news  

Kongres Ulama Perempuan Indonesia Soroti Sampah Program MBG

Kongres Ulama Perempuan Indonesia Soroti Sampah Program MBG

, Yogyakarta– Asosiasi Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) mengharapkan pemerintah lebih serius dalam memperhatikan proyek Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menyisakan persoalan sampahSelain membahas peran pondok pesantren dan komunitas dalam mengelola limbah, pertemuan perwakilan ulama dari 13 pesantren di berbagai wilayah menyarankan pemerintah mengatasi masalah sampah melalui pendekatan yang berbasis pada masyarakat setempat.

Sekretaris Majelis Musyawarah KUPI Masruchah menyatakan bahwa proyek tersebut seharusnya menghindari penggunaan plastik dan styrofoam yang merusak lingkungan. “Soalmindset, pemerintah seharusnya sudah mempertimbangkan dampaknya dari awal,” katanya saat diwawancarai dalam acara konsolidasi KUPI, Selasa, 22 Juli 2025.

Kegiatan konsolidasi KUPI yang akan berlangsung hingga 24 Juli mendatang akan menghadirkan pengalaman para ulama perempuan di pesantren, Majelis Taklim, serta komunitas dalam menghadapi isu lingkungan. Sampah menjadi topik utama pembahasan karena menjadi perhatian masyarakat dan masalah yang sangat serius.

Menurut Masruchah, sejumlah ulama perempuan di pesantren memiliki pandangan kritis terhadap proyek Makan Bergizi Gratis (MBG), bukan hanya terkait masalah sampah. Ia memberikan contoh beberapa pesantren yang menolak untuk terlibat dalam distribusi makanan dan dapur MBG. Misalnya, pesantren Dayah Diniah Darussalam di Aceh menerima tawaran dari pemerintah namun menolaknya. “Mereka tidak ingin hanya menjadi alat legitimasi,” ujarnya.

Beberapa ulama perempuan pernah membicarakan MBG melalui berbagai forum online. Sebagian dari mereka mengatakan enggan terlibat dalam pengelolaan MBG. Selain isu sampah, sejumlah ulama juga menyoroti ketaatan dalam pembayaran sesuai kesepakatan. Akhirnya mereka memutuskan untuk lebih berkonsentrasi pada pemberdayaan masyarakat dan keagamaan.

Namun, KUPI menghargai pondok pesantren yang bekerja sama dengan pemerintah dalam pengelolaan MBG selama tidak merusak lingkungan. Masruchah menyarankan agar pesantren menggunakan bahan makanan yang sehat dan kemasan yang ramah lingkungan sesuai dengan yang tersedia di komunitas setempat. “Terdapat daun pisang dan daun jati yang aman serta ramah lingkungan,” ujarnya.