CHANELSULSEL.COM– Dalam sebuah hadis yang disampaikan oleh Mu’adz bin Jabal, Nabi Muhammad SAW mengajarkan konsep dasar dalam agama Islam, yaitu mengenai hak Tuhan terhadap hamba-Nya dan hak hamba terhadap Tuhan.
Hadis ini tidak hanya menunjukkan tanggung jawab kita sebagai seorang Muslim, tetapi juga menyampaikan kabar baik yang sangat luar biasa.
Hak Tuhan: Menyembah-Nya Tanpa Mengadakan Sekutu
Ketika Nabi Muhammad SAW bertanya kepada Mu’adz bin Jabal mengenai hak Allah terhadap hamba, Mu’adz menjawab bahwa hanya Allah dan utusan-Nya yang lebih memahami.
Tolong support kita ya,
Cukup klik ini aja: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/
Jawaban ini mencerminkan sikap rendah hati dan pengakuan terhadap keterbatasan pengetahuan manusia. Nabi Muhammad ﷺ selanjutnya menjelaskan bahwa hak Allah yang paling pokok adalah bahwa Allah disembah tanpa dikaitkan dengan sesuatu apa pun.
Ini merupakan inti dari ajaran tauhid, yakni keyakinan akan kesatuan Tuhan. Tauhid bukan hanya pengakuan secara lisan, tetapi juga tindakan yang nyata dalam seluruh aspek kehidupan. Menyembah Allah tanpa mempersekutukan-Nya berarti mengesakan Allah dalam niat, ucapan, dan tindakan.
Hal-hal penting mengenai hak Allah adalah:
1. Peribadatan hanya ditujukan kepada Allah:
Segenap bentuk peribadatan, seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan doa, hanya ditujukan kepada Tuhan saja.
2. Menjauhi syirik:
Kesyirikan merupakan dosa terbesar yang tidak akan dihapus oleh Allah jika seseorang meninggal dalam keadaan syirik. Bentuk kesyirikan dapat berupa menyembah berhala, memohon bantuan kepada selain Allah, atau menganggap ada kekuatan lain yang sama dengan Allah.
3. Mengikuti ajaran Rasul:
Menghormati Allah juga berarti menjalankan ajaran yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ, karena beliau merupakan utusan Tuhan yang memberi petunjuk kepada kita bagaimana beribadah dengan benar.
Hak Hamba: Lepas dari Hukuman Allah
Setelah menjelaskan hak Allah, Nabi Muhammad ﷺ melanjutkan dengan pertanyaan kedua yang sama pentingnya: “Lalu apa hak manusia terhadap Allah jika mereka melakukan hal tersebut?”
Mu’adz kembali memberikan jawaban yang sama. Nabi ﷺ kemudian memberikan kabar baik yang sangat menghibur hati.
Ia berkata, “Allah tidak akan menyiksanya.”
Ini merupakan janji Tuhan kepada hamba-Nya yang memenuhi kewajibannya. Janji ini menunjukkan betapa luasnya kasih sayang dan rahmat Allah. Jika seorang hamba benar-benar menyembah hanya kepada Allah dan menjauhi perbuatan syirik, maka Allah menjanjikan perlindungan dari azab-Nya.
Hal-hal penting mengenai hak hamba ini adalah:
1. Jaminan keselamatan:
Keyakinan yang tulus dan terbebas dari perbuatan syirik merupakan kunci untuk meraih keselamatan di akhirat. Allah akan menjaga hamba-Nya dari api neraka.
2. Pentingnya tauhid:
Hadis ini sekali lagi menegaskan bahwa tauhid merupakan dasar pokok dalam agama Islam. Tanpa keyakinan tauhid yang benar, segala bentuk ibadah yang dilakukan tidak akan memiliki nilai di sisi Allah.
3. Motivasi beribadah:
Janji ini seharusnya menjadi pemicu bagi kita untuk terus memperkuat iman dan ketakwaan. Mengetahui bahwa kita akan dilepaskan dari hukuman Allah seharusnya mendorong kita untuk terus beribadah dengan tulus dan ikhlas.
Hadis Mu’adz bin Jabal ini memberi pelajaran kepada kita dua hal penting. Pertama, kewajiban kita terhadap Allah adalah menyembah-Nya secara eksklusif dan tidak mempersekutukan-Nya dalam ibadah.
Kedua, hak yang akan kita peroleh dari Allah setelah menjalankan kewajiban tersebut adalah perlindungan dari hukuman-Nya.
Ini merupakan hubungan saling menguntungkan yang adil dan penuh kasih sayang antara Sang Pencipta dengan makhluk-Nya. Dengan memahami serta menerapkan hadis ini, semoga kita termasuk dalam golongan hamba-hamba yang berhak mendapatkan janji keselamatan dari Allah.***
Disclaimer: Artikel ini disusun dengan bantuan AI Gemini/ChatGPT yang diubah oleh editor manusia agar lebih nyaman dibaca.