Proyek Masjid Seribu Bulan Purwokerto yang Tertunda
Masjid Agung Purwokerto, atau dikenal juga dengan nama Masjid Seribu Bulan, adalah salah satu proyek besar yang direncanakan untuk menjadi ikon religius di pusat kota. Meski awalnya ditargetkan selesai pada tahun 2025, pembangunan masjid ini justru mengalami hambatan dan terhenti sejak 2023. Awalnya, proyek ini dimulai pada Mei 2021, namun hingga saat ini hanya tersisa rangka bangunan utama yang masih dalam proses pengerjaan.
Masjid ini rencananya akan menampung hingga 3.000 jemaah, dan diharapkan menjadi destinasi wisata religi yang menarik minat masyarakat. Lokasinya berada di kompleks Menara Teratai, Jalan Bung Karno, Purwokerto. Selain masjid, di area tersebut juga akan dibangun Islamic Center Purwokerto yang akan menjadi pusat kegiatan keagamaan dan pendidikan.
Inspirasi dari Malam Lailatul Qadar
Desain Masjid Seribu Bulan memiliki makna filosofis yang mendalam. Arsitek yang turut terlibat dalam perencanaan adalah Ridwan Kamil, mantan Gubernur Jawa Barat. Dalam acara groundbreaking yang dilakukan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pada 7 Mei 2021, Ridwan Kamil menyampaikan bahwa desain masjid ini terinspirasi dari Malam Lailatul Qadar, malam turunnya Alquran.
Masjid ini memiliki tiga bangunan yang dirancang dengan lengkungan menyerupai bulan sabit. Jumlah bulan sabit yang digunakan sangat banyak, sehingga memberi nama “Seribu Bulan” kepada masjid ini. Filosofi di balik desain ini menggambarkan keindahan dan keagungan malam yang penuh berkah tersebut.
Anggaran Besar dan Sumber Dana yang Beragam
Pembangunan Masjid Seribu Bulan diperkirakan membutuhkan anggaran sebesar Rp125 miliar. Untuk memenuhi anggaran tersebut, pembangunan dilakukan secara bertahap. Selain bantuan dari APBD, pihak yayasan juga melibatkan berbagai pihak seperti Kementerian Agama dan Baznas Banyumas.
Yayasan Rohmatan Lil Alamin, yang menjadi panitia pembangunan, mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam penggalangan dana. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan menerbitkan kupon infak yang dibagikan kepada warga. Kupon ini hadir dalam dua nominal, yaitu Rp10.000 untuk masyarakat umum dan Rp5.000 untuk pelajar.
Hingga akhirnya, dana yang terkumpul mencapai sekitar Rp2,8 miliar. Dana tersebut disimpan dalam rekening Bank Syariah Indonesia (BSI) milik yayasan. Ketua Yayasan, KH Taefur Arofat, memastikan bahwa dana tersebut masih utuh dan belum digunakan karena menunggu petunjuk lebih lanjut.
Pertanyaan Warga dan Tanggapan Yayasan
Penggalangan dana yang dilakukan oleh masyarakat sempat menimbulkan pertanyaan, terutama karena pembangunan yang terhenti. Beberapa warga mengadukan ketidakpuasan mereka melalui platform aduan resmi kabupaten Banyumas. Mereka mempertanyakan penggunaan dana yang telah mereka setor lewat kupon infak.
Menanggapi hal ini, yayasan memastikan bahwa dana yang terkumpul masih aman dan tidak digunakan sebelum ada arahan lebih lanjut. Pernyataan tersebut disampaikan saat Ketua Yayasan bertemu dengan Bupati Banyumas Sadewo Tri Lastiono.
Progres Pembangunan yang Tergantung Pusat
Saat ini, kelanjutan pembangunan Masjid Seribu Bulan masih menunggu realisasi bantuan dari Kementerian PUPR. Seperti yang dijanjikan saat kunjungan mereka ke Banyumas pada Januari 2025 lalu, bantuan tersebut belum cair karena efisiensi anggaran di tingkat pusat.
Bupati Sadewo Tri Lastiono mengatakan bahwa ia akan segera melakukan kunjungan ke Kementerian PUPR untuk menanyakan kelanjutan pembangunan. Ia juga menegaskan komitmennya untuk melanjutkan proyek ini meskipun harus menggunakan APBD secara bertahap.