news  

Judul yang lebih menarik dan tetap menjaga makna: **”Anggrek Biru Langka Terancam Akibat Tambang di Raja Ampat”**

Judul yang lebih menarik dan tetap menjaga makna:  
**”Anggrek Biru Langka Terancam Akibat Tambang di Raja Ampat”**





,


Jakarta


– Dosen dari Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University Agus Hikmat mengatakan anggrek biru (

Dendrobium azureum Schuit

), spesies langka dan endemik yang hanya ditemukan di Cagar Alam Pulau Waigeo,

Raja Ampat

, Papua Barat Daya, bisa terancam aktivitas

tambang

jangka panjang. Habitat flora unik dipastikan belum rusak akibat pertambangan

nikel

yang belakangan ramai dibincangkan. Namun, bahaya itu tetap ada di masa depan.

“Kerusakan yang terjadi di pulau-pulau sekitar (Raja Ampat) akibat pertambangan dapat mengancam habitat di Pulau Waigeo, apalagi dengan pengaruh arus laut yang kuat,” katanya melalui keterangan tertulis pada Ahad, 29 Juni 2025.

Anggrek biru, kata Agus, secara global sudah dikategorikan

endangered

atau terancam punah oleh

International Union for Conservation of Nature

(

IUCN

) Red List. Meski begitu, Indonesia belum memasukkan

Dendrobium azureum

dalam daftar tumbuhan yang dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

Dari sisi botani dan konservasi, dia meneruskan, nilai anggrek biru Waigeo sangat tinggi karena tidak ada di tempat lain di dunia. Lantaran belum dilindungi secara hukum di tingkat nasional, Agus menekankan perlunya perhatian dan langkah perlindungan dari regulator domestik.

“Sebagai spesies endemik dengan status terancam punah, anggrek biru membutuhkan perlindungan serius,” kata Agus, yang juga merupakan peneliti konservasi tumbuhan tersebut.

Secara umum, anggrek biru terancam deforestasi dan perburuan untuk perdagangan. Namun, dalam jangka panjang, flora ini juga bisa rusak oleh pertambangan. Agus menyarankan pertambangan di kawasan Raja Ampat dihentikan dalam rangka menjaga keanekaragaman hayati yang unik, baik di darat maupun laut.

“Pemanfaatan kawasan Raja Ampat sebaiknya diarahkan untuk kegiatan wisata yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,” ucap dia.