news  

Macet Parah di Bandung, Warga Habiskan 108 Jam per Tahun Terjebak Kemacetan

Macet Parah di Bandung, Warga Habiskan 108 Jam per Tahun Terjebak Kemacetan


PIKIRAN RAKYAT –


Warga Bandung pasti sudah merasakan kemacetan yang dialami di jam-jam sibuk apalagi saat libur panjang. Kawasan penyangga di area Bandung Raya menjadi daerah yang paling sering pusat titik kemacetan.

Menurut laporan baru, warga Bandung rata-rata menghabiskan waktunya di jalan karena kemacetan selama 108 jam setiap tahunnya. Laporan ini diterbitkan oleh TomTom Traffic, platform yang melaporkan kemacetan di kota-kota seluruh dunia.

Dilihat

Pikiran-rakyat.com

dari situs TomTom, Kamis, 3 Juli 2025, warga Bandung menempuh jarak 10 km dengan waktu selama 39 menit 30 detik.

Untuk kecepatan rata-ratanya, kendaraan di Bandung melaju dengan rata-rata 15,2 km per jam. Adapun kemacetan terpanjang di kota kembang ini yakni 14,3 km, menurut data terbaru TomTom.

Di Asia, Bandung menjadi kota paling macet ke-7 dan ke-12 di dunia. Sementara Jakarta ke-34 di Asia dan ke-90 di dunia.

“Waktu tempuh, tingkat kemacetan, dan kecepatan didasarkan pada data perjalanan yang dikumpulkan secara anonim dari pengemudi di wilayah perkotaan melalui seluruh jaringan jalan — termasuk jalan cepat dan jalan raya yang melintasi area ini,” tulis TomTom dalam situs resminya.

Data dari TomTom tersebut menunjukkan Bandung sebagai kota paling macet di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah kota dan pemerintah provinsi Jawa Barat untuk mengatasi kemacetan di kota kembang ini.

Adapun yang teranyar untuk mengatasi kemacetan seperti pembangunan jalan tol, pengurangan penggunaan kendaran pribadi di jam-jam tertentu hingga memaksimalkan penggunaan transportasi publik.

Bandung Perlu Transportasi Publik yang Memadai

Pengamat budaya urban, Jejen Jaelani, memandang transportasi massal modern yang ada di Kota Bandung belum menunjukkan perubahan yang berarti untuk mengatasi kemacetan.

Mengingat status metropolitan sudah melekat pada Kota Bandung, Jejen mengatakan perlunya penambahan rute yang menjangkau daerah suburban, yakni Cimahi, Bandung Barat, dan Sumedang.

Tiga daerah ini menyumbang lonjakan populasi bagi Kota Bandung pada jam kerja. Jika transportasi publik tidak terintegrasi dengan baik, sabar-sabar saja menghadapi kemacetan yang kian parah.

“(Pemerintah) perlu membuat semacam blueprint tentang transportasi publik yang terintegrasi se-Bandung Raya. Saya kira ini hal yang paling mendesak,” kata Jejen kepada

Pikiran-rakyat.com

pada 9 Januari 2025 lalu.***