news  

Kulineran di Bazar Indonesia, Winterthur, Swiss

Kulineran di Bazar Indonesia, Winterthur, Swiss

Menjelajahi Bazaar Indonesia di Winterthur, Swiss

Winterthur adalah sebuah kota yang terletak di bagian timur laut Zurich, dekat perbatasan Jerman. Kota ini dikenal dengan berbagai museum menarik seperti Museum Foto Winterthur dan Pusat Sains Swiss Technorama. Selain itu, ada juga Museum Oskar Reinhart yang menampilkan karya seni dari masa kuno hingga abad ke-20, serta Museum Seni Winterthur yang menyajikan karya-karya seni modern seperti karya Picasso dan Klee. Di atas bukit, Taman Mawar menawarkan pemandangan indah dan ratusan varietas bunga mawar. Winterthur juga terkenal sebagai tempat favorit bagi para pemain ski.

Pada Zoom #Kotekatalk kali ini, saya menjadi moderator yang memandu jalannya acara. Setelah membacakan CV Mbak Gana, saya mengizinkannya untuk berbicara tentang suasana Bazaar Indonesia yang ia kunjungi tidak lama ini.

Mbak Gana mulai dengan mengenalkan diri dan menjelaskan apa itu Winterthur. Ia menjelaskan bahwa kata “Winter” dalam bahasa Jerman berarti musim dingin, sedangkan “Thur” adalah nama sungai. Winterthur terletak di Kanton Zurich dan memiliki populasi sekitar 119.315 jiwa. Kanton adalah bagian dari wilayah Zurich yang masih tergabung dalam sistem pemerintahan kota tersebut. Luas wilayahnya mencapai 68,07 km persegi dan berdekatan dengan kota-kota seperti Zrich, Tuttlingen, Tsstal, Schaffenhausen, dan Zrcher Oberlandes.

Di sana, penduduk asing mencapai 26,4%, berasal dari berbagai negara seperti Jerman, Italia, Macedonia, Kosovo, Serbia, Portugal, Turki, Austria, dan Spanyol. Agama yang dianut oleh warga Winterthur juga beragam, termasuk agama Kristen (34,1%), Islam (12,5%), serta orang-orang yang tidak memiliki agama atau atheis (19,9%).

Untuk perjalanan ke lokasi acara atau ke Swiss, disarankan membawa uang Swiss yang disebut Franken, bukan Euro. Meskipun berada di Eropa, mata uang yang digunakan adalah Franken. Jangan menukar uang di ATM yang tidak sesuai dengan kartu yang dimiliki karena biayanya bisa mencapai 5 Euro. Hal ini mirip dengan cara kita mengambil uang dari rekening bank di Eropa dan ingin mengubahnya ke Rupiah di Indonesia.

Saran dari Mbak Gana adalah membawa aplikasi pembayaran seperti Twint, yang mirip dengan QRIS di Indonesia. Selain itu, bawa wadah sendiri dari rumah saat berbelanja, baik itu untuk makanan maupun barang. Jika ingin mencoba makanan di Bazaar, jangan makan terlebih dahulu dari rumah agar bisa mencicipi banyak variasi rasa. Di Bazaar tersebut, kita juga bisa menawar seperti di pasar tradisional di Indonesia.

Beberapa kuliner yang bisa dicoba antara lain bakwan, Es Campur, Empek-empek, Nasi Campur, Lapis Legit, Jongkong, Lupis, Onde-onde, Dadar Gulung, dan Sus Fla. Harganya sedikit lebih mahal dibandingkan Bazaar yang diadakan di Jerman.

Selain itu, Mbak Gana juga berbagi pengalamannya bertemu dengan orang-orang Indonesia dan para mahasiswa Indonesia yang ikut meramaikan acara. Acara Bazaar Indonesia sangat penting karena dapat mengobati kerinduan akan tanah air bagi warga Indonesia yang tinggal di Eropa.

Acara Zoom #Kotekatalk ini berakhir dengan sesi tanya jawab. Sebagai moderator, saya merangkum hasil diskusi dan menutup acara dengan bacaan Hamdalah, Alhamdulillah. Partisipan kemudian diizinkan untuk meninggalkan ruangan dan selamat berakhir pekan.

Bonn, 15 Juli 2025
Siti Asiyah