news  

DPR Panggil Fadli Zon: Tuntut Klarifikasi Kasus Pemerkosaan Massal 1998?

DPR Panggil Fadli Zon: Tuntut Klarifikasi Kasus Pemerkosaan Massal 1998?





,


Jakarta


– Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memanggil Menteri Kebudayaan
Fadli Zon
pada hari ini, 2 Juni 2025. Legislator Senayan akan meminta klarifikasi Fadli terhadap berbagai kekisruhan yang terjadi belakangan ini. Salah satunya adalah pernyataan Fadli tentang
permerkosaan massal
pada kerusuhan Mei 1998 sekadar rumor belaka.

Wakil Ketua Komisi X DPR Lalu Hadrian Irfani mengatakan bahwa agenda rapat kerja dengan Fadli sesungguhnya membahas realisasi anggaran. “Tapi ya kami selipkan lah nanti terkait dengan klarifikasi masalah sejarah,” kata Lalu ketika ditemui di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, pada Selasa, 2 Juli 2025.

Menurut Lalu, Fadli Zon harus menjelaskan pernyataannya yang menuding pemerkosaan massal 1998 tak berlandaskan bukti. Sekali pun Fadli berdalih bahwa itu pendapat pribadinya. “Yang ribut di publik kan masalah itu. Itu beliau harus klarifikasi, melekat jabatan beliau sebagai Menteri Kebudayaan,” kata politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.

Rapat kerja antara Komisi X DPR dengan Menteri Kebudayaan diagendakan pada Rabu, 2 Juli 2025 pukul 10.00 WIB. Belum diketahui apakah rapat itu akan berlangsung secara tertutup atau terbuka.

Fadli Zon menuai kecaman atas pernyataannya yang menyebutkan peristiwa pemerkosaan massal pada 1998 hanya rumor. Mengenai pernyataannya yang menjadi polemik, Fadli mengatakan pernyataan itu adalah pendapat pribadi dan tidak berkorelasi dengan sejarah.

Dia berujar, pernyataan yang jadi sumber kekisruhan itu adalah ketika dia mempersoalkan istilah massal pada kasus yang terjadi pada Mei 1998. Di mana, menurut dia, semestinya ada fakta yang jelas dan bukti akademiknya, termasuk siapa yang jadi korban dan di mana tempatnya.

“Itu pendapat saya pribadi. Ini enggak ada urusannya dengan sejarah, dan boleh kan dalam demokrasi itu berbeda pendapat. Kalau ada yang mempunyai bukti-bukti, ‘Ini loh namanya massal’, silakan,” ujar Fadli setelah memberikan materi di retret kepala daerah gelombang II di IPDN, Sumedang, Jawa Barat, Selasa, 24 Juni 2025, seperti diberitakan

Antara

.

Fadli tidak memungkiri adanya pemerkosaan pada Mei 1998, tetapi meragukan kasus tersebut bersifat massal. Karena, menurut dia, jika bersifat massal, artinya merupakan peristiwa sistematis, terstruktur, dan masif. “Saya yakin terjadi kekerasan seksual itu waktu itu, seperti penjelasan saya, tetapi massal itu sistematis,” kata politikus Partai Gerindra itu.

Dia mempertanyakan apakah saat ini ada pihak yang bisa memberikan bukti unsur terstruktur, sistematis, dan masif itu. Dia tidak ingin diksi pemerkosaan massal itu justru mencoreng wajah Indonesia.


Ervana Trikarinaputri berkontribusi dalam tulisan ini