Berita  

Kabar Kematian Korban Demo di Pati Dibantah Bupati Sudewo

Kabar Kematian Korban Demo di Pati Dibantah Bupati Sudewo

– Demonstrasi yang berlangsung di Pati, Jawa Tengah (Jateng) hari ini mengalami keributan. Selain korban luka, sempat beredar informasi adanya korban jiwa dalam aksi yang diikuti oleh ribuan peserta. Mengenai kabar tersebut, Bupati Pati Sudewi memberikan pernyataan singkat. Ia menyebut bahwa jika memang ada korban meninggal dunia, itu sudah menjadi takdir.

” Itu adalah takdir, kami tidak bisa melakukan apa-apa,” kata Sudewo ketika ditanya oleh para jurnalis, Rabu (13/8).

Data korban meninggal akibat aksi demonstrasi di Pati telah dikaji oleh petugas kepolisian dari Polda Jateng dan jajarannya. Menurut hasil pemeriksaan, hingga sore hari ini mereka memastikan tidak ada korban jiwa dalam unjuk rasa yang berlangsung hari ini. Meski demikian, polisi mengakui terdapat banyak korban luka, termasuk anggota kepolisian sendiri.

Tolong support kita ya,
Cukup klik ini aja: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/

“Hasil pencarian kami hingga sore hari ini, tidak ditemukan adanya korban yang meninggal,” ujar Kepala Bidang Humas Polda Jateng Kombes Artanto.

Demonstrasi besar yang diikuti ribuan orang di Pati berlangsung dengan tujuan meminta Bupati Pati Sudewo mengundurkan diri dari jabatannya. Para peserta demonstrasi menganggap bahwa Sudewo telah membuat kebijakan yang merugikan masyarakat. Salah satu contohnya adalah kenaikan pajak hingga 250 persen. Meskipun kebijakan tersebut telah dicabut dan Sudewo menyampaikan permintaan maaf, aksi tetap berlangsung.

Artanto menyatakan bahwa puluhan korban luka dalam aksi demonstrasi di Pati telah ditangani oleh petugas medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Soewondo. Selain para peserta aksi, korban luka juga berasal dari anggota kepolisian. Termasuk salah seorang perwira Polri yang diduga dipukuli oleh massa.

“Di antara total korban, sekitar tujuh orang adalah anggota Polri, sedangkan sisanya berasal dari masyarakat,” kata Artanto kepada para jurnalis.

Seorang perwira menengah Polri yang memiliki tiga bintang di bahunya menyampaikan bahwa kebanyakan korban luka mengalami gejala sulit bernapas. Kondisi ini terjadi setelah mereka terkena gas air mata yang ditembakkan oleh petugas saat massa mulai berkerumun dan memicu keributan. Selain itu, beberapa korban juga mengalami memar, luka sobek pada kulit, serta cedera pada bagian kepala.

“Langkah (polisi melepaskan gas air mata) diambil karena situasi benar-benar tidak bisa dikendalikan,” kata Artanto.