.CO.ID –
Serikat pengrajin tahu dan tempe akan mengubah tarif produk mereka jika biaya bahan mentah pokok naik melewati ambang batas tertentu.
Hal tersebut dikatakan setelah terjadinya perang tarif yang dicanangkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.
Harga kedelai yang diimpor dari Amerika Serikat selalu meningkat bersamaan dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Indonesia mengandalkan pasokan kedelai sebagai bahan dasar utama untuk membuat tahu dan tempe dari negara Amerika Serikat.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2023, Amerika Serikat memasok sekitar 2,27 juta ton kacang kedelai, dengan peningkatan jumlah menjadi 2,67 juta ton pada tahun 2024.
Sukhaeri, Ketua Koperasi Produsen Tahu dan Tempe (Kopti) Kabupaten Bogor, menyebut bahwa mayoritas pengrajin tahu dan tempe secara otomatis memodifikasi harga penjualan mereka dengan mengurangi ukuran produk menjadi lebih kecil atau tipis daripada standarnya ketika terjadi kenaikan pada biaya bahan dasar utama.
“Ini dijalankan apabila terjadi kenaikan harga bahan baku yang biasa sebesar 5-15%,” ungkap Sukhaeri saat berbicara dengan Kompas.com pada hari Rabu, tanggal 9 April 2025.
“Tetapi manakala kenaikan sudah melampoi batasan itu, perajin mau tidak mau akan menyesuaikan harga penjualannya sesuai dengan kenaikan bahan baku utama (kedelai),” ujar Sukhaeri.
Menurut Sukhaeri, pihak yang akan terpengaruh adalah para pembeli atau masyarakat umum.
Berikut adalah pernyataan resmi: Pada hari Kamis tanggal 3 April 2025, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyampaikan tentang keputusan penerapan bea masuk terhadap beberapa negara seperti Indonesia. Menurut ancaman yang diajukan oleh kebijakannya, tingkat tariff untuk produk dari Indonesia akan mencapai angka 32 persen.
Beberapa produk terkecuali dari kebijakan tariff resiprokal meliputi barang-barang yang dilindungi oleh 50 USC 1702(b) seperti peralatan medis dan bantuan kemanusiaan, produk-produk yang sudah mengenai bea masuk sesuai dengan Pasal 232 termasuk besi tuangan, alumunium, kendaraan, dan komponennya. Selain itu ada juga produk-strategis seperti tembaga, semi konduktor, hasil olahan kayu, obat-obatan, logam mulia (bullion), serta sumber daya energi dan mineral tertentu yang tak dapat diproduksi di AS.
Kebijakan tariff milik Trump pun diberlakukan kepada 180 negara lainnya dengan tingkat bea masuk yang bervariasi.
Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) menyebut bahwa setelah adanya keputusan tariff dari Amerika Serikat, Indonesia berencana untuk melakukan negosiasi dengan US Department of Agriculture (Departemen Pertanian Amerika Serikat).
Zulhas mengungkapkan bahwa dia sudah melakukan koordinasi dengan Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto tentang perdagangan pangan antara Indonesia dan Amerika Serikat, mencakup kemungkinan ekspor telur ayam dari Indonesia ke negara tersebut.
“Saya rasa hal ini dapat didiskusikan dan dinegosiasikan. Untuk alasan tersebut, kami harus segera memulai proses diplomatik atau negosiasi perdagangan dengan USDA,” ujar Zulhas saat memberikan keterangan pers di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Graha Mandiri, Jakarta Pusat, pada hari Selasa, 8 April 2025.
Tonton:
Indonesia Akan Tingkatkan Impor LNG dan LPG dari AS dalam Negosiasi Tarif dengan Trump
Menurut Zulhas, Airlangga beserta timnyaakan segera berkunjung ke Amerika Serikat guna memperbincangkan tarif impor yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump.
Artikel ini sudah dipublikasi di Kompas.com dengan berjudul
Dampak Kebijakan Tarif Trump, Harga Tahu dan Tempe Berpotensi Meningkat