, JAKARTA-
Wakil Direktur Reserse Siber Polda Metro Jaya AKBP Fian Yunus menyoroti AI sebagai alat strategis dalam keamanan digital.
Ia menyebut AI dapat digunakan untuk mendeteksi dan mencegah kejahatan siber secara lebih cepat dan akurat.
“Keamanan siber masyarakat merupakan tugas pemerintah. kami Polri juga menggunakan AI untuk pengolahan data,” ujarnya dalam diskusi yang digelar Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) pada Rabu, 2 Juli 2025, di Gedung Kampus UBSI Kampus Kalimalang, Jakarta Timur.
Kegiatan ini menjadi bagian dari AI Education & Innovation Fest 2025 yang merupakan bentuk komitmen UBSI sebagai Kampus Digital Kreatif dalam menjembatani dunia akademik dan industri teknologi.
Dia juga membahas kolaborasi antara aparat penegak hukum dan akademisi.
Bahkan dia mendorong adanya sinergi antara penegak hukum, institusi pendidikan, dan sektor industri untuk menciptakan ekosistem keamanan digital yang adaptif dan responsif terhadap perkembangan teknologi.
Salah satu fokus utama adalah literasi keamanan digital di kalangan anak muda.
Fian juga mengingatkan bahwa pemanfaatan AI harus dibarengi dengan pemahaman etika digital. Menurutnya, teknologi tanpa kesadaran moral bisa menjadi bumerang bagi masyarakat.
Acara yang diinisiasi Co-Founder Yayasan BSI, Naba Aji Notoseputro ini juga menghadirkan Bryan Soebagijo, Data Predictive Analyst dari Bank BCA yang mengisi acara di sesi ketiga mengangkat isu krusial dalam era digital, yaitu keamanan siber.
Sementara Bryan Soebagijo memaparkan bagaimana institusinya memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk memperkuat sistem keamanan dan efisiensi operasional perbankan. AI digunakan untuk deteksi Dini terhadap aktivitas fraud.
Bryan menjelaskan bahwa AI digunakan untuk menganalisis jutaan transaksi nasabah dalam hitungan detik. Sistem ini mampu mendeteksi anomali atau pola mencurigakan secara otomatis dan memberikan peringatan dini kepada tim keamanan.
Dia menegaskan bahwa menjaga keamanan data nasabah adalah bagian dari SOP utama di BCA. AI membantu dalam proses verifikasi dan validasi data secara real-time untuk mencegah penyalahgunaan informasi.
“AI sebagai mitra, jadi bukan pengganti. AI tidak bisa berdiri sendiri. Diperlukan peran manusia sebagai pengendali dan pengambil keputusan akhir agar sistem tetap berjalan secara etis dan akurat,” tandasnya.