Jika Dibesarkan dengan “Jangan Menangis”, Begini 7 Cara Rahasia Anda Mengungkapkan Emosi

Jika Dibesarkan dengan “Jangan Menangis”, Begini 7 Cara Rahasia Anda Mengungkapkan Emosi



– Saat masih kecil, banyak dari kita pernah mendengar kalimat seperti: “Jangan nangis, itu cengeng,” atau “Anak kuat gak boleh nangis.”

Meskipun niat orang tua mungkin adalah untuk menguatkan, larangan mengekspresikan emosi — terutama kesedihan dan air mata dapat memiliki dampak jangka panjang pada cara seseorang memproses dan mengekspresikan emosinya di masa dewasa.

Menurut psikologi perkembangan dan teori regulasi emosi, anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang menekan ekspresi emosional mereka — terutama tangisan — cenderung mengembangkan mekanisme pertahanan emosional tersembunyi.

Mereka tidak berhenti merasakan, tetapi mereka belajar untuk “menyembunyikan” emosi-emosi itu dalam bentuk perilaku lain yang lebih dapat diterima secara sosial atau lebih sulit dikenali sebagai ekspresi emosional.

Berdasarkan laporan dari Geediting pada hari Minggu (18/05), ada tujuh metode tersembunyi tentang bagaimana Anda bisa mengungkapkan perasaan di usia matang apabila sejak kecil biasanya dilarang untuk meneteskan air mata.

1. Membesar-besarkan Keseruan sebagai Sarana Melupakan Penderitaan

Tertawa dapat berfungsi sebagai cara pelarian yang kuat. Orang-orang banyak yang diajarkan sejak muda untuk menyembunyikan air mata, kemudian berkembang menjadi individu yang sering mengunakan huma sebagai “benteng” emosi.

Mereka dengan mudahnya melakukan lelucon saat menghadapi momen yang menyedihkan atau rumit, seakan-akin dengan mampu mengecoh tawanya dapat membantu sembuh dari rasa sakit di hati.

Dalam bidang psikologi, istilah tersebut dikenal sebagai humoral defensif—metode tak langsung untuk mengelakkan konfrontasi terhadap emosi sebenarnya.

2. Berubah menjadi Seseorang yang Selalu Mencari Kesempurnaan

Perfeksionisme sering kali lahir dari kebutuhan untuk mengendalikan sesuatu — termasuk emosi. Anak yang tidak diizinkan menangis mungkin tumbuh dengan keyakinan bahwa menunjukkan kelemahan akan berujung pada penolakan.

Akibatnya, mereka mencoba menjadi “sempurna” agar tidak harus merasa rentan.

Setiap kesalahan sederhana dapat mengundang rasa malu yang hebat, sebab mereka tidak pernah diberitahu bahwa gagal merupakan hal wajar sebagai insan.

3. Kesulitan Mengajukan Permohonan Pertolongan, Terutama di Momen yang Mendesak

Saat seorang anak diajarkan bahwa perasaan seperti kesedihan ataupun tangisan adalah hal yang negatif, maka mereka akan mempelajari bagaimana cara menyembunyikan ketidakmampuan mereka dari pandangan orang lain.

Pada saat dewasa, hal tersebut bisa berubah menjadi kendala dalam mengajukan pertolongan.

Meskipun sedang kesulitan, mereka lebih condong untuk menyembunyikan diri dan memilih bertolerir sendiri tanpa berbicara karena takut bahwa memohon pertolongan adalah pengakuan atas ketidakmampuan mereka.

4. Menunjukkan Perasaan Lewat Kecemasan Atau Ketidaksabaran

Sering kali, orang yang dilarang meneteskan air mata akan mengalihkan kesedihan mereka ke dalam wujud lain yang lebih “diterima” oleh sekitar — yaitu dengan menjadi marah.

Berdasarkan ilmu psikologi, amarah merupakan suatu perasaan sekunder yang umumnya menyembunyikan rasa sakit, ketakutan, atau kesedihan.

Individu semacam itu mungkin kelihatan sensitif, sulit dipengaruhi, atau cepat naik darah; namun pada kenyataannya, mereka justru tengah menghadapi perasaan takut, luka hati, atau frustasi.

