Jika Sering Acuhkan Teman di Publik demi Hindari Basa-basi, Ini yang Dibaliknya Menurut Psikologi

Jika Sering Acuhkan Teman di Publik demi Hindari Basa-basi, Ini yang Dibaliknya Menurut Psikologi



– Pernakah kamu sedang berada di pusat perbelanjaan, kedai kopi, atau halte bus, kemudian secara tiba-tiba menemui orang yang diketahui namun memilih untuk menghindar atau seolah-olah sangat asyik dengan telepon genggamnya?

Banyak individu melaksanakan tindakan serupa untuk mencegah pertukaran kata-kata pendek yang memalukan. Perilaku tersebut tak sepenuhnya disebabkan oleh ketidaktahuannya aturan kesopanan atau kurang keramahan.

Berdasarkan laporan dari Geediting pada hari Senin (19/5), para ahli psikologi mengatakan bahwa kebiasaan tersebut bisa menunjukkan beberapa aspek karakteristik pribadi yang unik.

Sebaiknya mengenali latar belakang dari tindakan tersebut daripada hanya merasa bersalah, karena hal itu bisa membuka pemahaman yang lebih mendalam tentang diri kita sendiri.

1. Cenderung Memiliki Karakter Introvert

Orang yang memiliki sifat introvert biasanya merasa lebih tenang di dalam diri mereka sendiri. Meskipun mereka bukan tipe orang yang menolak bertemu dengan banyak orang, namun mereka cenderung bersikap pilihan ketika harus terlibat dalam diskusi atau pertemuan sosial.

Interaksi permulaan dengan orang baru kerap kali sangat menyita tenaga untuk pribadi yang pendiam, sebab hal itu memakan lebih banyak energi daripada berbicara tentang topik-topik penting. Oleh karenanya, wajar saja jika mereka condong untuk tetap jauh dari obrolan-obrolan singkat di area publik tersebut.

2. Menunjukkan Keceriaan yang Mencolok

Individu berkepekaan tinggi cenderung cepat terbebani di lingkungan sosial yang dipenuhi orang. Kegaduhan, kebisingan, serta jumlah stimulasi optik yang besar dapat menyebabkan perasaan lelah dari segi psikologis.

Pada situasi demikian, membebankan diri dengan obrolan pendek tampaknya sulit. Memilih untuk menghindari justru menjadi cara melindungi diri sendiri supaya bisa tetap merasa damai.

3. Merupakan Seorang Pemikir Yang Profound

Beberapa orang cenderung lebih terpaku pada dialog yang bermakna serta memiliki pemikiran reflectif dalam kedalaman. Mereka biasanya menganggap pembicaraan ringan tidak banyak menyumbangkan aspek emosi maupun kognitif.

Mereka cenderung merasa lebih tenang saat sendirian atau menghabiskan waktu dengan pikiran mereka dibandingkan harus bergumul dengan percakapan-percakapan permukaan yang dianggap sebagai pembicaraan kosong. Karakteristik ini mencerminkan minat besar pada eksplorasi pemahaman tentang diri sendiri serta memahami orang lain dengan cara yang sangat mendalam.

4. Memuliakan Hubungan yang Sincere

Untuk beberapa individu, keintiman dalam suatu hubungan jauh lebih berharga ketimbang frekuensinya. Mereka biasanya enggan terlibat dalam obrolan pendek yang mereka rasa tak memberikan kesempatan untuk mendalami ikatan batin.

Penelitian menyatakan bahwa orang-orang yang biasanya melibatkan diri dalam obrolan bernilai mendalam umumnya merasakan tingkat kepuasan hidup yang lebih besar. Dengan demikian, memilih untuk tidak berbicara kosong mungkin mencerminkan dambaan mereka pada ikatan emosional yang lebih otentik.

5. Mempunyai Pembatasan Kerahasiaan yang Kokoh

Bukan setiap orang merasa nyaman untuk membagikan data diri mereka, meski hanya sebatas sedikit. Bagi individu yang sangat menjaga kerahasiaan dirinya, bertemu dengan pertanyaan-pertanyaan biasa bisa jadi dapat menyulut ketidaknyamanan karena dianggap menyinggung hal-hal privat.

Untuk mereka, memiliki ruang pribadi merupakan suatu kebutuhan. Melewatkan percakapan santai dianggap sebagai cara untuk memelihara batasan aman dan mencegah paparan emosi yang berlebihan.

6. Menunjukkan Rasa Saling Mengerti yang Kuat

Walaupun tampaknya bertentangan, seseorang yang memiliki rasa empati tinggi malah mungkin merasa tidak nyaman saat berbicara mengenai hal-hal sepele. Hal ini disebabkan karena pembicaraan seperti itu kerap diasumsikan sebagai sesuatu yang kurang tulus atau hanya ritual belaka.

Orang-orang yang memiliki rasa simpati yang kuat lebih menyanjung jujur tentang perasaan mereka sendiri serta ikatan yang tulus. Mereka cenderung merasa semakin dekat ketika diskusi mencapai lapisan emosi yang lebih mendalam, daripada sekadar tetap di permukaannya saja.

7. Kepala Sadar Yang Kuat

Menjauh dari pergaulan bukan bermakna takut berteman, melainkan dapat mencirikan derajat pengertian diri yang kuat. Mereka menyadarinya akan batasan kekuatan bergaul mereka serta lebih memilih pertukaran sosial yang seimbang dengan daya dukung perasaannya.

Pengetahuan ini memungkinkan mereka untuk lebih baik menyesuaikan diri dalam keadaan sosial. Sehingga, mereka paham kapan sebaiknya terlibat dan kapan penting untuk menjaga jarak dari orang lain.

Tindakan pura-pura tidak mengenali orang yang dikenal mungkin terlihat remeh, namun sesungguhnya dapat menunjukkan cara seseorang mempertahankan keseimbangan di lingkungan sosial mereka.

Tujuh ciri ini bukanlah kelemahan, tetapi sebagian dari identitas pribadi yang menggambarkan bagaimana seseorang merasakan hubungan serta perlindungannya terhadap lelah emosional.

Mengenali tendensi tersebut tidak hanya mendorong pemahaman yang lebih baik tentang diri kita, namun juga dapat memperbaiki hubungan dengan orang di sekitar kita. Tak seluruhnya perlu dilibatkan dalam setiap pertemuan; kadang-kadang, menetapkan batasan merupakan cara untuk bersikap jujur pada diri sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com