ESA Buat Gerhana Matahari Tiruan Pertama di Dunia, Indonesia Siap Saksikan

ESA Buat Gerhana Matahari Tiruan Pertama di Dunia, Indonesia Siap Saksikan

Untuk pertama kalinya di dunia, dua pesawat ruang angkasa berbaris membentuk formasi di orbit dengan presisi milimeter dan mempertahankan posisi relatifnya selama berjam-jam tanpa campur tangan manusia.

Mereka melakukan manuver gerhana matahari pertama di dunia yang dramatis. Dua wahana antariksa ini meniru gerhana matahari untuk memfasilitasi penelitian Matahari.

Misi Proba-3 Badan Antariksa Eropa (ESA) melaksanakan tugas bersejarah ini menggunakan dua pesawat ruang angkasa Coronagraph dan Occulter, mengutip dari situs Interesting Engineering.

NASA Temukan Komponen Pembentuk Kehidupan di Sampel Asteroid Bennu

Penjajaran pesawat ruang angkasa

Coronograph dan Occulter pada dasarnya mensimulasikan pesawat ruang angkasa raksasa saat mereka terbang dalam formasi presisi selama berjam-jam.

Tim Proba-3 menggunakan instrumen penempatan untuk menyelaraskan kedua pesawat ruang angkasa secara presisi saat terbang pada ketinggian di atas 50.000 km. Setelah tugas tersebut selesai, kendaraan ruang angkasa tersebut dapat mempertahankan posisi relatifnya secara otonom.

“Sekarang, setelah penyesuaian dan pengujian lebih lanjut, tim telah mencapai presisi yang diinginkan, menjadikan Proba-3 misi terbang formasi presisi pertama di dunia,” jelas ESA.

Untuk tetap sejajar, kedua pesawat ruang angkasa mengukur posisi relatif mereka menggunakan Sistem Berbasis Visual. Sistem ini terdiri dari kamera sudut lebar di Occulter yang melacak sejumlah lampu LED berkedip di Coronagraph. Setelah pesawat ruang angkasa cukup dekat, kamera sudut sempit mengambil alih untuk penempatan yang lebih presisi.

Langkah-langkahnya

Namun, untuk mencapai tingkat presisi ekstrem yang diperlukan untuk misi ini, mereka harus menjalankan dua langkah akhir. Pertama, Occulter menembakkan instrumen laser bernama Fine Lateral and Longitudinal Sensor (FLLS) ke retroreflektor Coronagraph. Sinar laser ini dipantulkan kembali ke Occulter, memungkinkan akurasi hingga milimeter.

Kedua, sensor posisi bayangan menggunakan algoritma onboard untuk mengukur intensitas cahaya di sekitar aperture Coronagraph. Data ini memastikan pesawat ruang angkasa tetap sejajar dalam bayangan yang diproyeksikan oleh Occulter.

“Kombinasi sensor dan perangkat lunak onboard ini memastikan bahwa formasi tetap stabil melebihi ekspektasi,” kata Esther Bastida Pertegaz, Insinyur Sistem Proba-3, dalam posting ESA.

Menyelidiki korona matahari

Setelah tim Proba-3 berhasil mencapai penyelarasan milimeter pertama di dunia untuk pesawat ruang angkasa, mereka ingin melihat penyelesaian kalibrasi instrumen dan gambar pertama korona Matahari yang diproses.

Meneliti korona Matahari merupakan tugas yang sangat menantang. Korona Matahari ratusan kali lebih redup daripada permukaan Matahari, artinya para ilmuwan harus menggunakan metode pengamatan khusus. Di Bumi, para ilmuwan memanfaatkan gerhana matahari untuk mengamati korona. Bagi Proba-3, kedua pesawat ruang angkasa tersebut pada dasarnya mensimulasikan fenomena alam tersebut.

Korona adalah lapisan terluar atmosfer Matahari. Meskipun jauh lebih redup daripada permukaan Matahari, korona dapat mencapai suhu 3,6 juta derajat Fahrenheit (dua juta derajat Celsius). Sedangkan permukaan Matahari sekitar 500 kali lebih dingin.

Meskipun hal ini menjadi misteri bagi para ilmuwan, pengamatan terbaru menggunakan Nuclear Spectroscopic Telescope Array (NuSTAR) menunjukkan bahwa korona lebih panas akibat nanoflares. Dengan mempelajari berbagai wilayah Matahari, para ilmuwan dapat memahami lebih baik tentang flare yang mampu memberikan dampak besar pada masyarakat kita yang sangat bergantung pada teknologi elektronik.

2 Astronaut NASA Berhasil Pulang Setelah 9 Bulan di Luar Angkasa

  • Badan Antariksa Eropa menciptakan gerhana matahari tiruan pertama di dunia dengan dua pesawat ruang angkasa yang membentuk formasi presisi milimeter.

  • Pesawat ruang angkasa Coronagraph dan Occulter melakukan manuver gerhana matahari untuk memfasilitasi penelitian Matahari.

  • Misi Proba-3 ESA menggunakan instrumen penempatan dan sensor posisi bayangan untuk menyelaraskan kedua pesawat ruang angkasa secara presisi selama berjam-jam.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com