Kehidupan Rumah yang Penuh dengan Petualangan dan Keceriaan
Rumah bagi Rosa Anggreati bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga menjadi tempat petualangan yang penuh kejutan. Dengan tujuh kucing peliharaannya yang memiliki karakter unik, setiap hari selalu dibawahi oleh tawa dan kegembiraan. Mereka hidup satu atap dengannya, menjadikan rumahnya sebagai arena kecil yang penuh kehidupan.
Kucing-kucing ini terdiri dari beberapa individu yang masing-masing memiliki ciri khas. Ada Sioren (betina, 6 tahun), Abu Dream (betina, 5 tahun), Apung (jantan, 5 tahun), dan Henry (jantan, 2 tahun). Selain itu, ada juga tiga anak kucing berusia 8 bulan, yaitu Aping (betina, anak dari Abu dan Apung), Gnarpi (jantan, anak dari Sioren dan Apung), serta Oren Junior (betina, anak dari Sioren dan Apung).
Dengan jumlah kucing yang cukup banyak, rumah sering menjadi tempat kejar-kejaran. “Kalau hanya kejar-kejaran, itu masih bagus. Tapi kadang mereka juga saling berantem,” ujarnya sambil tertawa. Biasanya, kucing yang paling jahil adalah Apung. Ia suka menggodai adik-adiknya, sehingga membuat mereka saling kejar-kejaran di dalam rumah. Henry, anak dari Apung, juga memiliki sifat mirip ayahnya, yaitu suka iseng kepada saudara-saudarinya.
Meski suka bermain dan berlarian, kucing-kucing ini juga memiliki kebiasaan masing-masing yang sering membuat Ocha geleng-geleng kepala. Salah satunya adalah Sioren. Ia sangat suka ikut-ikutan ketika ada yang menonton TV. Dia akan tiba-tiba datang dan duduk manis di samping pemiliknya. Meski bergender betina, Sioren memiliki sifat yang agak keras. Ia suka menangkap belalang di rumah dan memainkannya. “Dia tidak membunuhnya, hanya memainkannya sampai belalang itu mati. Agak barbar sih, tapi itulah namanya ‘kucing oren barbar’,” katanya dengan senyum.
Sementara itu, Apung memiliki gaya yang lebih formal. Hobinya adalah patroli di dalam rumah seperti seorang satpam. Ia mondar-mandir ke depan dan ke belakang, lalu duduk di keset depan pintu ruang tamu dengan posisi siaga. “Aku curiga dia ingin menjadi Satpam BCA yang ramah dan siaga,” tambahnya sambil tertawa.
Sedangkan kucing-kucing lain cenderung lebih tenang. Mereka suka mager (malas bergerak), hanya sesekali berlarian sebentar, lalu rebahan dan minta makan. Setelah itu, mereka langsung tidur lagi.
Ocha pernah mengalami momen yang menegangkan saat Abu Dream mengalami “baby blues” setelah melahirkan Aping. Saat itu, Abu menolak menyusui bayinya. Untuk mengatasi hal ini, Ocha memaksa ibu dan anak tersebut berada dalam satu kardus. Ia meletakkan bayinya di badan Abu sambil menggenggam kakinya agar tidak kabur. Dengan cara ini, Aping bisa menyusu. Alhasil, metode ini berhasil.
Setelah usia 3 bulan, para kitten mulai disapih. Mereka dikenalkan secara perlahan dengan makanan kering dan basah. Beruntungnya, para ibu kucing cukup baik dalam merawat anak-anak mereka. Mereka juga mengajarkan anak-anaknya cara buang air di bak pasir.
“Alhamdulillah, mereka semua cukup tertib. Jadi aku tidak repot banget mengurus kitten. Yang paling merepotkan hanyalah dompetku karena harus membeli makanan dan pasir untuk tujuh kucing ini,” kata Ocha dengan nada bercanda.