadi larva, artinya tidak menular. Bentuknya memanjang, dengan ukuran sekitar 85–95 mm x 45 mm. Lapisan luarnya (albuminoid) lebih ramping dan cangkangnya terlihat lebih tembus pandang. Telur ini tidak mengandung embrio dan tidak memiliki rongga udara.
4. Ini cara cacing pita menular!
Infeksi dan penularan Ascaris lumbricoides terjadi melalui jalur feses-oral (fecal-oral route), yaitu ketika seseorang secara tidak sengaja menelan telur cacing yang sudah matang dan bersifat infektif. Umumnya melalui makanan yang tercemar, seperti buah-buahan dan sayuran yang belum dicuci dengan benar, serta daging yang tidak dimasak hingga matang sempurna. Telur juga dapat masuk ke tubuh anak-anak ketika mereka bermain di tanah atau menyentuh benda yang terkontaminasi, lalu menyentuh mulut atau makanan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu.
Telur Ascaris lumbricoidesmenyukai tanah yang basah dengan suhu sekitar 25-30°C. Mereka mampu bertahan terhadap cuaca dingin dan cairan pembersih, bahkan bisa hidup selama beberapa tahun di dalam tanah. Namun, telur-telur tersebut akan mati jika air atau makanan dimasak hingga mendidih dan matang pada suhu tinggi.
5. Siklus hidupnya unik
Siklus hidup Ascaris lumbricoidesterjadi di dalam tubuh manusia sebagai inangnya dan di lingkungan luar. Setelah telur dikeluarkan bersama feses, telur akan mencemari tanah yang lembap, hangat, dan teduh, sehingga dapat menyebarakan infeksi. Proses ini memerlukan waktu sekitar 2-4 minggu.
Infeksi terjadi ketika seseorang mengonsumsi telur yang terinfeksi dari media yang terkontaminasi. Setelah ditelan, telur yang terinfeksi akan menetas di usus kecil dan membentuk larva. Larva tersebut kemudian menembus dinding usus dan masuk ke dalam aliran darah. Mereka berpindah ke hati dan akhirnya tiba di paru-paru. Di kantung udara paru-paru (alveoli), larva akan bergerak naik menuju bronkiolus, bronkus, hingga ke tenggorokan. Ketika sampai di tenggorokan, larva akan memicu refleks batuk, yang kemudian menyebabkan larva tertelan kembali ke usus halus.
Di usus halus, larva berkembang menjadi cacing dewasa yang berjenis kelamin jantan dan betina. Mereka akan berkawin dan betina akan menghasilkan telur yang kemudian dikeluarkan bersama feses untuk memulai kembali siklus hidup. Keseluruhan siklus hidup cacing ini memakan waktu sekitar 2-3 bulan. Cacing dewasa dapat bertahan hidup di dalam usus manusia selama 1-2 tahun.
6. Tanda-tanda dan pengobatan infeksi askariasis
Dilansir Halodoc, Saat larva berpindah dari usus ke paru-paru melalui aliran darah, mereka bisa menyebabkan iritasi pada jaringan paru-paru, yang mengakibatkan gejala seperti batuk persisten, kesulitan bernapas, dan napas berbunyi (mengi). Selain itu, larva juga dapat menimbulkan gangguan pencernaan dengan gejala seperti nyeri perut, mual, muntah, diare, serta penurunan selera makan dan berat badan. Dalam kasus infeksi yang parah, pasien mungkin mengeluarkan cacing saat muntah atau cacing terlihat bersama feses.
Mayoritas kasus infeksi yang ringan tidak menunjukkan tanda-tanda gejala, namun infeksiAscaris lumbricoides Dalam jumlah yang besar, dapat memicu komplikasi serius seperti kekurangan gizi pada anak, penyumbatan usus, radang usus buntu, serta hambatan aliran empedu atau pankreas. Pengobatan awal untuk infeksi cacing ini adalah dengan pemberian obat antiparasit, namun jika terjadi komplikasi seperti penyumbatan usus, tindakan lanjutan seperti operasi mungkin diperlukan. Lebih baik segera berkonsultasi dengan dokter apabila mengalami gejala askariasis agar mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang sesuai.
Infeksi Ascaris lumbricoidesmungkin sering tidak diperhatikan, namun dampak terhadap kesehatan, khususnya pada anak-anak, tidak boleh dianggap sepele. Oleh karena itu, dengan memahami siklus hidup dan metode penyebarannya, serta kesadaran akan pentingnya mencuci tangan, memasak makanan secara benar, dan menjaga kebersihan lingkungan merupakan langkah penting untuk memutus penyebaran penyakit dan menciptakan lingkungan yang lebih baik.
5 Fakta Ular Pohon Pinus, Penampilannya Mampu Mengelabui Mata! 5 Fakta Ular Kobra Tiongkok, Termasuk Hewan Beracun dari Asia Timur!