Berita  

Jika Anda Ingat 9 Aturan Tidak Tertulis 80-an, Anda Lebih Moral daripada 98% Orang Saat Ini

Jika Anda Ingat 9 Aturan Tidak Tertulis 80-an, Anda Lebih Moral daripada 98% Orang Saat Ini

Pada tahun 1980-an, sering dianggap sebagai periode yang penuh dengan kejujuran, kedisiplinan, dan nilai sosial yang kokoh.

Meskipun era tersebut tidak memiliki teknologi secanggih saat ini, justru dari keterbatasan tersebut muncul aturan-aturan tak tertulis yang mengikat masyarakat dalam ikatan moral yang kuat.

Berdasarkan psikologi sosial, nilai-nilai tersebut membentuk kepribadian yang lebih kuat, rasa penghargaan yang lebih tinggi terhadap sesama, serta empati yang mendalam.

Tolong support kita ya,
Cukup klik ini aja: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/

Sekarang, ketika dunia semakin cepat berubah, sebagian aturan tersebut telah dilupakan atau bahkan dianggap usang.

Meskipun demikian, jika Anda masih mengingat dan menerapkannya, berarti Anda memiliki karakter yang lebih kuat dibandingkan 98% orang di masa sekarang.

Dilaporkan oleh Geediting pada Jumat (22/8), terdapat sembilan aturan tak tertulis dari masa 80-an yang patut dipertimbangkan kembali.

1. Menghormati orang tua bukanlah pilihan, melainkan kewajiban

Pada tahun 80-an, sikap terhadap orang tua tidak pernah menjadi topik perdebatan: penghormatan dianggap mutlak.

Tidak pernah ada respons berupa suara ketika meminta sesuatu, tidak ada nada tinggi saat berbicara, dan selalu muncul rasa terima kasih meskipun hanya diberi sesuatu yang biasa saja.

Psikologi keluarga mengistilahkan hal ini sebagai modeling nilai, yaitu anak meniru dan mempelajari nilai moral melalui tindakan orang tua.

Angka ini menciptakan generasi yang jauh lebih rendah hati dan penuh hormat.

2. Janji Sama dengan Utang

Jika seseorang pada masa tahun 80-an mengatakan akan tiba pukul 7, maka ia benar-benar tiba pukul 7.

Janji bukan hanya sekadar ucapan, tetapi sebuah komitmen yang memperkuat rasa percaya diri.

Saat ini, janji sering dianggap sebagai sesuatu yang bisa disesuaikan, bahkan mudah untuk tidak dipenuhi.

Meskipun demikian, berdasarkan psikologi kepercayaan, konsistensi dalam memenuhi janji menciptakan modal kepercayaan yang menjadi dasar dari hubungan yang sehat.

3. Barang yang Dipinjam, Barang yang Dikembalikan

Dulunya, meminjam barang berarti siap mengembalikannya dalam keadaan yang lebih baik daripada saat diterima.

Anak-anak diajarkan hal ini sejak kecil, baik meminjam mainan, buku, maupun kaset.

Pesan etika ini menumbuhkan rasa tanggung jawab yang kuat.

4. Sapaan Salam Harus Dilakukan

Tidak pernah ada yang melewati tetangga tanpa memberi salam.

Anak-anak pada tahun 80-an secara alami mengucapkan salam atau hanya tersenyum.

Psikologi sosial mengungkapkan bahwa salam merupakan bentuk koneksi kecil yang memperkuat hubungan dalam komunitas.

Ini menciptakan rasa persatuan yang kini mulai menghilang.

5. Makan Bersama Merupakan Kesempatan yang Suci

Pada masa itu, berkumpul makan bersama anggota keluarga hampir merupakan keharusan.

Perangkat elektronik belum berhasil menarik perhatian, sehingga meja makan menjadi tempat berbagi cerita, tawa, dan doa.

Penelitian psikologi keluarga menunjukkan bahwa makan bersama dapat memperkuat ikatan emosional, mengurangi tingkat stres pada anak, serta memupuk rasa terima kasih.

6. Tidak Ada Kata “Seenaknya” yang Digunakan oleh Guru dan Orang Tua

Guru pada tahun 80-an dianggap seperti orang tua kedua.

Siswa-siswa menjaga perilaku mereka, seringkali takut untuk melanggar aturan.

Ini menciptakan rasa penghormatan terhadap otoritas. Kini, banyak orang memandang guru hanya sebagai penyampai materi.

Meskipun demikian, psikologi perkembangan menunjukkan bahwa rasa hormat terhadap figur otoritas yang baik dapat memperkuat sikap disiplin dan tanggung jawab anak.

7. Persahabatan Perlu Dijaga, Bukan Dibanggakan

Anak-anak pada tahun 80-an tidak memiliki media sosial yang bisa digunakan untuk menunjukkan “kedekatan”.

Persahabatan dipelihara melalui waktu, perhatian, dan kebersamaan yang nyata.

Tidak ada foto setiap hari, namun terdapat kenangan yang mendalam.

Psikologi hubungan mengungkapkan bahwa keakraban yang autentik menciptakan ikatan yang lebih kuat dibanding hubungan digital yang permukaan.

8. Sedekah dan Membantu Secara Rahasia

Pada masa itu, ketika seseorang membantu, tidak ada alat pemotret yang merekam.

Tidak ada lampiran yang bisa mendapatkan pujian.

Membantu dilakukan karena rasa kemanusiaan, bukan untuk mendapatkan “like”.

Berdasarkan psikologi moral, tindakan yang tulus dan tidak mengharapkan imbalan adalah yang menciptakan sifat altruistik, bentuk kebaikan yang paling murni.

9. Rasa Malu Berperan Sebagai Penjaga Etika

Dulunya, “malu” dianggap sebagai pelindung harga diri.

Rasa malu bila tidak bersikap sopan, rasa malu bila berbohong, rasa malu bila melakukan kecurangan.

Rasa malu yang baik melindungi seseorang dari tindakan merusak.

Psikologi mengistilahkan ini sebagai emosi moral, perasaan yang mendorong seseorang untuk menjauhi kesalahan dan berupaya bertindak dengan benar.

Penutup: Belajar Mengikuti Aturan yang Tidak Terdokumentasikan

Sembilan aturan tak tertulis dari era 80-an ini mungkin terdengar sederhana, tetapi pengaruhnya sangat besar.

Mereka menanamkan rasa tanggung jawab, kesopanan, empati, dan integritas—nilai-nilai yang semakin langka di masa kini yang penuh dengan kecepatan dan teknologi.

Jika Anda masih mengingatnya, terlebih lagi masih menjalani aturan tersebut, berarti Anda memiliki dasar moral yang lebih kuat dibandingkan sebagian besar orang pada masa kini.

Psikologi menyatakan bahwa bukan teknologi atau benda material yang membuat kehidupan lebih baik, melainkan nilai-nilai yang dihargai dalam kehidupan sehari-hari.

Zaman mungkin berubah, tetapi nilai-nilai mulia seharusnya tetap bertahan.

Karena di balik kemudahannya, terdapat kebijaksanaan yang menjaga manusia tetap menjadi manusia.

***