Peningkatan Aktivitas Gempa Tektonik di Gunung Lamongan
Pengamatan terbaru menunjukkan bahwa tubuh Gunung Lamongan di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, mengalami inflasi atau penggembungan. Hal ini terjadi setelah terjadinya peningkatan aktivitas gempa tektonik lokal sepanjang bulan ini. Data deformasi yang dikumpulkan oleh instrumen tiltmeter di Stasiun Anyar Badan Geologi menjadi dasar informasi tersebut.
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Muhammad Wafid, menjelaskan bahwa fenomena ini menunjukkan adanya peningkatan tekanan dari dalam bumi yang terkait dengan sistem patahan aktif di kompleks gunung api tersebut. Ia menyampaikan pernyataan ini melalui keterangan tertulis pada Sabtu pagi, 19 Juli 2025.
Tren kemiringan yang tercatat oleh alat pemantau menyerupai kejadian serupa pada 1 November 2024, ketika terjadi peningkatan signifikan aktivitas gempa tektonik lokal di wilayah yang sama. Dugaan ini semakin diperkuat dengan adanya peran patahan aktif dalam dinamika tekanan bawah permukaan Gunung Api Lamongan.
Berdasarkan data pemantauan Badan Geologi, selama periode 1 hingga 18 Juli 2025, tercatat sebanyak 345 gempa tektonik lokal dan 26 gempa tektonik jauh. Dalam tujuh hari terakhir, terjadi lonjakan aktivitas gempa tektonik lokal dengan magnitudo antara 0,9 hingga 3,5 dan kedalaman pusat gempa berkisar antara 1 hingga 13,5 kilometer. Sebaran aktivitas gempa tersebut teridentifikasi di sisi timur, tenggara, dan barat Gunung Lamongan.
Beberapa kejadian gempa pada 17 dan 18 Juli 2025 juga terekam oleh stasiun seismik Gunung Semeru dan Gunung Bromo. Menurut Badan Geologi, hal ini mengindikasikan sebaran gelombang seismik yang cukup luas.
Dari hasil pemantauan visual, Gunung Lamongan tampak jelas hingga tertutup kabut. Tidak ada indikasi adanya asap kawah selama periode peningkatan gempa tektonik tersebut. Kondisi cuaca berubah-ubah mulai dari cerah hingga hujan, dengan angin berembus ke arah utara dan timur laut. Suhu udara berkisar antara 19–30 derajat Celsius, dengan kelembapan 68,6–100 persen dan tekanan udara 957,8–963,8 mmHg.
Berdasarkan analisis data visual dan instrumental, tingkat aktivitas Gunung Lamongan masih berada di Level I (Normal). Masyarakat, pengunjung, wisatawan maupun pendaki diimbau untuk tidak turun dan mendekati dasar kawah di puncak Gunung Lamongan serta tidak menginap di dalam kawasan puncak. Masyarakat juga diminta untuk mewaspadai guncangan gempa akibat aktivitas patahan aktif yang berpotensi menyebabkan retakan tanah di sekitar kompleks gunung api tersebut.
Gunung Lamongan merupakan gunung api aktif bertipe strato dengan ketinggian 1.651 meter di atas permukaan laut. Gunung ini memiliki 64 pusat erupsi parasit yang terdiri dari 37 kerucut vulkanik dan 27 buah maar. Keberadaan banyak pusat erupsi ini menunjukkan kompleksitas struktur geologis di sekitar gunung tersebut.