,
Jakarta
– Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia mengatakan, Kanada dan Rusia menawarkan kerja sama pengembangan pembangkit listrik tenaga
nuklir
(PLTN). Menurut Bahlil, kedua negara tersebut sudah menyodorkan proposal.
“Kanada, saya sudah bertemu langsung dengan menterinya. Rusia juga sudah mengajukan proposal. Ada beberapa negara lain, tapi belum bisa saya sebutkan,” ujar Bahlil dalam acara Jakarta Geopolitical Forum pada Selasa, 24 Juni 2025.
Pemerintah sendiri telah menyusun peta jalan pembangunan
PLTN
hingga tahun 2034. Target awalnya adalah kapasitas 500 megawatt (MW) yang akan dibagi ke dua lokasi, yakni 250 MW di Sumatera dan 250 MW di Kalimantan. Rencananya, teknologi yang akan digunakan adalah
small modular reactor
(SMR), jenis
reaktor
modern yang dinilai fleksibel dan cocok dengan kondisi geografis Indonesia yang tersebar.
Selain teknologi itu, seperti dikutip dari laman
World Nuclear Association
, ada berbagai jenis reaktor nuklir yang dikenal dalam pengembangan
energi
tenaga nuklir.
1. Reaktor Air Ringan (
Light Water Reactor
/LWR)
Reaktor air ringan merupakan tipe yang paling banyak digunakan di dunia. Sistem ini menggunakan air biasa sebagai moderator dan pendingin. Terdapat dua varian utama:
-
Pressurized Water Reactor
(PWR): Dalam sistem ini, air bertekanan tinggi dialirkan melalui inti reaktor untuk mengambil panas. Panas ini kemudian dipindahkan ke sistem sekunder bertekanan rendah untuk menghasilkan uap yang menggerakkan turbin. -
Boiling Water Reacto
r (BWR): Berbeda dengan PWR, air dalam reaktor ini dibiarkan mendidih secara langsung di dalam bejana reaktor. Uap yang dihasilkan langsung digunakan untuk memutar turbin tanpa melalui sistem sekunder.
2. Reaktor Berpendingin Gas Suhu Tinggi (
High Temperature Gas-cooled Reactor
/HTGR)
Reaktor HTGR menggunakan grafit sebagai moderator dan helium sebagai pendingin. Daya tarik utama jenis ini adalah kemampuannya beroperasi pada suhu sangat tinggi, menjadikannya cocok untuk pembangkitan listrik bertekanan tinggi atau aplikasi proses industri. Dua desain yang dikenal berasal dari Jerman dan Amerika Serikat. Helium panas dari reaktor ini dapat digunakan langsung dalam turbin gas suhu tinggi.
3. Reaktor Air Berat Bertekanan (
Pressurized Heavy Water Reactor
/PHWR)
PHWR merupakan jenis reaktor yang banyak dikembangkan di Kanada sejak 1950-an dan di India sejak 1980-an. Reaktor ini menggunakan uranium alam sebagai bahan bakar dan air berat (DO) sebagai moderator. Keunggulan PHWR adalah efisiensi tinggi dalam penggunaan bahan bakar
uranium
. Namun, reaktor ini juga menghasilkan lebih banyak limbah bahan bakar bekas dibanding desain lain.
4. Reaktor Pendingin Gas Lanjutan (
Advanced Gas-cooled Reactor
/AGR)
AGR merupakan pengembangan dari reaktor pendingin gas generasi pertama. Reaktor ini menggunakan grafit sebagai moderator dan karbon dioksida sebagai pendingin utama. Bahan bakarnya adalah uranium oksida dengan pengayaan hingga 3,5 persen, yang dibungkus dalam tabung baja tahan karat. Desain ini banyak digunakan di Inggris.
5. Reaktor Neutron Cepat (
Fast Neutron Reactor
/FNR)
Berbeda dari reaktor konvensional, FNR tidak menggunakan moderator untuk memperlambat neutron. Reaktor ini memanfaatkan neutron cepat untuk mempertahankan reaksi fisi. Dengan menggunakan plutonium sebagai bahan bakar, reaktor ini dapat mengubah uranium-238 menjadi plutonium-239, sehingga menghasilkan energi jauh lebih besar dari reaktor biasa. FNR dianggap sebagai solusi potensial untuk memaksimalkan pemanfaatan sumber daya uranium.
6. Reaktor Moderasi Grafit Berpendingin Air (
Light Water Graphite Reactor
/LWGR)
LWGR merupakan pengembangan dari reaktor produksi plutonium. Jenis ini menggunakan moderator grafit dengan aliran pendingin berupa air ringan. Uap dihasilkan langsung dalam bejana reaktor, mirip seperti sistem BWR. Reaktor ini menggunakan bahan bakar uranium oksida dengan pengayaan rendah yang disusun dalam rakitan bahan bakar sepanjang 3,5 meter. Salah satu contoh reaktor LWGR adalah tipe RBMK yang pernah digunakan di Uni Soviet.
7. Reaktor Modular Kecil (Small Modular Reactor/SMR)
Reaktor ini memiliki ukuran lebih kecil dibanding reaktor konvensional dan dapat dipasang secara modular. Keunggulannya adalah fleksibilitas lokasi, efisiensi produksi, serta potensi penerapan di wilayah terpencil atau dengan kebutuhan daya rendah hingga menengah. Teknologi ini menjadi fokus utama dalam proyek PLTN Indonesia mendatang.
Nandito Putra
dan
Kakak Indra Purnama
turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.