Low Tuck Kwong memimpin daftar orang terkaya di Indonesia untuk kedua kalinya. Menurut data dari Forbes Billionaires yang dirilis pada hari Rabu (7/5), total aset sang pemilik PT Bayan Resources Tbk (BYAN), sebuah perusahaan pertambangan batubara, diperkirakan sebesar US$ 27,6 miliar atau senilai dengan Rp 454 triliun.
Kekayaan Low Tuck Kwong melebihi dua saudara pemilik Grup Djarum yakni R Budi Hartono dan Michael Hartono. Pendiri dan pemilik Grup Barito Prajogo Pangestu yang pada awal tahun 2025 menempati posisi teratas dengan aset mencapai sekitar Rp 750 triliun, saat ini menduduki peringkat ke empat dengan nilai kekayaan sebesar kurang lebih Rp 326 triliun.
Pada saat ini, Low Tuck Kwong adalah pemilik utama dan pengendali terbesar di Bayan Resources dengan memiliki 40,17% dari total saham. Ia berperan sebagai direktur utamanya dalam perusahaan pertambangan batubara tersebut. Sementara itu, publik memegang sekitar 21,3% dari jumlah saham yang ada.
Perusahaan lain yang memiliki hubungan dengan Low Tuck Kwong adalah PT Samindo Resources Tbk (MYOH), yang aktif dalam bisnis pertambangan batubara. Pada perusahaan ini, dia hanya menggenggam 14,18% dari jumlah total saham publik yang mencapai 16,33%. Kendali perusahaannya dimiliki oleh ST International Corporation melalui kepemilikan sahamnya sebanyak 59,03%.
Di samping itu, Low Tuck Kwong juga dinyatakan sebagai pemegang saham utama untuk perusahaan energi terbarukan Singapura yang bernama Metis Energy. Sebelum berganti nama menjadi seperti saat ini, entitas tersebut dulunya disebut Manhattan Resources dan masih memiliki kepemilikan di The Farrer Park Company serta Samindo Resources.
Low Tuck Kwong memulai profesinya di bidang konstruksi bersama sang ayah di Singapura ketika masih muda. Dia lalu berpindah ke Indonesia tahun 1972 dan mengubah status kewarganegaraannya menjadi warga negara Indonesia (WNI) mulai tahun 1992.
Daftar 10 Orang Terkaya di Indonesia Versi Forbes Billionaires Per Tanggal 7 Mei 2025
Nama |
Kekayaan |
Industri |
Peringkat Dunia |
Low Tuck Kwong |
US$ 27,6 Billion |
Batu Bara |
72 |
R Budi Hartono |
US$ 22,5 Billion |
Perbankan, Rokok |
87 |
Michael Hartono |
US$ 21,6 Billion |
Perbankan, Rokok |
95 |
Prajogo Pangestu |
US$ 19,9 Billion |
Petrokimia, Energi |
101 |
Sri Paskah Lohia |
US$ 8,4 Billion |
Petrokimia |
366 |
Otto Toto Sugiri |
US$ 7 Billion |
Data Center |
482 |
Agoes Projosasmito |
US$ 5,2 Billion |
Tambang, Investasi |
692 |
Tahir & Family |
US$ 5,2 Billion |
Beragam |
698 |
Marina Budiman |
US$ 5 Billion |
Data Center |
742 |
Dewi Kam |
US$ 4,8 Billion |
Batu Bara |
760 |
Sumber: Forbes Billionaires
Performa Perusahaan BYAN serta MYOH yang Terkait dengan Low Tuck Kwong
Kenaikan nilai aset dari pemegang saham utama di perusahaan energi terbarukan Singapore, Metis Energy—yang dulunya bernama Manhattan Resources—terjadi bersamaan dengan performa gemilang kedua entitas publik yang dimilikinya. Berdasarkan dokumen yang dikirimkan ke Bursa Efek Indonesia, dua buah perusahaan milik Low Tuck Kwong yakni BYAN serta PT Samindo Resources Tbk (MYOH), secara masing-masing berhasil menampilkan hasil operasional yang membanggakan selama tiga bulan awal tahun 2025.
“Untuk tanggal 31 Maret 2025 serta 2024, tidak ada instrumen yang kelak bisa menghasilkan pembuatan saham biasa, oleh karena itu besarnya laba bersih per lembar saham yang dihitung secara dilusif sama dengan laba bersih per lembar saham dasar,” demikian tertulis dalam laporan informasi publik BYAN kepada bursa.
Dalam pelaporan ke Bursa Efek Indonesia, perusahaan layanan tambang batubara MYOH merencanakan laba bersih senilai US$ 3,8 juta yang setara dengan Rp 63 miliar untuk kuartal pertama tahun 2025. Ini menunjukkan peningkatan sebanyak 501% jika dibandingkan dengan laba di periode sama tahun 2024 yaitu US$ 0,64 juta atau setara dengan Rp 10,3 miliar.
Mirip seperti MYOH, BYAN pun menghasilkan performa luar biasa. Perusahaan yang beroperasi dalam sektor pertambangan dan kontraktor batubara tersebut mendaftarkan peningkatan pendapatan hingga 15%.
Performanya yang luar biasa ini sesuai pula dengan pergerakan saham di pasar. Saham MYOH telah naik 11,49%, yaitu dari harga Rp 1.610 pada tanggal 2 Januari hingga mencapai penutupan perdagangan hari Selasa (6/5) di angka Rp 1.795. Sementara itu, saham BYAN tetap stabil antara nilai Rp 20.300.