news  

Hani EXID Akui Masa Sulit Pasca Pernikahan Ditunda

Hani EXID Akui Masa Sulit Pasca Pernikahan Ditunda

Penampilan Hani EXID yang Mengejutkan dalam Program MBN

Dalam episode keempat program MBN, Ahn Hee Yeon atau lebih dikenal sebagai Hani EXID tampil dengan wajah tanpa riasan. Ia mengungkapkan sisi rentan dan perasaan yang jarang terlihat selama ini. Dengan suara tenang namun penuh keyakinan, Hani berbicara jujur tentang tekanan sebagai artis dan kelelahan emosional yang ia alami.

Hani menyampaikan bahwa hidup dalam bayang-bayang ekspektasi orang lain membuatnya merasa kehilangan arah. Ia juga membahas proses pencarian jati diri dan keputusan penting yang ia ambil setelah menunda pernikahannya dengan psikiater Yang Jae Woong. Berikut beberapa hal yang ia bagikan dalam acara tersebut:

1. Merasa Lelah Menjadi Orang yang Selalu Membaca Situasi

Hani mengakui bahwa sejak kecil ia sangat peka terhadap perasaan orang lain. Ia terbiasa membaca situasi dan menyesuaikan diri dengan harapan orang di sekitarnya. Kebiasaan ini ternyata menjadi beban yang melelahkan baginya.

“Aku ingin berhenti membaca situasi, tapi aku menyadari bahwa aku masih melakukannya secara otomatis,” ujar Hani jujur. Ia merasa hidupnya dikuasai oleh rasa takut mengecewakan dan pikiran tentang pandangan orang lain. Lingkungan dunia hiburan yang penuh tuntutan membuatnya semakin sulit bernapas.

“Sekarang aku ingin menjaga jarak dari perasaan orang lain. Aku ingin hidup tanpa terlalu banyak mempertimbangkan harapan semua orang,” katanya dengan suara tenang. Bagi Hani, ini adalah awal untuk mulai memperhatikan dirinya sendiri.

2. Proses Menemukan Jati Diri Setelah Hidup Seperti Katak dalam Tempurung

Hani menyebut dirinya pernah hidup seperti katak dalam tempurung. Ia terjebak dalam rutinitas tanpa mengenal siapa dirinya sebenarnya. Ia pun mulai mencari jati diri lewat meditasi dan tinggal di kuil. Proses itu membawanya pada titik refleksi yang mendalam.

“Salah satu biksu berkata padaku, ‘Jangan lakukan sesuatu hanya karena orang lain menginginkannya,’” kenangnya dengan mata berkaca-kaca. Kalimat sederhana itu membuatnya menangis sejadi-jadinya. Di momen itulah ia merasa disentuh secara emosional dan mulai mengerti apa yang ia butuhkan.

Dalam perjalanan ke India, ia bahkan tinggal di kuil untuk mencuci piring dan membersihkan tempat ibadah. Ia tidak melakukan itu untuk orang lain, melainkan demi mengenal dirinya sendiri lebih dalam. “Aku ingin tahu apa yang membuatku bahagia, bukan hanya apa yang diinginkan orang dariku,” ujarnya.

3. Merasa Lega Setelah Menunda Pernikahan dan Mengakui Ketidaksempurnaan

Setelah pernikahannya dengan psikiater Yang Jae Woong ditunda, Hani justru merasa lebih lega. Ia menyadari bahwa hidup tak selalu berjalan sesuai keinginan, dan ketenaran pun punya sisi gelap. Peristiwa itu menjadi titik balik yang membantunya melepaskan kontrol atas hal-hal di luar kendali.

“Aku banyak mengalami hal dan akhirnya sadar bahwa hidup ini tidak bisa selalu aku atur sesuka hati,” kata Hani. Ia menambahkan bahwa dulu sangat ingin terkenal, tapi belakangan justru merasa ketenaran bisa jadi beban. Perasaan takut dinilai atau dibenci terus menghantuinya dalam kehidupan sehari-hari.

Kini, ia merasa lebih siap menghadapi dunia apa adanya. “Hari ini aku ingin mencoba berani. Aku akan punya keberanian untuk dibenci,” ujarnya sambil menunjukkan wajah tanpa riasan. Bagi Hani, keberanian itu bukan tentang tampil sempurna, melainkan tentang jujur terhadap diri sendiri.

Keputusan Hani untuk berbicara jujur tentang luka batin dan pencariannya menjadi momen reflektif yang menyentuh banyak orang. Ia tak lagi menuruti ekspektasi melainkan memilih hidup sesuai dengan suara hatinya sendiri. Keberaniannya memberi pesan kuat bahwa menjadi diri sendiri adalah bentuk kebahagiaan yang paling jujur.