Rudal dari Yaman Dihancurkan Israel, Ketegangan di Timur Tengah Kembali Memanas
Pada Ahad, 6 Juli 2025, militer Israel mengumumkan bahwa mereka berhasil mencegat sebuah rudal yang ditembakkan dari wilayah Yaman. Kejadian ini memicu kembali kekhawatiran akan eskalasi konflik di kawasan Timur Tengah. Menurut pernyataan resmi Pasukan Pertahanan Israel (IDF), rudal tersebut ditujukan langsung ke wilayah Israel dan sistem pertahanan udara negara itu segera diaktifkan untuk mencegah dampak serangan.
Sirene peringatan terdengar di beberapa area sebagai bagian dari protokol standar ketika ancaman udara terdeteksi. IDF juga menyerukan kepada masyarakat untuk tetap mengikuti instruksi dari Komando Front Dalam Negeri apabila ada pengumuman tambahan. Sehari sebelumnya, pihak militer Israel telah menyatakan bahwa rudal dari Yaman “kemungkinan besar berhasil dicegat”, menunjukkan adanya pola serangan yang berulang dari wilayah tersebut.
Houthi Klaim Serangan, Israel Ancam Blokade Laut dan Udara
Serangan rudal ini sebenarnya telah diprediksi sejak 28 Juni lalu, ketika kelompok Houthi di Yaman secara terbuka menyatakan rencana mereka menembakkan rudal ke arah Beersheba, salah satu kota besar di Israel. Pernyataan tersebut disampaikan oleh juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, yang menyebutkan bahwa tindakan ini dilakukan sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Gaza.
Sejak dimulainya konflik antara Israel dan Hamas pada Oktober 2023, Houthi—yang memiliki hubungan dekat dengan Iran—telah berkali-kali meluncurkan serangan ke wilayah Israel maupun kapal-kapal di perairan Laut Merah. Meskipun banyak dari rudal dan drone yang gagal mencapai target atau berhasil dihancurkan oleh sistem pertahanan Israel, serangan-serangan ini tetap menjadi ancaman serius dan mengganggu jalur perdagangan internasional.
Dalam responsnya, Israel tidak tinggal diam. Negara ini telah melakukan sejumlah operasi militer balasan di Yaman. Lebih jauh lagi, Israel memberikan peringatan keras bahwa mereka siap memberlakukan blokade udara dan laut terhadap Yaman jika Houthi terus melanjutkan aksi militannya. Tujuan utama dari ancaman ini adalah untuk menghentikan dukungan logistik dan militer Houthi terhadap Gaza.
Peringatan Internasional atas Aktivitas Militer Iran di Yaman
Tidak hanya Israel yang memberikan peringatan. Sehari sebelum serangan terbaru terjadi, Menteri Informasi Yaman, Moammar al-Eryani, mengungkapkan keprihatinan mendalam atas upaya Iran yang diduga ingin memindahkan sebagian besar industri militernya ke wilayah-wilayah yang berada di bawah kendali Houthi. Wilayah seperti Sa’da, Hajjah, dan sekitar ibu kota Sanaa disebut sebagai lokasi potensial bagi produksi rudal balistik dan drone oleh Teheran.
Eryani menegaskan bahwa toleransi internasional terhadap aktivitas ini bisa berimbas buruk bagi stabilitas regional dan global. Ia memperingatkan bahwa hal ini membuka peluang bagi Iran untuk menjadikan Yaman sebagai pusat produksi senjata ilegal serta pangkalan misil Garda Revolusi Iran (IRGC).
Di sisi lain, Amerika Serikat juga menyampaikan pandangannya. Letnan Jenderal Angkatan Udara AS, Alexus Grynkewich, menyatakan bahwa Houthi tetap menjadi ancaman potensial bagi kepentingan Amerika meskipun kedua pihak sempat sepakat menghentikan kampanye serangan udara bulan lalu. Namun, Houthi tegas menyatakan bahwa kesepakatan tersebut tidak mencakup hubungan mereka dengan Israel. Solidaritas terhadap Palestina terus digelorakan, termasuk dalam unjuk rasa besar yang diikuti ribuan pendukung Houthi di ibu kota Yaman, Sanaa.
Dampak Strategis dan Humanis
Serangkaian peristiwa ini menunjukkan bahwa konflik Israel-Hamas tidak hanya terbatas pada wilayah Palestina-Israel, tetapi telah menyebar ke kawasan lebih luas. Involvement Iran melalui Houthi semakin memperkeruh situasi, sementara negara-negara besar seperti AS dan aktor regional mulai memperkuat posisi mereka.
Konflik ini juga berdampak signifikan terhadap aspek kemanusiaan, terutama di Yaman, yang hingga saat ini masih bergulat dengan krisis kemanusiaan akibat perang saudara bertahun-tahun. Eskalasi serangan dan ancaman balasan hanya akan memperburuk kondisi warga sipil di lapangan.