,
Jakarta
– Untuk mendalami satu karakter di suatu film, para aktor biasanya memiliki caranya tersendiri. Begitu juga dengan para aktor dalam film
Lorong Kost
. Film bergenre horor yang diproduksi oleh Minka Rosie Production ini dibintangi oleh Gibran Marten, Yatti Surachman, Amel Alvi, Nadhira Hill, Zilly Larasati, Aina Nisa, dll.
Film yang disutradarai oleh Ganank Dera ini menceritakan tentang sejumlah penghuni kost yang mengalami kejadian horor mencekam setelah salah satu penghuni menggantung diri. Film ini dijadwalkan tayang pada 26 Juni 2025.
Riset yang Dilakukan Para Pemain
Salah satu cara yang efektif untuk mendalami suatu karakter di dalam film ialah dengan melakukan riset. Hal ini juga dilakukan oleh Aina Nisa yang memerankan karakter bernama Tania. Nisa mengaku kalau mendalami karakter yang depresi ini cukup menantang baginya. “Aku nonton film sampai baca-baca jurnal yang berkaitan dengan mental karakterku, ucap Nisa sewaktu diwawancarai pada Kamis, 6 Juni 2025.
Proses yang serupa juga dijalani oleh Nadhira Hill. Dirinya bahkan sampai ke psikolog untuk berkonsultasi tentang karakter yang diperankannya. Hal ini membuat Nadhira memahami bagaimana kondisi mental dari karakternya, sehingga dirinya mampu untuk merasakan bagaimana jika ia menjadi karakter tersebut.
Pemilihan Tempat Penginapan
Pemilihan tempat penginapan juga berpengaruh terhadap pembangunan suasana para pemeran.
Gibran Marten
mengaku kalau Ganank Dera memilih penginapan yang terasa angker. Hal ini bertujuan untuk membangun pengalaman (bersentuhan dengan situasi ganjil), rasa, dan suasana untuk masing-masing pemeran.
Meski demikian, Gibran sendiri memilih untuk menyewa apartemen karena dirinya tidak berani menempati penginapan tersebut setelah diganggu oleh makhluk tak kasat di satu malam.
Mendalami Karakter yang Skeptis
Salah satu formula penokohan di film horor ialah adanya satu karakter yang skeptis. Dalam
Lorong Kost
, Gibran yang kebagian memerankan karakter ini. Menurutnya, memerankan karakter yang skeptis memiliki tantangannya sendiri karena harus membangun keyakinan dari karakter itu yang semulanya tidak percaya, menjadi meyakini adanya sosok makhluk tak kasat mata.
“Cukup sulit mendalami karakter ini karena di awal cerita kami enggak percaya, nah makanya saat di akhir cerita, karakter ini harus lebih histeris dibanding tokoh lainnya,” ujarnya. Gibran harus menemukan bagaimana caranya dia berlaku histeris dengan berlatih berulangkali, “sampai udah dapat histerisnya, sutradara bilang ”
lock
ya kayak gini buat
take
nanti’.
”
MUHAMMAD RIFAN PRIANTO