Jika Tak Pernah Bertanya, Mungkin Kurang 6 Kemampuan Kognitif Ini, Kata Para Psikolog

Jika Tak Pernah Bertanya, Mungkin Kurang 6 Kemampuan Kognitif Ini, Kata Para Psikolog



– Pada suatu pembicaraan, jika ada orang yang selalu berbicara tentang diri mereka sendiri dan tak pernah membalas pertanyaan atau mengajukan pertanyaan kepada Anda, situasi tersebut mungkin terlihat aneh. Ini bisa membuat Anda merasa seolah-olah pendapat atau kisah hidup Anda kurang bernilai bagi mereka.

Phenomenon seperti ini tak hanya terkait dengan ketidakhadiran kesopanan atau keingintahuan. Menurut psikologi, beberapa kapabilitas kognitif bisa jadi belum berkembang optimal pada orang yang jarang berpola pikir dan bertanya.

Mengajukan pertanyaan tidak hanya merupakan tata krama dalam berinteraksi dengan sesama, tetapi juga elemen vital dalam pembelajaran, membentuk relasi, serta mengerti sudut pandang pihak lain.

Tolong support kita ya,
Cukup klik ini aja: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/

Menurut laporan dari Geediting pada hari Kamis (29/5), berikut ini adalah keenam kemampuan kognitif yang mungkin tidak sepenuhnya dimiliki oleh individu yang umumnya bersikap pasif dalam mencari informasi atau mengekspresikan minat terhadap orang lain.

1. Kurangnya Hasrat Untuk Mengetahui

Keingintahuan merupakan dasar dari perkembangan ilmu pengetahuan serta keterikatan emosi. Orang yang kurang berani bertanya cenderung tidak termotivasi untuk mengenal dunia di sekitarnya.

Dalam konteks pergaulan, sikap penasaran bisa menghadirkan dialog yang jauh lebih berarti. Tanpanya, pertukarannya kerapkali dirasakan satu sisi dan kurang mendalam. Apabila ketertarikan pada sesuatu tak ada, orang cenderung tetap bertahan di zona nyamannya masing-masing serta membatasi peluang perkembangan mereka.

2. Empati yang Terbatas

Satu tanda dari empati adalah dorongan untuk mengerti perasaan serta pengalaman pribadi orang lain, biasanya dinyatakan lewat pertanyaan-pertanyaan yang mencerminkan kesungguhan hati.

Apabila seseorang tak pernah bertanya tentang kondisi emosi oranglain atau pemikiran mereka, ini dapat mencerminkan ketidaktahannya dalam urusan empati.

Menjadi pendengar yang empati ternyata dapat memperkuat ikatan dalam hubungan sosial. Akan tetapi, mencapai ini cukup menantang apabila tak ada usaha nyata untuk mengerti orang di sekitar kita secara lebih mendalam.

3. Perspektif yang Terbatas

Tentu saja, perspektif individu umumnya dibatasi oleh pikirannya sendiri. Kekurangan kemampuan untuk menerima gagasan segar dapat menyebabkan cara berpikir jadi stagnan.

Pertanyaan bisa membroadkan pengetahuan serta meruntuhkan prasaya lama yang mungkin tak lagi sesuai. Ini sangat krusial dalam rangka belajar dan berkembang. Orang-orang dengan mindset sempit kecenderungan untuk menjauhi diskusi terbuka dan lebih suka tetap pada zonanya sendiri yang familiar.

4. Rendahnya Kesadaran Diri

Seseorang yang tak pernah mengajukan pertanyaan tentang orang lain pun bisa jadi memiliki tingkat pengertian diri yang rendah. Mereka cenderung kekurangan waktu untuk merenungi pikiran dan posisi mereka sendiri.

Peningkatan kesadaran diri terjadi saat individu berani menganalisis dirinya sendiri lewat pengalamannya bersosialisasi dengan orang lain serta umpan balik yang diterima. Mengajukan pertanyaan bertindak sebagai sarana untuk mengawali langkah ini.

Tanpa adanya introspeksi yang tulus, seseorang dapat tetap mempertahankan kebiasaan lama tanpa menyadarai bahwa sudut pandang atau keyakinan mereka mungkin perlu disempurnakan.

5. Ketidakrendahan Hati yang Tipis

Rendah hati tidak bermakna mengabaikan nilai diri sendiri, melainkan mengenali bahwa tak seluruh pengetahuan telah dikuasai dengan sempurna. Hal ini umumnya mendorong individu untuk mencari pertanyaan dan menambah ilmu mereka.

Seseorang yang tak memperlihatkan keingintahuan biasanya sudah puas dengan pengetahuan yang dimilikinya. Namun, kesederhanaan mengajari kita bahwa terus-menerus ada peluang untuk belajar dari berbagai pihak.

Kesiapan belajar dengan pikiran terbuka mencerminkan keteguhan hati dalam mengakui adanya berbagai sudut pandang serta cerita hidup yang dapat memberikan nilai tambah pada diri kita.

6. Kurangnya Kapabilitas dalam Berfikir Kritis

Berpikiran kritis mencakup penganalisan, penilaian, serta penggabungan data yang didapat. Langkah-langkah tersebut tak bisa berhasil dengan baik tanpa membiasakan diri untuk mengajukan pertanyaan. Seseorang yang belum menjadikan tanya jawab sebagai rutinitas lebih condong untuk menyetujui informasi begitu saja, tanpa mendalami asal-usul atau kebenarannya.

Ini dapat menaikkan potensi dari disinformasi. Rutinitas untuk mengkritisi informasi serta mencari pemahaman yang lebih mendalam berfungsi sebagai benteng melawan pengambilan keputusan yang salah.

Menstimulasi agar seseorang menjadi lebih terbuka dan penasaran tak perlu menggunakan cara kekerasan. Kebanyakan waktu, menunjukkan dengan bertanya secara ikhlas bisa mendorong orang lain untuk berperilaku sejenis.

Habit-habit sederhana seperti bertanya tentang opini, emosi, atau perspektif bisa menguatkan ikatan sosial serta membentuk lingkungan untuk saling memahami dengan lebih mendalam.

Pertanyaan merupakan jalan menuju rasa simpati, wawasan, serta hubungan antarpribadi yang lebih dalam. Di era yang serba kilat ini, menyempatkan diri untuk menanyakan sesuatu dapat menjadi tindakan kecil dengan pengaruh signifikan.