AKSARA JABAR –Alun-Alun Ciamis berubah menjadi ruang harmoni budaya pada Jumat, 8 Agustus 2025 pagi, ketika alat musik tradisional angklung dimainkan bersama oleh Bupati Ciamis, Herdiat Sunarya, dan anggota Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Kabupaten Ciamis.
Berbau budaya Sunda, peserta mengenakan pakaian kebaya untuk perempuan dan pangsi untuk laki-laki. Kegiatan ini bukan hanya hiburan musik, tetapi juga wujud nyata dalam usaha menjaga warisan budaya setempat.
Ketua PWRI Ciamis, A. Koswara, menekankan bahwa kegiatan ini merupakan wujud nyata rasa cinta terhadap budaya nenek moyang. Ia berharap, dengan adanya kegiatan seperti ini, angklung tidak hanya diingat sebagai warisan masa lalu, tetapi tetap hidup dan berkembang bersama zaman.
Tolong support kita ya,
Cukup klik ini aja: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/
“Kami merasa bangga dapat menghadirkan kembali semangat menjaga warisan budaya. Semoga angklung tetap terdengar di tanah Tatar Galuh,” kata Koswara dalam pidatonya.
Bupati Herdiat terlihat menikmati acara tersebut. Ia menyampaikan bahwa kegiatan ini mengingatkannya pada masa muda saat ia aktif dalam marching band dan memainkan angklung.
Selain sekadar kenangan, bagi dia, angklung merupakan identitas budaya yang harus dilestarikan bersama.
“Alhamdulillah, acara ini tidak hanya terkait musik, tetapi juga mengenai keakraban dan semangat dalam melestarikan warisan budaya,” katanya.
Support us — there's a special gift for you.
Click here: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/
Bupati Herdiat juga memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mengajak para pensiunan hadir dalam perayaan HUT ke-80 Republik Indonesia yang akan diadakan pada 17 Agustus di Lokasana.
Ia menekankan bahwa makna usia kemerdekaan adalah sebuah amanat perjuangan yang diwariskan oleh para pendahulu. Bukan hanya sekadar hiburan, kegiatan bermain angklung bersama ini menjadi simbol penting bagaimana pelestarian budaya dapat menjadi jalan dalam membangun karakter bangsa.
Herdiat menyampaikan pentingnya pembangunan manusia menuju Indonesia Emas 2045, termasuk perhatian terhadap isu stunting sebagai dasar dalam menciptakan generasi yang sehat dan tangguh.
“Kebudayaan merupakan bagian dari perkembangan manusia. Memelihara tradisi berarti mempertahankan identitas kita sebagai sebuah bangsa,” katanya.
Lima buah lagu yang diperdengarkan bersama menjadi tanda keberhasilan acara ini sebagai ruang dialog antar generasi. PWRI sebagai organisasi para pensiunan turut berperan sebagai pelaku utama dalam melestarikan budaya melalui pendekatan partisipatif dan edukatif.