Dosen Tercela di UIN Mataram Incar Mahasiswi Penerima Beasiswa Bidik Misi sebagai Korban Pelecehan

Dosen Tercela di UIN Mataram Incar Mahasiswi Penerima Beasiswa Bidik Misi sebagai Korban Pelecehan



– Dosen bernama awal WJ dicurigai sebagai tersangka dalam kasus pelecehan seksual terhadap beberapa mahasiswi, khususnya mereka yang menetap di asrama atau Ma’had.

Menurut informasi dari Lombok Post (Group), dosen berperilaku buruk itu mengejar-ngejar mahasiswi penerima beasiswa Bidik Misi serta berasal dari latar belakang keluarga kurang mampu.

Mereka pun akhirnya terdorong ke posisi yang lemah dan tak berdaya ketika harus menghadapi tekanan serta manipulasi.

Saat melakukan tindakannya, dosen WJ menyamar di balik identitas “Bapak” untuk para mahasiswinya yang dikendalikannya. Dengan hubungan berkuasanya serta pendekatan penuh tipu muslihat, dia meneruskan kegiatannya dengan terstruktur.

Dia mengaku sebagai orangtua bagi para korban seperti halnya orang tua, sedangkan sebelumnya ia berperan sebagai anak dalam kasus itu. Dia lalu merancang sebuah skenario untuk memastikan kehendak pribadinya tercapai,” jelas Joko Jumadi, Ketua Aliansi Stop Kekerasan Seksual Nusa Tenggara Barat, pada hari Jumat (23/5).

Tindakan jahat ini diperkirakan sudah berlangsung sejak tahun 2021. Akan tetapi, baru terkuak ketika lima di antaranya yang merupakan bagian dari tujuh orang korban akhirnya bersedia mengemukakan pengalaman mereka dan melaporkannya kepada Subdit IV Ditreskrimum Polda NTB.

“Hari ini tiga orang memberi kesaksian, dan pada hari Kamis (29/5), akan ada tambahan dua orang,” jelas Joko.

Lebih mengejutkan lagi, tersangka pernah mendatangi sendiri Polres NTB dengan niat mengganggu korbannya yang sedang membuat laporan.

Beruntunanya, para korban berhasil dipindahkan dengan selamat sebelum terjadinya pertemuan langsung. “Pada awalnya, kami merencanakan operasi untuk menemukan (korban) di kantor kepolisian,” jelas Joko.

Ironisnya, para korban mengatakan bahwa mereka sudah melaporkan insiden itu kepada pihak kampus, tetapi keluhan mereka diabaikan. Malahan, mereka dianjurkan untuk bungkam dan tidak memperbincangkan peristiwa yang menimpa mereka. “Dia adalah pemimpin di tempat itu, ini tentang hubungan berkuasa,” jelas Joko.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com