Mengapa Istri Sering Melakukan Selingkoh Emosional? Pahami Ini Sebelum Terlambat!

Mengapa Istri Sering Melakukan Selingkoh Emosional? Pahami Ini Sebelum Terlambat!



– Berkhianat tak melulu berkaitan dengan fisik. Pada berbagai kesempatan, berselingkuh secara emosi—saat perasaan dan pemikiran seseorang sangat dekat dengan individu lain di luar hubungan resmi—seringkali merupakan jenis penggelapan cinta yang lebih sering terjadi.

Menariknya, banyak wanita yang terlibat dalam perselingkuan emosional. Apa sesungguhnya yang mencegah wanita untuk tidak bermain-main dengan perasaan seperti itu?


Selingkuh Emosional

Menurut artikel di Your Tango, sebuah penelitian melibatkan 90.000 laki-laki dan perempuan menyatakan bahwa sebanyak 91,6% wanita mengakui telah terlibat dalam perselingkuhan emosional, dibandingkan hanya 78,6% pria. Walaupun hasil tersebut belum diterbitkan dalam jurnal ilmiah yang direview oleh para ahli, pola ini menunjukkan bahwa perselingkuhan emosional saat ini semakin umum daripada yang kebanyakan orang sadari.

Psikolog Mark Borg menggambarkan hal ini sebagai mekanisme pertahanan mental. Pada komitmen jangka panjang, beberapa individu—khususnya perempuan—mengamankan dirinya dari ketakutan akan cinta dengan membentuk keterikatan emosi diluar ikatan pasangan. “Jadilah ironisnya, metode ini menjadi sarana bagi mereka untuk melindungi diri terhadap elemen-elemen cinta yang dapat menimbulkan kekhawatiran,” katanya.


Mengapa Perempuan Cenderung Berselingkuk secara Emosi?

Berikut beberapa penyebab utama yang membuat wanita terlibat dalam perselingkuan emosional, sebagaimana diambil dari Brides.com dan Psychology Today.


1. Kebutuhan Perasaan yang Belum Tercukupi

Berbeda dengan laki-laki yang umumnya memiliki keperluan fisikal yang lebih tinggi, perempuan kerap menginginkan keterkaitan emosi yang mendalam. Apabila pasangannya tak bisa jadi tempat untuk bercerita dengan rasa aman serta empati, perempuan biasanya akan mencari kenyamanan itu di suatu tempat lain.

Salah satu wanita bernama Carol, 62 tahun, mengaku sempat mengalami kekerasan verbal dan perselingkuhan seksual dalam pernikahannya. Setelah itu, ia menjalin hubungan emosional dengan seseorang yang “mendengarkan dan baik hati.”


2. Kurangnya Dukungan Saat Masa Sulit

Laneise, berusia 32 tahun, merasakan duka yang sangat dalam setelah kepergian sang bapa. Dia menanggap bahwa suaminya kurang mempedulikan kedua orang tuanya serta keluarga mereka.

Saat dia amat mengharapkan bantuan, kawan sekantor datang dan jadi tumpuan harapan. Kedekatan itu lalu berkembang menjadi hubungan yang melampaui batas pertemanan.


3. Balas Dendam

Sebagian wanita memutuskan untuk berkhianat dalam hal emosi sebagai tindakan pembalasan atas perselingkuan yang dilakukan oleh pasangannya di masa lalu. Walaupun belum tentu direncanakan, kedekatan yang terjalin dengan pihak lain menjadikan metode ini sebagai “cara mengimbangi kesedihan” tanpa melibatkan kontak fisik.


4. Ketidakcukupan Komunikasi pada Relasi

Komitmen komunikasi yang rusak atau tak sehat di antara pasangan dapat memicu masalah. Apabila kedua belah pihak sudah tidak mampu untuk saling bertukar pikiran dengan jujur atau bahkan gagal mendengarkan satu sama lain, biasanya para wanita akan menemukan kelegaan lewat ikatan emosi bersama individu lain yang lebih simpatetik dan responsif.


5. Kepentingan Dalam Penerimaan dan Apresiasi

Beberapa perempuan mengakui bahwa mereka terjerumus ke dalam perselingkuhan emosional sebab merasa kurang dihormati atau dikurusi oleh pasangan masing-masing. Kepribadian dekat dengan pihak lain itu menawarkan kepada mereka penghargaan serta perasaan ‘dibutuhkan’, hal yang telah lama pupus dari ikatan primer tersebut.


Bagaimana Kecelakaan Hubungan Emosional Dapat Terjadi?

Menurut psikolog Elizabeth Carr, perselingkuan emosional biasanya bermula tanpa disadari – dari sebuah hubungan persahabatan yang kelihatannya sangat murni. Akan tetapi, ketika keduanya mulai bertukar cerita soal kehidupan pribadi mereka, mengejar dukungan emosional, atau mengungkapkan rasa yang semestinya hanya dikirim kepada pasangannya sendiri, garis pembatas itu lama-kelamaan menjadi samar.

Carr mengatakan bahwa hal ini dapat terjadi secara perlahan-lahan. Secara tidak sadar, individu tersebut mulai menutupi sesuatu dari pasangannya, membagikan kedekatan emosi yang semestinya hanya untuk dua orang, hingga pada akhirnya membentuk ikatan dengan pihak ketiga.


Apakah Perbedaan dengan Hubungan Persahabatan Reguler?

Banyak yang mengira bahwa berselingkuh secara emosi cuma sebatas memiliki teman dekat. Akan tetapi, sesungguhnya terdapat perbedaan mendasar di antara kedua hal tersebut.

Dalam persahabatan normal, tidak terdapat elemen-elemen seperti kerahasiaan atau keterlibatan yang bisa membahayakan ikatan utama. Akan tetapi, dalam kasus berselingkuh secara emosi, keintiman emosional serta sifat diam-diam menjadi aspek penting.

Apabila ada orang lain memulai untuk menempati posisi yang semestinya dimiliki oleh pasangan, ini merupakan pertanda bahaya. Akibat dari berselingkuh secara emosi dapat sangat merugikan, tidak kalah buruknya dengan perselingkuan fisik.

Perasaan dicurangi, hilangnya kepercayaan, dan kesenjangan dalam pemahaman dengan pasangan kerap timbul. Hubungan bahkan dapat mengecil atau terputus bila hal-hal tersebut tak cepat dituntaskan.

Namun, menurut para pakar, pasangan tetap dapat menyembuhkan diri dari perselingkuhan emosional apabila mereka mau berterus-terang, merestorasi komunikasi, serta mungkin mengajukan bantuan profesional seperti terapis perkawinan. Mengidentifikasi gejalanya pada tahap awal dan memulihkan komunikasi dalam hubungan bisa menjadi faktor penting untuk mencegah masalah ini bertambah parah.

(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com