Kenali Jenis-jenis Tes untuk Mengetahui Alergi Kulit

Kenali Jenis-jenis Tes untuk Mengetahui Alergi Kulit





,


Jakarta


– Mantan Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengaku menderita
alergi kulit
sepulang dari kunjungan ke Vatikan. Dia memastikan kondisinya tetap sehat meski terkena alergi kulit.

Menurut ajudan
Jokowi
, Komisaris Polisi Syarif Muhammad Fitriansyah, ruam mulai terlihat beberapa hari setelah Jokowi pulang dari Vatikan. Ia menduga perubahan cuaca sebagai penyebab utama alergi.

Jokowi menepis kabar sempat dirawat di rumah sakit di luar negeri. “Ke Jepang? Enggak, enggaklah,” ujar Jokowi sembari tertawa.

Alergi kulit bisa dipicu apa saja. Salah satu langkah untuk mengetahui
alergen
maka dibutuhkan serangkaian
tes alergi
. Berikut ini adalah lima jenis tes alergi kulit yang biasa dilakukan oleh tenaga medis.


Tes Tusuk Kulit (

Skin Prick Test

)

Tes tusuk kulit adalah metode paling umum dan cepat untuk mengidentifikasi alergi terhadap serbuk sari, debu, bulu hewan, dan makanan tertentu. Tes dilakukan dengan meneteskan ekstrak alergen ke kulit, biasanya lengan bawah atau punggung atas, lalu menggunakan lancet untuk menusuk ringan area tersebut.

Setelah 15–20 menit, kulit diperiksa untuk melihat apakah muncul bentol merah (

wheal

) dan gatal. Bila muncul, berarti Anda alergi terhadap zat tersebut. Tes ini tergolong aman, cepat, dan hanya menimbulkan sedikit rasa tidak nyaman.


Tes Suntik Kulit (

Intradermal Test

)

Pada tes ini, alergen disuntikkan dalam jumlah kecil ke lapisan atas kulit menggunakan jarum halus. Tes ini lebih sensitif dibanding

skin prick test

dan biasanya dilakukan untuk mendeteksi alergi terhadap obat-obatan seperti penisilin atau racun serangga seperti lebah.

Setelah 15 menit, area suntikan diperiksa apakah ada reaksi. Menurut

Cleveland Clinic

, karena lebih sensitif, tes ini juga memiliki risiko reaksi alergi yang lebih besar, sehingga hanya boleh dilakukan di bawah pengawasan tenaga medis.


Tes Tempel Kulit (

Patch Test

)


Patch test

digunakan untuk mendeteksi alergi yang memicu
dermatitis
kontak, misalnya terhadap logam, parfum, kosmetik, atau bahan kimia tertentu. Alergen ditempelkan pada plester khusus, kemudian ditempelkan di kulit (biasanya punggung) selama 48 jam.

Selama itu, pasien dilarang mandi atau berkeringat berlebihan. Setelah plester dilepas, kulit diperiksa untuk melihat apakah ada iritasi atau ruam. Reaksi ini biasanya muncul lebih lambat dibanding tes lainnya.


Tes Garuk Kulit (

Skin Scratch Test

)


Skin scratch test

mirip dengan

skin prick test

, namun dilakukan dengan menggaruk permukaan kulit lebih dalam untuk memasukkan alergen. Tes ini kini jarang digunakan karena tingkat ketidaknyamanannya lebih tinggi dan potensi iritasinya lebih besar. Meskipun begitu, dalam kondisi tertentu, dokter mungkin merekomendasikan metode ini apabila tes lain tidak memungkinkan.


Tes Kulit dengan Kontrol Positif dan Negatif

Dikutip dari

Mayo Clinic

, setiap tes alergi kulit dilengkapi dengan kontrol positif (biasanya menggunakan histamin) dan kontrol negatif (saline). Histamin seharusnya menimbulkan reaksi kecil pada kulit, sementara saline tidak.

Jika kulit tidak merespon histamin, hasil tes bisa jadi tidak valid. Sebaliknya, bila kulit merespons saline, pasien mungkin memiliki kulit yang terlalu sensitif. Penggunaan kontrol ini penting untuk memastikan keakuratan hasil tes.

Tes ini umumnya aman, akurat, dan dapat dilakukan pada anak-anak maupun orang dewasa. Meskipun hasilnya tidak 100 persen pasti, tes alergi kulit merupakan langkah penting dalam menyusun rencana penanganan alergi jangka panjang. Jika Anda mengalami gejala alergi berulang, sebaiknya berkonsultasi ke dokter atau spesialis alergi untuk mengetahui jenis tes yang paling sesuai.


Septia Ryanthie turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com