– Di zaman moderen yang serba cepat seperti saat ini, kita kerapkali menemui orang-orang yang tampaknya menghabiskan semua waktunya untuk bekerja. Walaupun komitmen besar kepada profesi tentu diperlukan, kadang-kadang konsentrasi ekstra dapat menyebabkan bagian hidup pribadi menjadi tak tersentuh secara tidak sadar.
Menariknya, banyak pihak yang biasanya memimpin pembicaraan justru tak sadar akan pengaruh tindakan mereka terhadap lingkungan sekeliling. Jadi kemungkinan besar mereka merasa bahwa dialog tengah berlangsung dengan cepat dan menyenangkan, bahkan seluruh peserta tampak menikmati pertukaran pandangan dalam diskusi tersebut.
Menurut Geediting.com pada hari Jumat (23/05), berikut ini merupakan petunjuk-petunjuk penting yang harus diperhatikan dengan cermat dan teliti.
1. Percakapan Seringkali Berbalik ke Masalah Kerja
Saat bercengkerama ringan bersama teman atau keluarga, apa pun topik permulaannya, mereka pasti memiliki metode tersendiri untuk membawa pembicaraan kembali ke dunia kerja dan tempat usaha mereka. Sulit rasanya mencari subjek lain yang dapat menyita perhatian atau membangkitkan semangat mereka di luar ranah profesi yang sudah menjadi bidang kedaulatan mereka.
2. Tidak Punya Hobbiatau Kegemaran Di Luar Tempat Kerja
Waktu senggang yang semestinya dapat dimanfaatkan untuk beristirahat atau menggali potensi diri seringkali tak terisi oleh aktivitas rekreasi atau hobbi pribadi yang memuaskan. Bisa jadi mereka malahan merasa bingung dan kesulitan menentukan hal apa yang boleh dilakukan saat tidak lagi dipusingkan dengan tanggung jawab ataupun tekanan dari tempat kerja.
3. Kesulitan Menyuarakan Topik Bukan Pekerjaan
Saat pembicaraan berpindah ke masalah-masalah tak terkait dengan pekerjaan atau ambisi karier, biasanya mereka menjadi merasa gugup, tidak tenang, dan kadang-kadang agak risih. Mereka punya kendala dalam menjaga alur percakapan tetap mulus ketika membahas subjek diluar ranah kerja yang telah benar-benar dikuasainya.
4. Mengalami Rasa Bersalah Ketika Tidak Berproduktifitas
Walaupun tengah menjalani waktu istirahat yang amat diperlukan atau menikmati cuti panjang, pikiran mereka kerap kali tetap fokus pada pekerjaan kantor yang belum terselesaikan. Rasa gelisah atau bersalah selalu menghantui saat mereka tak sibuk beraktivitas demi perusahaan tersebut.
5. Meremehkan Kesetaraan dalam Kehidupan Sehari-hari
Terkadang mereka mengabaikan atau mengecilkan prestasi orang-orang yang menyisihkan waktu bagi keluarga, teman, ataupun hobi diluar jam kerja. Mereka berpendapat bahwa hanya dengan sepenuhnya mendukung serta berkurban demi karierlah seseorang dapat mencapai tingkat sukses tertinggi yang hakiki dan wajib diperjuangkan secara konsisten.
6. Mengecek Email dan Pesan Kerja Secara Berlebihan
Di luar jam kerja formal, termasuk ketika berinteraksi dalam acara penting atau bertemu dengan teman dekat, jarinya tetap siaga memeriksa ponsel untuk melihat notifikasi kantor. Terdapat tekanan besar yang sulit dibendung untuk senantiasa tersambung dengan tugas-tugasnya, seperti ia sungguh-sunguh tidak dapat meninggalkannya meski hanya sesaat.
7. Menentukan Identitas Saja Berdasarkan Posisi Kerja atau Profesi
Identitas pribadi dan rasa harga diri mereka erat kaitannya dengan posisi pekerjaan yang dimiliki atau prestasi kerja yang telah dicapai dalam organisasi tempat mereka berkarier. Mereka mengalami kesulitan untuk memahami nilai-nilai dirinya atau menentukan tujuan hidup diluar ranah kemajuan karir yang sejauh ini merupakan prioritas utama bagi mereka.
8. Mengalami Kecemasan atau Khawatir Saat Tidak Ada Pekerjaan untuk Dikerjakan
Jika tak ada tanggung jawab mendesak, proyek yang mesti diselesaikan, ataupun batas waktu yang membebani, rasa gelisah pun menghampiri dan kengerian akan ketidakpastian dengan cepat menyelimuti. Tanpa adanya rutinitas akibat kurangnya aktivitas kerja, hal ini malah dapat menjadikannya merasa kosong, tanpa nilai, serta hilang arah dalam mencari makna hidup yang jernih.
Memahami karakteristik unik dari tingkah laku ini amat diperlukan supaya kita dapat menjadi lebih sensitif serta penuh simpati terhadap individu-individu di lingkungan sehari-hari kita, ataupun mungkin juga terhadap diri sendiri jika mengalaminya. Seimbangnya kehidupan diluar ranah profesional mempunyai peranan tak kalah vital, walaupun kerapkali luput dari pemikiran para orang yang hanya menumpuk energi pada segelintir area dalam hidup mereka.