Kombinasi Unik Tari Bedhaya dan Balet dalam Indonesian Ballet Gala 2025
Indonesian Ballet Gala kembali hadir pada tahun ini dengan penyelenggaraan yang keempat kalinya. Acara yang digelar di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada 6 Juli 2025 ini menampilkan berbagai pertunjukan menarik yang memadukan berbagai genre tari. Salah satu yang menjadi sorotan utama adalah kolaborasi antara balet dan tari bedhaya dalam karya Beksan Telaga Angsa, yang terinspirasi dari Swan Lake karya Pyotr Ilyich Tchaikovsky.
Pertunjukan ini juga menghadirkan perdana dunia dari karya Romeo and Juliet, yang dibawakan oleh penari tamu Andrii Havryliuk dari Kyiv City Ballet, Ukraina. Tiket acara ini ludes terjual untuk dua kali pertunjukan pada hari yang sama, menunjukkan antusiasme masyarakat terhadap seni tari.
Beksan Telaga Angsa: Karya yang Menggabungkan Balet dan Tari Bedhaya
Beksan Telaga Angsa merupakan karya koreografi Bathara Saverigadi Dewandoro, yang akrab disapa Ara. Ia seorang koreografer dengan dasar tari Jawa, yang telah lama tertarik untuk mengeksplorasi Swan Lake dalam bentuk tari Jawa putri Surakarta. Awalnya, karya ini dipentaskan dalam acara pernikahan kakaknya dan kemudian diunggah di YouTube. Dari sana, ia diundang oleh Ballet.id untuk berkolaborasi.
Proses penggabungan antara tari bedhaya dan balet tidak mudah. Balet yang lincah dan gerakannya bebas bertemu dengan tari bedhaya yang anggun serta gerakan dan pandangan mata yang terbatas. Ara mengakui bahwa beberapa kali pertemuan awal menghasilkan “benturan” antara dua gaya tari tersebut. Namun, setelah beberapa waktu, ia mulai menemukan titik temu yang cocok.
“Ada waktu dan kesempatan untuk mengeksplorasi posisi, gerak, dan pandangan,” ujar Ara kepada media. Ia juga meminta khusus kepada Prisha Sebastian dan Dedek Wahyudi untuk menggarap musik Tchaikovsky dalam versi gamelan. Di panggung, para penari balet tetap menggunakan gerak balet, sedangkan penari bedhaya tetap menjalani tarian Jawa. Kostum mereka juga tetap sesuai dengan genre masing-masing, hanya saja penari bedhaya menggunakan kain putih sebagai semacam selendang tambahan.
Kolaborasi dengan Penari Tamu dan Koreografer Terkenal
Selain Beksan Telaga Angsa, acara ini juga menampilkan karya Romeo and Juliet yang dikoreografi oleh Christopher Hampson, koreografer dan CEO Scottish Ballet. Pertunjukan ini dibawakan oleh penari Bruno Micchiardi dan Jessica Fyve. Hampson menjelaskan bahwa koreografinya menampilkan pasangan yang saling mencintai secara intens. “Ini terlihat dari gerakan ketika Romeo akan pergi tapi tangannya ditarik oleh Juliet dan memberikan ciuman yang dalam,” jelasnya.
Di sisi lain, koreografer Herdi Mbuy menampilkan karya Langit Tak Pernah Bertanya, yang terinspirasi dari lirik lagu Laskar Pelangi karya Nidji. Pertunjukan ini melibatkan para pelajar tari balet, termasuk dari Medan, sehingga menunjukkan adanya pengembangan seni tari di berbagai daerah.
Tari Didik Nini Thowok: Penggabungan Antara Bedhaya Kakung dan Noh
Tidak hanya itu, acara ini juga menyajikan tari Didik Nini Thowok yang menggabungkan antara bedhaya kakung dan noh. Tari ini dipersembahkan oleh Rusini, seorang penari bedhaya sepuh yang dikenal dengan kepekaannya terhadap gending. Penampilannya menambah kekayaan seni tari yang ditampilkan dalam Indonesian Ballet Gala 2025.
Dengan berbagai karya yang menarik dan kolaborasi yang unik, Indonesian Ballet Gala 2025 berhasil menunjukkan perkembangan seni tari di Indonesia. Acara ini bukan hanya sekadar pertunjukan, tetapi juga menjadi wadah untuk eksplorasi dan inovasi dalam seni tari.