Kuliah Umum di Universiti Malaya: Ibas Diskusikan Geopolitik dan Kekuatan ASEAN

Kuliah Umum di Universiti Malaya: Ibas Diskusikan Geopolitik dan Kekuatan ASEAN



, KUALA LUMPUR – Deputi Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Edhie Baskoro Yudhoyono yang juga dikenal sebagai Ibas menyebutkan bahwa walaupun beberapa negera
Asia Tenggara
Berada di bawah tekanan untuk membuat pilihan dalam situasi internasional, ASEAN memutuskan untuk tetap tidak terikat pada blok tertentu guna melestarikan prinsip-prinsip utama seperti ke-netral-an, keterpaduan, serta penghargaan timbal balik.

“ASEAN memiliki keunggulan karena mampu berkolaborasi dan menjadi penghubung di antara negara-negara besar dunia guna memelihara ketenangan dan kemakmuran bersama,” ujar Ibas seperti dikutipnya, Jumat (2/5).

Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR saat ia berperan sebagai
Guest Lecture
di Universitas Malaya tentang Topik ‘
Menavigasi Dunia yang Berubah: Jalur ASEAN Menuju Stabilitas dan Kemakmuran
‘di Auditorium Fakultas Bisnis dan Ekonomi, Rabu (3/4).’

Deputi Ketua Umum Partai Demokrat tersebut pun mengkritisi situasi geopolitical global yang ada pada masa kini.

Ibas mengatakan bahwa semua pihak kini berada dalam era transformasi global yang signifikan, di mana kejadian-kejadian penting terjadi hampir setiap harinya dan dampaknya dirasakan oleh semua orang, termasuk di wilayah Asia Tenggara.

“Sebuah contoh nyata ialah perang antara Rusia dan Ukraina. Walaupun pertikaian tersebut berada jauh dari negara kita seperti Malaysia dan Indonesia, tetapi hal ini masih memiliki dampak pada kita. Perang tersebut telah menyebabkan kenaikan harga minyak serta makanan,” terangkan Ibas.

Ibas juga menggarisbawahi tensi antara Amerika Serikat dan Tiongkok sebagai bagian dari skenario dunia multipolar yang membuat banyak negara sedang berkembang terjebak dalam situasi di mana mereka harus memutuskan dukungan kepada salah satu pihak.

Tetapi di kesempatan itu, ia mengatakan bahwa ASEAN dengan prinsip netralitas serta persatuan tetap menjadi landasan yang konsistently menentang tekanan untuk mendukung salah satu pihak dalam pertikaian kekuasaan.

“Kini ada beberapa kekuatan besar di antara negara-negara tersebut, bukan cuma satu atau dua saja. Akibat dari kompetisi ini, negara seperti Malaysia dan Indonesia kadang-kadang menghadapi tekanan untuk mendukung salah satunya. Akan tetapi, respons ASEAN secara umum ialah menolak hal itu,” jelasnya.

“Tidak perlu, terima kasih. Kita tidak berpihak pada salah satu negara besar. Keamanan kita datang dari kebersamaan dan sikap netral. Kami tetap menjunjung tinggi prinsip-prinsip fundamental ASEAN seperti netralitas, kesatuan, serta saling penghargaan,” tegas Ibas.

Ibas menggarisbawahi bahwa ASEAN harus tetap bersikap netral dan membangun hubungan yang harmonis dengan setiap negara.

Menurutnya, ASEAN akan paling tangguh apabila bergandengan erat bersama-sama.

“Persatuan merupakan jalannya menuju keamanan, pembangunan, dan kesejahteraan. Kami berharap ASEAN dapat menjadi wadah bagi kolaborasi, bukannya tempat pertandingan antara negara-negara besar,” ungkap Ibas.

Ibas menggarisbawahi bahwa keragaman ASEAN membolehkannya berfungsi sebagai penghubung di antara negara-negara besar yang mendukung perdebatan dan kolaborasi.

“Saat negara-negara ASEAN bersuara serentak, kita dapat menjadi pelaku di meja diskusi, bukannya hanya pion dalam permainan oranglain,” tandasnya.

Menurut Ibas, meskipun negara-negara besar di dunia sedang berkompetisi, tujuan ASEAN adalah untuk mempertahankan stabilitas, menciptakan perdamaian, serta melindungi kemakmuran dan keamanan wilayah kita.

“Komitmennya ASEAN terhadap multilateralisme serta penanganan perselisihan dengan cara yang damai sudah memberi sumbangan besar bagi kestabilan di kawasan Southeast Asia. Melalui posisi netral dan kesatuan kita, kita menjamin bahwa politik global tak akan menciptakan gangguan dalam menjaga ketentraman di wilayah ini,” jelasnya.

Di kesempatan kali ini, Prof. Dr. Yvonne Lim Ai Lian selaku Associate Deputy Vice-Chancellor (Akademik & Internasional) menyatakan sambutan hangatnya terhadap kedatangan serta presentasi yang dibawakan oleh Ibas.

Prof Yvonne mengatakan bahwa kuliah hari ini merupakan contoh baik tentang bagaimana institusi pendidikan tinggi dan para pengambil keputusan bisa bergabung untuk mendorong dialog yang signifikan.

“Kami merasa sungguh terhormat dengan kedatangan Yang Terhormat Dr Edhie Baskoro. Ini menjadi bukti kembali tentang ikatan persahabatan yang erat antara Malaysia dan Indonesia, sekaligus memperingati harapan bersama kami sebagai tetangga, partner, dan saudara satu benua dalam ASEAN,” ujarnya.

Seorang mahasiswa yang turut serta dalam kuliah umum dan berperan sebagai Ketua Umum PPI Malaysia, Muhammad Zuhud, pun mengekspresikan kegembiraannya dapat ambil bagian secara langsung dalam proses pengajaran ini.

“Kami sangat berterima kasih kepada Pak Edhie Baskoro karena telah bersedia datang dan membagikan banyak wawasan kepada kita semua. Ini khususnya bermanfaat untuk saya yang sedang mengejar studi di bidang bisnis. Mudah-mudahan teman-teman dari luar Malaysia dan Indonesia juga akan memiliki peluang serupa dengan yang kami miliki,” ungkap Muhammad Zuhud.

(mrk/jpnn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com