Berita  

Kartu Militer Muhammad Ali Lelang, Diperkirakan Rp77 Miliar

Kartu Militer Muhammad Ali Lelang, Diperkirakan Rp77 Miliar

Sejarah Perlawanan Muhammad Ali yang Akan Dilelang

Sebuah benda sederhana namun penuh makna akan segera dilelang, mengingatkan dunia akan perjalanan hidup Muhammad Ali, legenda tinju dunia yang tidak hanya dikenang karena kehebatannya di ring, tetapi juga keberaniannya dalam menyuarakan prinsip dan keyakinan. Benda tersebut adalah kartu wajib militer era Perang Vietnam yang tidak ia tandatangani pada tahun 1967.

Keputusan Ali untuk menolak menandatangani kartu itu bukanlah tindakan yang mudah. Pemilihan ini membawa konsekuensi berat baginya. Ia kehilangan gelar juara dunia, dilarang bertinju selama tiga tahun, bahkan sempat terancam hukuman penjara. Namun, tindakan tersebut memperkuat posisinya sebagai simbol perlawanan terhadap perang dan ikon keadilan sosial.

Kartu wajib militer ini kini menjadi bagian dari sejarah penting yang akan dilelang. Penjualan ini dilakukan oleh rumah lelang Christie’s, yang akan menggelar lelang online pada 10–28 Oktober 2025. Kartu tersebut saat ini dipamerkan di Rockefeller Center, New York, hingga 21 Oktober. Nilai estimasi lelangnya mencapai antara US$3 juta hingga US$5 juta atau setara dengan Rp46–77 miliar.

Tolong support kita ya,
Cukup klik ini aja: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/

Rasheda Ali Walsh, putri Muhammad Ali, menyampaikan bahwa pesan ayahnya tentang keberanian dan keyakinan kini lebih relevan dari sebelumnya. “Penjualan kartu ini di Christie’s menjadi cara kuat untuk membagikan warisan itu kepada dunia,” ujarnya.

Peter Klarnet, spesialis senior di Christie’s, menjelaskan bahwa kartu ini merupakan objek unik yang terkait dengan peristiwa bersejarah besar dalam budaya populer. Kartu tersebut tercatat atas nama lahir Ali, Cassius Marcellus Clay Jr., meskipun ada kesalahan ejaan pada nama tengahnya. Di bagian atas tercantum pula nama barunya, Muhammad Ali, yang diadopsi setelah ia masuk Islam.

Muhammad Ali, yang wafat pada 2016 di usia 74 tahun, dikenang bukan hanya karena kehebatannya di ring, tetapi juga sikapnya yang teguh memperjuangkan keyakinan. Pusat Muhammad Ali di Louisville menekankan enam prinsip hidupnya: spiritualitas, kepedulian, keyakinan, kepercayaan diri, rasa hormat, dan dedikasi.

Kini, dokumen sederhana dengan baris tanda tangan kosong itu menjadi pengingat abadi bagaimana Ali menolak tunduk demi prinsip yang ia yakini. Ini adalah momen penting yang menggambarkan perjuangan seorang legenda dalam memperjuangkan nilai-nilai yang ia percayai.

Dengan dilelangnya kartu ini, dunia akan kembali diingatkan akan keberanian dan prinsip Muhammad Ali. Ini bukan hanya tentang sejarah tinju, tetapi juga tentang perlawanan terhadap ketidakadilan dan penghargaan terhadap keberanian seseorang untuk bersuara.

Keberanian sebagai Warisan

Banyak orang yang mengenal Muhammad Ali melalui pertandingan-pertandingannya yang spektakuler. Namun, yang lebih penting adalah bagaimana ia menggunakan suaranya untuk membela sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri. Tindakan menolak menandatangani kartu wajib militer adalah contoh nyata dari keberaniannya. Ini menunjukkan bahwa ia tidak hanya ingin menjadi juara di ring, tetapi juga di hati para penggemarnya.

Pernyataan Rasheda Ali Walsh menegaskan bahwa penjualan ini bukan sekadar bisnis, tetapi juga cara untuk menyebarkan pesan Ayahnya. Melalui lelang ini, dunia akan kembali diingatkan akan nilai-nilai yang diperjuangkan oleh Muhammad Ali.

Selain itu, kehadiran kartu ini di pameran dan lelang juga memberikan peluang bagi publik untuk melihat langsung benda yang memiliki makna sejarah. Ini bisa menjadi sarana edukasi bagi generasi baru yang ingin belajar tentang perjuangan dan keberanian seorang tokoh.

Dengan demikian, lelang ini bukan hanya tentang nilai moneter, tetapi juga tentang penghargaan terhadap seorang pria yang berani berdiri di atas prinsipnya. Ini adalah bentuk penghormatan terhadap legenda yang meninggalkan warisan tak ternilai.