5. Bersifat Penyendiri dan Sangat Terlindungi Secara Emosional

Sebagai gantinya dari mengungkapkan kesedihan, sebagian orang lebih memilih untuk total meredam perasaan mereka.

Mereka berubah menjadi orang yang “tertutup”, susah untuk dipahami, dan ragu-ragu saat harus ikut serta dalam pembicaraan mengenai perasaan.

Ini bukan disebabkan oleh kurangnya rasa, tetapi karena mereka telah terbiasa “menyimpan” emosi sejak kecil.

Ini merupakan cara melindungi diri secara psikologis agar terhindar dari rasa malu atau penolakan.

6. Mengeluarkan Energi dengan Olahraga atau Produktivitas Ekstra

Beberapa individu merubah perasaan mereka menjadi tenaga fisik atau produktivitas yang luar biasa.

Mereka bergerak secara paksa, bekerja tak kenal lelah, atau sangat gandrung pada beberapa projek spesifik.

Ini tak sekadar tentang ambisi — biasanya, hal itu merupakan metode untuk melarikan diri dari kediaman, pemedelan pikiran, atau perasaan.

Olahraga dan kegiatan padat seringkali mengalihkan pikiran dari emosi yang masih belum terselesaikan.

7. Mengukuhkan Diriku Melalui Penerimaan dari Orang Lain

Dewasa yang tak pernah memiliki area bebas untuk menyuarakan emosi mereka saat masih anak-anak dapat berkembangan menjadi individu yang selalu mencari pengakuan.

Mereka begitu menginginkan pujian, cinta, serta pengakuan—karena masa kecilnya mungkin diabaikan ketika menampilkan bagian lemah dari diri mereka.

Saat mendapat pujian dari orang lain, seseorang akan merasa dipahami dan disambut; namun apabila dilupakan, rasa sakit dari trauma masa kecil bakal muncul kembali.

Kenapa Hal Ini Berlangsung? Panduan dari Perspektif Psikologi

Menurut teori Attachment dari John Bowlby dan penelitian lanjutan oleh Mary Ainsworth, interaksi anak dengan pengasuh utamanya membentuk pola keterikatan yang berpengaruh seumur hidup.

Jika anak tidak diizinkan menunjukkan kesedihan atau ketidaknyamanan, mereka akan merasa bahwa cinta hanya tersedia jika mereka “kuat” dan tidak menunjukkan beban emosional.

Ini menciptakan insecure attachment yang bisa berujung pada berbagai bentuk maladaptif dalam mengekspresikan emosi.

Apa Saja Yang Dapat Diambil Tindakan Sekarang?

Jika Anda merasa cerminan dari beberapa poin di atas ada dalam diri Anda, itu bukanlah sesuatu yang memalukan.

Itu adalah respons alami terhadap lingkungan masa kecil.

Namun, Anda tetap bisa mengubah cara Anda terhubung dengan emosi Anda sendiri. Berikut beberapa langkah awal:

Terapi atau konseling: Profesional kesehatan mental dapat membantu Anda menavigasi emosi yang selama ini terpendam.

Jurnal harian emosional: Menulis perasaan Anda tanpa sensor bisa membantu mengenali pola tersembunyi.

Latihan kesadaran diri: Memudahkan Anda untuk merasakan emosi yang timbul tanpa segera memberikan penilaian atau membatunya.

Belajar mengatakan “Aku sedih” tanpa rasa bersalah: Ini mungkin terasa aneh di awal, tetapi akan membuat Anda lebih bebas secara emosional.

Penutup

Menangis merupakan bagian yang wajar dalam proses kehidupan sebagai seorang manusia.

Jika Anda tumbuh dalam budaya atau keluarga yang menekan tangisan, kemungkinan besar Anda mengembangkan cara-cara lain untuk mengekspresikan emosi Anda — cara yang tersembunyi dan kadang tidak disadari.

Menurut psikologi, mengenali pola-pola ini adalah langkah pertama untuk mulai menyembuhkan diri dan membangun hubungan yang lebih sehat — baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain.

Tidak ada yang salah dengan menangis.

Yang keliru ialah apabila kita tak pernah mendapat kesempatan untuk menyuarakan perasaan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com