Apakah pernah terjadi Anda berbicara kepada hewan peliharaan Anda seakan-akan mereka adalah teman manusia?
Support kami, ada hadiah spesial untuk anda.
Klik di sini: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/
Mungkin Anda memberikan saran kepada mereka, bertanya tentang perasaan mereka, atau bahkan meminta pendapat mereka mengenai keputusan yang penting.
Meskipun bagi beberapa orang terdengar tidak masuk akal, di dunia psikologi, tindakan ini justru menggambarkan sifat tertentu yang cukup menarik.
Support us — there's a special gift for you.
Click here: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/
Dikutip dari Geediting pada Senin (4/8), berbicara kepada hewan peliharaan seperti berbicara dengan manusia bukan hanya kebiasaan yang menggemaskan.
Ini merupakan bentuk komunikasi yang dikenal sebagai anthropomorphism, yakni kecenderungan manusia dalam memberikan ciri-ciri manusia kepada hewan, benda tak bernyawa, atau bahkan ide-ide yang bersifat abstrak.
Berdasarkan pendapat para ahli psikologi, individu yang sering melakukan hal ini cenderung memiliki gabungan dari tujuh sifat kepribadian yang istimewa berikut:
1. Empati Tinggi
Banyak orang yang berbicara kepada hewan peliharaannya memiliki rasa empati yang sangat tinggi.
Mereka mampu memahami dan menghayati perasaan makhluk lain, meskipun makhluk tersebut tidak bisa berbicara dengan kata-kata.
Keterlibatan ini menunjukkan bahwa mereka peka terhadap tanda-tanda emosional yang tidak bersifat verbal, seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh, atau nada suara hewan.
Mengapa Hal Ini Terjadi? Para psikolog menyebutnya dengan istilah emotional attunement.
Otak orang yang memiliki empati secara alami berusaha “mengisi celah” dalam komunikasi dengan menganggap bahwa hewan peliharaan memiliki perasaan serupa dengan manusia. Hal ini bukan sekadar khayalan, melainkan bentuk kepekaan terhadap makhluk hidup lainnya.
2. Kecenderungan Menjaga (Insting Menjaga)
Berbicara kepada hewan juga menunjukkan kecenderungan alami untuk merawat atau memiliki sifat ibu yang kuat.
Baik laki-laki maupun perempuan, individu yang memiliki naluri perawatan cenderung lebih mudah membangun ikatan emosional dengan hewan peliharaan.
Mereka menganggap hewan sebagai “anak” atau bagian dari keluarga yang membutuhkan perhatian dan kasih sayang.
Studi Menunjukkan:
Studi menemukan bahwa hormon oksitosin, yang kerap disebut sebagai hormon cinta atau ikatan sosial, meningkat ketika seseorang berkomunikasi dan berinteraksi dengan hewan peliharaannya.
3. Tingkat Kecerdasan Sosial yang Tinggi
Kemampuan berkomunikasi dengan hewan dan “mengajak” mereka terlibat dalam percakapan manusia juga berasal dari tingkat kecerdasan sosial yang tinggi.
Orang yang memiliki kecerdasan sosial mampu memahami perubahan dalam lingkungan sosial dan menciptakan hubungan, bahkan dengan makhluk yang tidak bisa berbicara.
Mereka memanfaatkan hewan sebagai “mitra sosial” dalam berbagai situasi.
4. Kemampuan Kreatif dan Imajinasi yang Besar
Mengira bahwa kucing Anda memahami keluh kesah Anda atau anjing Anda menyetujui pendapat Anda menunjukkan adanya imajinasi yang berkembang.
Para kreatif sering kali menggambarkan kisah, tokoh, dan percakapan dalam kehidupan sehari-hari mereka, termasuk dalam interaksi dengan hewan.
Mereka mungkin menghasilkan suara atau “ciri khas” untuk hewan peliharaan mereka, bahkan berbicara seolah-olah hewan tersebut merespons percakapan.
Ini bukan tanda gangguan pikiran, melainkan metode otak yang kreatif dalam menghadapi dunia dengan penuh nuansa.
5. Kesendirian atau Kebutuhan Hubungan Emosional
Psikologi juga menunjukkan bahwa berbicara kepada hewan peliharaan sering kali menjadi cara untuk mengatasi rasa kesepian atau memenuhi kebutuhan akan hubungan emosional yang tetap.
Hewan peliharaan menjadi pendengar yang setia, tidak pernah menghakimi, yang mampu memberikan ketenangan batin.
Meskipun rasa kesepian bisa menjadi faktor, hal tersebut justru membantu banyak orang dalam menjaga kesehatan mental mereka.
Kontak dengan hewan telah terbukti mengurangi rasa stres dan meningkatkan perasaan dianggap.
6. Keterbukaan terhadap Pengalaman Baru (Openness to Experience)
Dalam teori kepribadian Big Five, seseorang yang sering berbicara kepada hewan peliharaan umumnya memiliki nilai tinggi pada dimensi “Openness”.
Mereka bersifat terbuka terhadap gagasan-gagasan baru, cenderung kreatif, dan menyukai penggalian emosional maupun intelektual, termasuk berinteraksi dengan makhluk yang bukan manusia.
7. Kesadaran terhadap Detail Perasaan
Mengkomunikasikan diri dengan hewan melibatkan pemahaman terhadap ekspresi wajah kecil, perubahan gerakan ekor, atau suara lembut seperti menggonggong atau mendengkurnya.
Orang yang terbiasa berkomunikasi dengan hewan biasanya memiliki ketajaman pengamatan terhadap aspek-aspek emosional yang sering kali tidak diperhatikan oleh orang lain.
Jadi, apakah Anda dianggap aneh jika berbicara dengan hewan?
Sama sekali tidak. Faktanya, psikologi melihat hal ini sebagai tanda kecerdasan emosional, empati, serta kemampuan untuk menciptakan hubungan yang sehat.
Ini merupakan bagian dari upaya manusia dalam membentuk hubungan di lingkungan sosialnya—meskipun hal itu dilakukan dengan makhluk berbulu yang memiliki empat kaki.
Mengobrol dengan hewan merupakan wujud kasih sayang yang manusiawi, dan di baliknya terkandung kepribadian yang kaya, penuh perasaan, serta jiwa yang hangat.
***