Seedbacklink

Industri Manufaktur Terpuruk, Pengusaha Tekstil Minta Dukungan dari Anindya Bakrie

banner 120x600

Pengusaha tekstil domestik mendesak Anindya Bakrie untuk memperjuangkan industri manufaktur nasional, termasuk sektor tekstil dan produk tekstil (TPT). Dengan posisinya sebagai Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, diharapkan ia mampu menyuarakan aspirasi sektor manufaktur.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta, dalam pernyataan resminya yang memberikan dukungan terhadap kepemimpinan Anindya Bakrie sebagai Ketua Umum KADIN Indonesia untuk periode 2024-2029.

Seperti diketahui, Anindya terpilih sebagai Ketua Umum KADIN melalui Musyawarah Luar Biasa (Munaslub) yang digelar Sabtu (14/9/2024).

Redma menambahkan bahwa sektor usaha nasional, khususnya manufaktur, sedang menghadapi tantangan deindustrialisasi yang membutuhkan perhatian segera.

“Kita masih memiliki pasar domestik meskipun pasar global sedang mengalami penurunan. Peran KADIN sangat penting dalam menyelesaikan masalah antar sektor dan memaksimalkan potensi pasar dalam negeri untuk kepentingan industri nasional,” kata Redma, Jumat (20/9/2024).

Ia juga berharap KADIN dapat memberikan masukan yang efektif kepada pemerintah mendatang terkait kondisi sektor manufaktur, serta solusi untuk mengatasi tantangan yang ada.

“Di tengah tekanan ekonomi, kontribusi dunia usaha sangat krusial. Bukan hanya menyampaikan masukan kepada pemerintah, tetapi memastikan bahwa masukan tersebut diperhatikan, dikaji, dan diimplementasikan,” tegas Redma.

Sektor manufaktur, terutama TPT, sedang mengalami tren PHK, dan Redma menekankan pentingnya langkah-langkah penyelamatan untuk mencegah krisis yang lebih dalam.

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8%, menurut Redma, pertumbuhan industri pengolahan harus berada di atas 10% dengan kontribusi terhadap PDB sekitar 25%. “KADIN harus berjuang untuk ini agar manufaktur tidak mengalami kemunduran dengan pertumbuhan yang hanya sekitar 4%, bahkan di bawah pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

Sektor manufaktur, selain menjadi penghasil devisa dan memenuhi kebutuhan domestik, juga berperan sebagai jaring pengaman sosial-ekonomi, menyerap sekitar 18,82 juta tenaga kerja.

Ke depan, Redma menekankan bahwa pemerintah perlu mengkaji ulang kebijakan di berbagai sektor seperti industri, energi, perdagangan, logistik, pertanian, pariwisata, serta kebijakan insentif yang kurang efektif. Kebijakan-kebijakan ini perlu bersinergi untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi.

Redma juga yakin Anindya Bakrie memahami masalah-masalah yang dihadapi dunia usaha dan mengajak sektor TPT untuk berjuang bersama demi mencapai tujuan tersebut.

Sebagai informasi, sektor manufaktur di Indonesia mengalami tekanan yang menyebabkan peningkatan PHK dan kebangkrutan perusahaan. S&P Global mencatat Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Agustus 2024 mengalami kontraksi sebesar 48,9, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat 49,3. Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya output dan pesanan baru, sementara jumlah tenaga kerja juga menurun.

Kementerian Ketenagakerjaan mencatat sebanyak 32.064 pekerja menjadi korban PHK pada Januari-Juni 2024, meningkat 21,4% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pada Januari-Juli 2024, angka tersebut kembali naik menjadi 42.863 korban PHK.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *