Bukan setiap orang mendapat lebih banyak penghargaan atau cinta saat mereka semakin tua.
Beberapa lansia malahan tampak pahit, kritis, atau sukar untuk berkomunikasi.
Tetapi, ada juga orang-orang yang malah semakin dicintai oleh cucu-cucunya, dihormati oleh tetangga sekitar, dan tumbuh menjadi individu yang bijaksana serta memberi ketenangan.
Menurut artikel yang dilansir dari Geediting pada hari Minggu (13/4), berdasarkan perspektif psikologis, orang-orang senior yang dipandang rendah hati dan disukai ini bukan semata-mata karena umur atau posisi mereka dalam masyarakat—melainkan karena mereka sudah menghilangkan beberapa kebiasaan lama yang dulunya merugikan perkembangan diri serta hubungan interpersonal mereka.
Berikut adalah delapan kebiasaan yang diabaikan oleh orang-orang yang kemudian menjadi teladan sepanjang masa.
1. Menjaga Validasi Dari Pihak Luar
Banyak pemuda saat ini terperangkap pada dorongan ingin diterima dan dipujian.
Namun, orang tua yang dihormati biasanya sudah meninggalkan kebutuhan ini.
Mereka sudah tidak tergantung lagi pada pengakuan luar dan telah menemukan kedamaian di dalam dirinya masing-masing.
Psikologi positif menggambarkannya sebagai “pengendalian diri”—orang-orang dengan rasa percaya diri berasal dari internal, tidak dari eksternal.
Orang-orang ini cenderung lebih damai, tidak reaktif, dan jauh lebih menyenangkan untuk diajak bicara.
2. Memelihara Kecaman atau Penderitaan Jangka Panjang
Generasi tua yang disenangi bukanlah mereka yang terus mengulang cerita luka lama.
Mereka telah belajar memaafkan—bukan karena orang lain layak dimaafkan, tetapi karena mereka memilih untuk tidak membiarkan masa lalu merusak masa kini.
Berdasarkan terapi kognitif-behavorial, menimbun rasa benci cuma akan mempertahankan kesengsaraan sendiri.
Orang-orang tersebut menjadi lebih santai saat bercakap-cakap, lebih tulus ketika memberi nasihat, serta lebih terbuka untuk menjalin hubungan dengan kalangan pemuda.
3. Bersikap Konservatif dengan Prinsip ‘Masa Lalu Adalah Zaman Terbaik’
Salah satu karakteristik favorit dari kalangan senior adalah sikap mereka yang terbuka terhadap perkembangan zaman.
Mereka tidak menolak teknologi, tidak menghinai gaya hidup modern, dan tidak secara konstan membandingkan semua hal dengan zaman dahulu.
Psikologi perkembangan menggambarkannya sebagai adaptabilitas—kemampuan untuk tetap belajar serta beradaptasi.
Mereka bertindak sebagai jembatan antara masa lalu dan sekarang, bukannya hambatan.
4. Menyesatkan Atau Merasa Sangat Tepat
Tak seorang pun senang jika selalu mendapat nasihat berkelanjutan.
Para orangtua yang terpandang mengerti kapan harus memberikan bimbingan dan kapan hanya perlu mendengarkan saja.
Mereka tak berpikir harus menjelaskan segala sesuatu atau bersenang-senang hanya karena jam terbang mereka.
Menurut pandangan psikologi sosial, hal tersebut dikenal sebagai kesungguhan pikiran atau humilitas intelektual—yang merujuk pada kapabilitas untuk mengakui bahwa tak seorang pun dapat mengetahui semuanya, meskipun telah berpengalaman dalam kehidupan yang panjang.
5. Khawatir Tampak Lemah Atau Perlu Dibantu
Banyak orang lanjut usia merasa gengsi ketika harus mengajukan bantuan karena dianggap tanda lemah.
Tetapi orang-orang yang kian dicintai sudah melewati rasa malu ini. Mereka tampil dengan keaslian diri mereka.
Berdasarkan teori ikatan dewasa, kedekatan serta keyakinan terbentuk melalui pengakuan akan ketidaksempurnaan diri sendiri.
Orang tua yang mampu mengucapkan “Saya tidak tahu” atau “Saya memerlukan bantuan” sebenarnya lebih mudah untuk disayangi.
6. Menghindari Pertemanan dengan Kalangan Pemuda
Beberapa orang berpendapat bahwa orang tua harus menjadi teman hanya untuk mereka yang memiliki usia sepadan.
Namun, para lansia yang dihormati umumnya sangat menyenangi berbagi pandangan dengan pemuda.
Mereka menyetujui sudut pandang segar dan tidak merendahkan generasi pemula.
Psikologi menyebut ini sebagai intergenerational intelligence—kemampuan untuk menjembatani nilai-nilai lintas usia.
Ini membuat mereka terasa relevan dan dicintai banyak kalangan.
7. Menilai Orang Berdasarkan Status atau Penampilan
Generasi tua yang bijaksana tahu bahwa nilai seseorang tidak bisa diukur dari gelar, kekayaan, atau penampilan.
Mereka tidak lagi tertarik pada hal-hal permukaan dan lebih fokus pada karakter dan niat baik seseorang.
Menurut psikologi humanistik, ini adalah tanda orang yang telah melewati fase ego dan menuju fase self-transcendence, yaitu mencari makna dalam hubungan dan kontribusi, bukan dalam penilaian sosial.
8. Ketakutan Terhadap Masa Tua Hanya Datang Dari Dalam Dirinya_sendiri
Pada akhirnya, apa yang memisahkan generasi senior yang disukai adalah sikap mereka menerima usia serta kehidupan itu sendiri.
Mereka tak mengekspose garis halus di wajah, tak cemas dengan keadaan muda orang lain, dan tak kewalahan menghadapi transformasi fisik. Mereka merasa tenang.
Dalam ilmu psikologi, hal tersebut dikenal sebagai integritas versus keputusasan— fase terakhir dalam teori Erik Erikson.
Orang-orang yang mampu melewati tahap ini akan merasakan kedamaian, bukannya penyesalan.
Aura kedamaian yang dibawanya akan menarik orang lain untuk mendekatinya.
Penutup
Dicintai dan dimuliakan saat sudah lanjut usia bukan berkat nasib baik, tetapi hasil pilihan—memilih melepaskan kebiasaan-kebiasaan lama yang tak lagi sesuai, kemudian diganti dengan bijaksanasn, kesederhanaan jiwa, serta ketulusan hati.
Apabila kita berharap suatu hari nanti akan dikenal sebagai orang yang dinantikan kedatangannya, disukai tanpa ada syarat, serta dipuji gara-gaya hidupnya, maka petualangan kita dapat memulai dari saat ini.
Perlahan-lahan menghilangkan delapan kebiasaan lama tersebut, kita dapat membuka jalur menuju hidup yang lebih bernilai, terlepas dari usia Anda.
***