news  

Ketidakcocokan Jadwal Ibadah Picu Perselisihan Antarkomunitas

Ketidakcocokan Jadwal Ibadah Picu Perselisihan Antarkomunitas

Konflik Jemaat di Gereja Wamena Berujung Luka-Luka

Pada hari Minggu (13/7) sore kemarin, terjadi konflik antara dua jemaat yang menggunakan satu gedung gereja di wilayah Wamena. Peristiwa ini berawal dari miskomunikasi mengenai waktu pelaksanaan ibadah minggu, sehingga memicu saling serang antar kedua kelompok. Akibatnya, enam orang warga terluka akibat lemparan batu dan harus dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wamena.

Kapolres Jayawijaya AKBP Anak Angung Made Satria Bimantara, S.IK mengonfirmasi bahwa insiden tersebut terjadi karena ketidakjelasan dalam pengaturan waktu ibadah. Kedua jemaat tersebut memang menggunakan satu gedung gereja yang sama, namun memiliki jadwal yang berbeda. Pada pagi hari, terjadi peristiwa serupa, dan kembali terulang pada sore harinya.

Menurut Kapolres, aksi saling serang tersebut tidak disengaja, melainkan muncul dari kesalahpahaman dan kurangnya koordinasi antara kedua pihak. Ia menjelaskan bahwa situasi telah berhasil dikendalikan dan saat ini sedang dilakukan mediasi oleh Polres Jayawijaya untuk menyelesaikan masalah secara damai.

Selain itu, Kapolres juga menyatakan bahwa pihaknya telah memanggil pemimpin dari kedua jemaat tersebut. Tujuannya adalah agar dapat mencari solusi bersama, sehingga tidak terjadi bentrokan serupa di masa depan. Diharapkan dengan adanya komunikasi yang lebih baik, penggunaan gedung gereja dapat berjalan lancar tanpa menimbulkan gesekan antar jemaat.

Beberapa poin penting yang muncul dari insiden ini antara lain:

  • Ketidakjelasan waktu ibadah: Masalah utama yang memicu konflik adalah ketidakjelasan jadwal ibadah antara dua jemaat.
  • Pemakaian satu gedung gereja: Penggunaan satu tempat ibadah oleh dua kelompok berbeda memerlukan koordinasi yang lebih baik.
  • Kebutuhan mediasi: Polres Jayawijaya telah melakukan upaya mediasi untuk menyelesaikan konflik secara damai.
  • Pemanggilan pemimpin jemaat: Untuk memastikan kejadian serupa tidak terulang, pemimpin dari kedua jemaat dipanggil untuk membahas solusi bersama.

Dalam rangka mencegah terulangnya insiden serupa, diperlukan langkah-langkah preventif seperti peningkatan komunikasi antar jemaat, penyusunan jadwal ibadah yang jelas, serta pembentukan forum dialog antara pihak gereja dan aparat setempat. Hal ini bertujuan agar keharmonisan antar komunitas dapat terjaga, sekaligus menjaga stabilitas sosial di wilayah Wamena.