news  

Kurangnya Pendaftar di SDN Ponorogo: 8 Sekolah Tak Punya Siswa Baru

Kurangnya Pendaftar di SDN Ponorogo: 8 Sekolah Tak Punya Siswa Baru

Fenomena Sekolah Negeri Tanpa Siswa Baru di Kabupaten Ponorogo

Di beberapa sekolah dasar (SD) di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, terjadi fenomena yang cukup mengejutkan. Tidak semua SD Negeri berhasil mendapatkan siswa baru untuk tahun ajaran 2025/2026. Dalam data yang diperoleh, sebanyak delapan SD Negeri tidak menerima satu pun siswa kelas satu pada awal tahun ajaran ini.

Daftar Sekolah yang Tidak Mendapatkan Siswa Baru

Delapan SD Negeri tersebut antara lain:
– SDN Setono di Kecamatan Jenangan
– SDN Nambak di Kecamatan Bungkal
– SDN 03 Pomahan di Kecamatan Pulung
– SDN 4 Tempuran di Kecamatan Sawoo
– SDN 3 Ngilo Ilo di Kecamatan Slahung
– SDN Nailan di Kecamatan Slahung
– SDN Truneng di Kecamatan Slahung
– SDN Nampan Sukorejo

Kepala Dinas Pendidikan (Kadindik) Kabupaten Ponorogo, Nurhadi Hanuri, menyampaikan bahwa masih ada beberapa sekolah yang belum diminati oleh masyarakat. Hal ini menjadi alasan utama mengapa sekolah-sekolah tersebut tidak memiliki siswa baru.

Regulasi dan Kesempatan bagi Sekolah Kosong

Meskipun tidak ada siswa baru, sekolah-sekolah tersebut tetap diperbolehkan membuka pendaftaran. Hal ini bertujuan untuk memberi kesempatan kepada masyarakat yang belum mendaftarkan anaknya ke sekolah. Menurut Nurhadi, negara tetap hadir dalam memastikan layanan pendidikan tersedia bagi seluruh masyarakat.

“Jika ada warga yang belum mendaftarkan anaknya, mereka masih bisa mendaftar ke sekolah-sekolah yang kosong,” jelasnya. Dengan demikian, setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan, meskipun jumlahnya sedikit.

Penyebab dan Solusi yang Dicoba

Menurut Nurhadi, salah satu penyebab utama adalah kurangnya jumlah taman kanak-kanak (TK) di sekitar lingkungan sekolah. Selain itu, kepala sekolah dan warga sekolah perlu melakukan inovasi agar masyarakat lebih tertarik untuk mengirimkan anaknya ke sekolah tersebut.

Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pihak sekolah dan masyarakat. “Dengan inovasi dan strategi yang tepat, sekolah dapat meningkatkan minat masyarakat,” tambahnya.

Pengalaman Siswa Satu-satunya di SDN Jalen

Salah satu contoh nyata dari fenomena ini adalah SDN Jalen di Desa Jalen, Kecamatan Balong. Sekolah ini hanya memiliki satu siswa baru, yaitu Al Arsy Alfarizi. Meskipun jumlahnya sangat sedikit, Arsy tidak merasa minder. Ia langsung masuk ke kelas dan berbaur dengan siswa lain, meski berbeda tingkatan kelas.

Selama masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS), Arsy digabungkan dengan siswa kelas II. Mereka diberi tugas membuat bunga dari origami dan menggambar. Meskipun hanya satu siswa, Arsy tetap diajar oleh satu guru, seperti belajar privat.

“Iya senang saja di sini, enjoy aja walaupun yang kelas 1 hanya aku saja. Kayak privat begitu,” ujar Arsy sambil tertawa.

Kondisi Sekolah yang Kosong

Pada hari pertama sekolah, suasana di SDN Setono terlihat jauh berbeda dari sekolah lain. Tidak ada keramaian atau hiruk pikuk seperti biasanya. Hanya beberapa orang tua yang mengantarkan anaknya ke sekolah. Sementara itu, ruang kelas I dan II terlihat kosong dan penuh debu, bahkan ada sarang laba-laba yang menandakan ruangan tersebut jarang digunakan.

Keberagaman Siswa di SDN Jalen

Guru SDN Jalen, Uji Hentini, menjelaskan bahwa total siswanya hanya 20 orang. Rincian kelasnya antara lain: kelas 1 ada 1 siswa, kelas 2 ada 11 siswa, kelas 3 kosong, kelas 4 ada 3 siswa, kelas 5 ada 2 siswa, dan kelas 6 ada 3 siswa.

“Minimnya pendaftar itu saya secara pribadi kurang bisa menjawab,” ujarnya.

Kesimpulan

Fenomena sekolah tanpa siswa baru di Ponorogo menunjukkan adanya tantangan dalam sistem pendidikan. Meskipun begitu, pemerintah dan pihak sekolah tetap berupaya untuk memastikan setiap anak memiliki akses pendidikan. Dengan inovasi dan kolaborasi, harapan besar diarahkan agar kondisi ini dapat segera diatasi.