KTT ASEAN ke-46 dan Tantangan dalam Mitigasi Iklim dan Energi Regional
Program Manager Institute for Essential Services Reform (IESR), Arief Rosadi, menyatakan bahwa Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-46 belum berhasil menyelesaikan berbagai masalah terkait aksi mitigasi isu iklim dan energi di tingkat regional. Salah satu topik penting yang dibahas dalam forum yang diadakan pada 26-27 Mei lalu adalah integrasi sistem jaringan listrik, yang dikenal sebagai ASEAN Power Grid.
Arief mengungkapkan bahwa kurangnya komunikasi antar negara anggota ASEAN menyebabkan proses perencanaan dan pelaksanaan mitigasi iklim di sektor energi tidak optimal. Ia menilai bahwa isu energi dan dampak perubahan iklim dibahas dalam pilar kemitraan yang berbeda. Misalnya, isu iklim dikelola dalam pilar Sosial Budaya, sementara isu energi berada di bawah pilar Ekonomi.
Meskipun mengkritik aspek komunikasi, Arief juga mengapresiasi prioritas KTT yang ingin menjadikan ASEAN sebagai pusat manufaktur dan perdagangan teknologi bersih. Usulan regional mencakup percepatan integrasi kelistrikan lintas batas. Di dalamnya juga ada target penguatan perdagangan energi bersih melalui strategi zonasi industri dan tata kelola mineral kritis.
“Beberapa negara seperti Malaysia juga membahas hal ini, termasuk soal pendanaannya,” ujar Arief. Ia menambahkan bahwa rencana ASEAN Power Grid mendorong penguatan pembiayaan hijau, yang mencakup klasifikasi kegiatan ekonomi ramah lingkungan atau taksonomi hijau. “Sehingga perlunya harmonisasi kebijakan energi antar negara anggota di ASEAN,” tambahnya.
Proyek Interkoneksi Listrik ini merupakan salah satu dari tujuh pilar utama strategi regional energi ASEAN. Tujuh pilar tersebut tercantum dalam dokumen ASEAN Plan of Action for Energy Cooperation (APAEC). Berikut adalah pilar-pilar utama tersebut:
- ASEAN Power Grid: Membangun jaringan listrik yang terintegrasi untuk meningkatkan efisiensi dan stabilitas pasokan energi.
- Trans-ASEAN Gas Pipeline: Mengembangkan infrastruktur pipa gas yang menghubungkan negara-negara anggota.
- Coal and Clean Coal Technology: Memperkenalkan teknologi batu bara bersih untuk mengurangi dampak lingkungan.
- Energy Efficiency and Conservation: Meningkatkan efisiensi penggunaan energi dan mengurangi pemborosan.
- Renewable Energy: Mengembangkan sumber energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin.
- Regional Energy Policy and Planning: Menyusun kebijakan dan rencana energi regional yang koheren.
- Civilian Nuclear Energy: Menjajaki penggunaan energi nuklir untuk kebutuhan damai dan berkelanjutan.
Dengan adanya pilar-pilar ini, ASEAN berupaya menciptakan sistem energi yang lebih efisien, berkelanjutan, dan ramah lingkungan. Namun, tantangan besar tetap ada, terutama dalam hal koordinasi dan harmonisasi kebijakan antar negara. Diperlukan komitmen kuat dan kolaborasi aktif dari semua pihak agar visi ASEAN sebagai pusat teknologi bersih dapat terwujud secara nyata.