JAKARTA,
– Perselisihan mengenai pengelolaan royalty
performing rights
Atau izin untuk melakukan pertunjukan secara langsung di Indonesia masih belum mendapatkan cahaya yang jelas.
Kritik terhadap Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN) serta Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) semakin banyak muncul akibat dianggap kurang transparansi dan efektivitasnya dalam penyebaran royalti.
Dalam kesibukan kontroversi tersebut, dua seniman lokal, Rian D’MASIV dan Agnez MO, mengungkapkan pemikiran mereka tentang sistim royalti yang berlaku di Amerika Serikat.
Pengalaman tersebut kemudian dijadikan sebagai bahan untuk membandingkan dan juga mendapatkan masukan.
• Agnez Mo: Menjadi Anggota LMK di Amerika Serikat selama 12 Tahun
Penyanyi Agnez Mo menyebut bahwa dia sudah tergabung dalam LMK dari AS, yaitu BMI (Broadcast Music, Inc.), sejak 12 tahun yang lalu.
Menurutnya, di Amerika, LMK memegang peranan penting dalam mengatur royalty musik.
“Di Amerika, sistem LMK memiliki peranan yang sangat signifikan. Saya sendiri merupakan anggota BMI, salah satu unit dari LMK tersebut, selama 12 tahun,” ungkap Agnez Mo beberapa saat yang lalu.
Agnez berharap bahwa pengalamannya dapat memberikan sumbangan positif terhadap diskusi Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia, mengingat dia saat ini sedang menghadapi masalah terkait royalti bersama musisi Ari Wisnu.
“Harapannya adalah dengan adanya penjelasan ini, di masa mendatang akan sedikit kesalahan dalam menafsirkan UU HAKI,” kata Agnez.
• Rian D’MASIV: Sebuah LMK Dapat Mengumpulkan 1,1 Miliar Dolar AS
Seperti halnya Agnes, penyanyi utama dari D’MASIV, Rian Ekky Pradipta turut memberikan pujian terhadap sistem royalti yang ada di Amerika Serikat usai bertukar pikiran dengan para pemain industri musik selama menghadiri acara Musexpo 2025 di Los Angeles.
“Di Amerika, sebagai contoh untuk acara konser, pembayaran royaltinya dilakukan oleh penyelenggara acara. Namun, sistem mereka telah terbukti tepat dan lebih jelas,” kata Rian ketika ditemui di daerah Petukangan, Jakarta Selatan.
Rian pun memastikan sendiri bahwa sebuah LMK di Amerika dapat mengumpulkan royalti mencapai 1,1 miliar dolar AS.
“Saya periksa, di tempatmu, sebuah LMK dapat mengumpulkan royalti hingga 1,1 miliar dolar AS,” ungkap Rian.
Rian menggarisbawahi bahwa kesuksesan dari sistem itu disebabkan oleh pelaksanaan kumpulan dan pendistribusian royalti yang penuh dan adil.
Inilah alasan mengapa banyak penulis lagu di Amerika dapat menikmati kehidupan yang makmur.
“Pemerintah yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan royalti telah melaksanakan kewajibannya secara optimal dan dapat menyebarluaskannya dengan efisien kepada penulis lagu. Oleh karena itu, banyak penulis lagu di tempat tersebut yang merasakan kehidupan yang makmur,” jelas penyanyi “Jangan Menyerah” itu.
Selanjutnya, Rian mengatakan pula bahwa sistem direct license (DL) memang terdapat di Amerika, tetapi hanya digunakan untuk situasi-situasi spesifik saja.
“Sebetulnya, di tempat itu juga terdapat direct licensing, tetapi hanya berlaku untuk beberapa kasus khusus,” ungkap Rian.