Beberapa konsumen beras premium mengungkapkan bahwa kasus beras campuran yang sedang diteliti pemerintah membuat mereka kaget dan khawatir dalam mengonsumsinya. Istilah beras campuran mengacu pada beras bermerk premium yang dicampur dengan beras kelas menengah, sehingga mengurangi kualitasnya.
“Jujur saya kaget dengan adanya kasus ini, setelah mengetahui ternyata beras yang biasanya saya konsumsi yaitu Raja Ultima atau Sania terdapat di dalamnya,” ujar Meuthia Nafasya kepada Jumat (1/8).
Tolong support kita ya,
Cukup klik ini aja: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/
Seorang karyawan swasta berusia 25 tahun menyatakan bahwa ia telah mengonsumsi beras premium sejak 2018 saat memulai studi sarjana. Bahan makanan ini diperolehnya dari minimarket terdekat, seperti Alfamart, Indomaret, dan Alfamidi. Alasan ia memilih beras premium karena menurutnya lebih mudah ditemukan.
“Kualitasnya enak, pulen, bersih, dan wangi. Berbeda dengan beras eceran,” katanya.
- Kejaksaan Agung Menginvestigasi Dugaan KKN dalam Pendistribusian Subsidi Terkait Kasus Beras Palsu
- Beras hingga Biaya Pendidikan Menyumbang Kenaikan Inflasi Juli 2025 Sebesar 2,37%
- Beras SPHP Akan Kembali Dijual di Toko Modern, Menggantikan Premium yang Tersisa
Ia menyebutkan bahwa setelah kasus beras oplosan muncul, ia akan mengganti jenis beras tersebut dengan yang lain. Namun sementara ini tetap akan mengonsumsi beras premium untuk menghabiskan persediaan yang dimilikinya.
Support us — there's a special gift for you.
Click here: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/
Merasa Takut
Rasa takut terhadap munculnya beras premium dirasakan oleh Puja Pratama (23). Ia mulai mengonsumsi beras premium merek Sania dan Raja Platinum sejak 2019 saat kuliah.
“Wah saya juga takut karena kasus ini. Misalnya campuran meskipun harganya tidak terlalu berbeda tetap saja merugikan karena tidak sesuai dengan yang kita bayar,” katanya.
Alasannya memilih beras premium serupa, karena mudah diperoleh dan kemasan 5 kilogram menurutnya cocok untuk masuk dalam daftar belanja bulanan.
Ia mengakui, hingga saat ini masih mengonsumsi beras premium dan belum berniat beralih ke yang lain. “Meskipun beberapa merek disebut mencampurkan bahan tertentu, saya rasa masih ada merek-merek lain yang bisa ditemukan di minimarket,” ujar Puja.
Mempertimbangkan Pindah Merek
Respons lain datang dari Gabriela, seorang konsultan bisnis berusia 24 tahun yang mengatakan akhir-akhir ini ada sesuatu yang berbeda dengan beras premium. Ia telah mengonsumsi beras premium merek Sania selama 3 hingga 4 tahun terakhir.
“Sepertinya bukan sebagus yang diharapkan (untuk varian premium), bahkan ketika dimasak dengan banyak air tetap terasa kering atau keras, mirip dengan beras merek biasa. Menurut saya logis jika beras ini dicampur, dan saya sedikit kecewa karena sudah menghabiskan uang lebih untuk membeli yang premium tapi tidak sesuai harapan,” katanya.
Ia mengatakan setelah munculnya kasus ini, masih dalam proses evaluasi apakah akan terus mengonsumsi atau beralih ke jenis beras lain. “Tapi jika ada beras medium dengan kualitas yang lebih baik, mungkin akan dipertimbangkan,” ujarnya.