Kuliah 3 Tahun, Mahasiswa UNM Siap Jadi Ahli Sesuai Kompetensi Era AI

Kuliah 3 Tahun, Mahasiswa UNM Siap Jadi Ahli Sesuai Kompetensi Era AI

Perkembangan AI dan Tantangan di Dunia Pendidikan

Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/ AI) yang begitu pesat membawa peluang sekaligus tantangan bagi dunia pendidikan. Generasi muda kini tidak hanya dituntut untuk menjadi pengguna teknologi, tetapi juga harus mampu menciptakan solusi yang bertanggung jawab.

Sebagai salah satu institusi pendidikan yang berfokus pada bidang digital, Universitas Nusa Mandiri (UNM) melalui Program Studi Sains Data terus mengembangkan kurikulum yang adaptif agar mahasiswa dapat bersaing di era AI. Menurut Tati Mardiana, Kaprodi Sains Data UNM, sains data menjadi fondasi penting dalam menghadapi perkembangan teknologi ini. Ia menekankan bahwa mahasiswa perlu dibekali dengan kompetensi yang tidak hanya teoritis, tetapi juga praktis dan sesuai dengan kebutuhan industri.

“Kami ingin generasi muda tidak hanya menjadi konsumen teknologi. Dengan dasar sains data, mereka bisa memahami cara kerja AI, mengembangkan solusi berbasis data, serta berkontribusi nyata dalam transformasi digital,” ujarnya.

Kurikulum yang Mengintegrasikan Teori dan Praktik

UNM merancang kurikulum yang menggabungkan teori dengan praktik. Mahasiswa diajak untuk memahami siklus hidup data, mulai dari akuisisi, pembersihan, analisis hingga visualisasi. Selain itu, mereka juga diperkenalkan dengan berbagai algoritma machine learning, deep learning, dan pemodelan prediktif. Hal ini bertujuan agar mahasiswa memiliki pemahaman menyeluruh tentang bagaimana data digunakan dalam berbagai situasi.

Salah satu program unggulan yang dimiliki UNM adalah Internship Experience Program (IEP) 3+1. Melalui skema ini, mahasiswa menjalani tiga tahun kuliah di kampus dan satu tahun magang profesional di perusahaan nasional maupun multinasional. Program ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar langsung di industri.

“Dengan skema 3+1, mahasiswa tidak hanya menguasai teori, tetapi juga merasakan bagaimana AI dan sains data diimplementasikan dalam bisnis, kesehatan, hingga sektor pemerintahan. Pengalaman ini membuat mereka lebih siap bekerja sekaligus membangun jejaring profesional sejak awal,” tambah Tati.

Etika dan Tanggung Jawab Sosial dalam Pengembangan AI

Di tengah tren otomatisasi, Tati menekankan pentingnya membekali mahasiswa dengan aspek etika dan tanggung jawab sosial. Ia menilai bahwa penguasaan AI harus diiringi nilai humanis. Mahasiswa diajarkan agar solusi yang mereka ciptakan memiliki dampak positif, tidak mengabaikan peran manusia, serta tetap memperhatikan keamanan dan privasi data.

“Kami percaya bahwa pengembangan AI harus seimbang antara inovasi dan etika. Mahasiswa harus mampu menciptakan solusi yang tidak hanya efisien, tetapi juga aman dan bermanfaat bagi masyarakat,” jelas Tati.

Persiapan untuk Tantangan Masa Depan

Menurut Tati, tantangan AI di masa depan semakin kompleks, mulai dari isu etika penggunaan data hingga kesiapan tenaga kerja digital. Namun, ia optimistis bahwa generasi muda dapat menghadapinya jika sejak awal dibekali kompetensi sains data yang kokoh.

“Lulusan Sains Data UNM akan menjadi talenta digital yang tidak hanya mampu bersaing di tingkat nasional, tetapi juga global. Mereka siap menjawab tantangan AI dengan inovasi, kreativitas, dan tanggung jawab,” ujar Tati.

Program-program yang telah dirancang oleh UNM menunjukkan komitmen institusi tersebut dalam mempersiapkan generasi muda yang siap menghadapi era AI. Dengan pendekatan yang holistik dan berorientasi pada kebutuhan industri, UNM berupaya memberikan dasar kuat bagi mahasiswa dalam menghadapi dinamika teknologi yang terus berkembang.