Pergerakan Harga Saham IPO CDIA dan COIN
Pada Rabu (9/7), dua saham baru yang resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) mengalami lonjakan harga yang signifikan. Kedua saham tersebut adalah PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) dan PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN). Setelah mengalami kenaikan tajam, banyak investor mulai bertanya-tanya apakah kedua saham ini masih layak untuk dibeli atau justru sebaiknya dijual.
Harga IPO saham COIN ditetapkan sebesar Rp 100 per saham. Setelah peluncuran, harga saham COIN langsung melonjak 35% menjadi Rp 135 per saham. Dalam penawaran ini, COIN menawarkan sebanyak 2,2 miliar saham, yang setara dengan 15% dari modal dicatat dan disetor pasca IPO. Dengan demikian, COIN berhasil mengumpulkan dana segar sebesar Rp 220,58 miliar.
Seluruh dana yang diperoleh dari IPO akan digunakan untuk dua tujuan utama. Pertama, sekitar 85% dari dana IPO akan diberikan kepada PT Central Finansial X dalam bentuk penyertaan modal. Sisanya akan dialokasikan kepada anak usaha COIN, yaitu PT Kustodian Koin Indonesia, dalam bentuk penyertaan modal yang akan digunakan sebagai modal kerja.
Sementara itu, saham CDIA juga mengalami kenaikan yang cukup besar. Harga IPO CDIA ditetapkan sebesar Rp 190 per saham, namun setelah peluncuran, harga saham naik hingga 34,74% menjadi Rp 256 per saham. Anak usaha PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) ini menawarkan maksimal 12,48 miliar saham, yang setara dengan 10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Sebagai hasilnya, CDIA berhasil mengumpulkan dana segar sebesar Rp 2,37 triliun dari IPO ini.
IPO CDIA tercatat mengalami kelebihan permintaan atau oversubscribed hingga 563,64 kali dalam penjatahan terpusat (pooling allotment), sementara dalam penjatahan pasti (fixed allotment), IPO CDIA mengalami oversubscribed hingga 15,06 kali. Total partisipasi dalam IPO CDIA mencapai 400.126 investor selama masa penawaran, yang berlangsung dari 19-24 Juni 2025 hingga 2-7 Juli 2025.
Rekomendasi Saham IPO
Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, menyampaikan bahwa secara teknikal, antusiasme tinggi pasca IPO membuka ruang untuk penguatan lanjutan. Hal ini dapat dilihat dari pola IPO Grup Prajogo Pangestu sebelumnya seperti PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), yang mencatatkan Auto Rejection Atas (ARA) berturut-turut.
Namun, risiko suspensi oleh BEI tetap terbuka jika volatilitas terlalu tinggi atau harga terus menanjak tanpa koreksi wajar, terutama setelah ARA lebih dari 5 hari berturut-turut. “Secara valuasi target harga CDIA di area sekitar Rp 2.000. Di atas rata-rata per sektor sejenis, namun masih wajar dengan prospek yang ada CDIA dihargai dengan harga premium,” ujar Ekky.
Tanggapan dari BEI
Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI, Kristian S. Manullang, menjelaskan bahwa pergerakan harga saham dapat terjadi karena mekanisme pasar yang dipengaruhi oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Ia menegaskan bahwa BEI tidak dapat memastikan apakah harga saham suatu perusahaan yang baru IPO akan mengalami kenaikan atau penurunan.
BEI senantiasa berupaya memastikan terselenggaranya perdagangan efek yang teratur, wajar, dan efisien. Dalam menjalankan fungsi pengawasan, BEI melakukan pemantauan terhadap seluruh efek yang diperdagangkan dan jika diperlukan dapat melakukan tindakan pengawasan seperti UMA (Unusual Market Activity), Suspensi, dan melakukan pemeriksaan sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku.
Terkait kriteria suspensi atau Unusual Market Activity (UMA), Kristian menyatakan bahwa Bursa memiliki parameter yang diterapkan dalam melakukan pemantauan terhadap semua saham di bursa.