Jakarta, IDN Times
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan bahwa beberapa sektor padat karyawan di Indonesia akan dipengaruhi oleh kebijakan tariff impor saling setuju dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.
Efek primer yang perlu ditanggapi dengan serius adalah pada sektor lapangan pekerjaan di Indonesia.
“Beberapa sektor tenaga kerja intensif seperti perikanan, tekstil, elektronik, makanan olahan, serta produk karet dan kayu memiliki potensi untuk mengalami dampak signifikan. Hal ini tidak hanya melibatkan penurunan nilai ekspor, tapi juga berkaitan dengan kelangsungan hidup dari jutaan buruh,” ungkap Luhut via akun Instagram resmi @luhut.pandjaitan pada hari Rabu, 9 April 2025.
1. Wanti-wanti RI jadi sasaran barang impor dari negara lain yang juga dikenakan tarif
Kebijakan tarif balasan untuk produk impor yang masuk ke Amerika Serikat berlaku bagi 185 negara. Melalui aturan ini, Indonesia diwajibkan membayar tingkat bea sebesar 32 persen dari total nilai ekspornya ke AS.
Di samping itu, Luhut menyatakan keprihatinannya bahwa negara-negara lain yang turut terpengaruh mungkin akan mengepung Indonesia dengan barang-barang produksinya.
“Kami pun sudah merencanakan antisipasi terhadap kemungkinan kedatangan massal produk impor berharga rendah di pasaran dalam negeri dan saat ini tengah menyusun tindakan perlindungan,” kata Luhut.
2. Pemerintah menegaskan akan memberikan penyelesaian
Luhut menyatakan bahwa pihak berwenang akan turun gunung untuk memberikan bantuan serta mendukung upaya dalam menjamin kompetitivitas sektor manufaktur lokal.
“Pemerintah akan turun tangan, menyediakan bantuan selama proses peralihan ini, serta memastikan bahwa persaingan dalam sektor industri tetap stabil. Selain itu, kami sudah merencanakan berbagai strategi untuk mencegah kemungkinan banjir produk impor murah yang bisa masuk ke pasaran lokal,” jelas Luhut.
3. Ini bisa menjadi kesempatan bagi RI
Di sisi lain, Luhut mengatakan, adanya kebijakan tarif resiprokal Trump akan memberikan peluang baru, dan menjadi momentum Indonesia dalam menetapkan posisi barunya.
Ketenagan perdagangan ini dapat berubah jadi peluang.
repositioning
. Indonesia punya potensi menjadi tujuan investasi dan basis produksi baru, apalagi tarif kita relatif lebih rendah dibanding banyak negara ASEAN lainnya,” ujar dia.